Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (88): KH. Anang Ramli HAQ

Kh. Anang Ramli Haq

(L. 12 April 1927 )

KH. Anang Ramli HAQ juga biasa disebut dengan tuan guru Ramli Bati-Bati. Beliau Pendiri Pondok Pesantren Ubudiyah dan Pengasuh Majelis Ta’lim Asy-Syafa’atul Kubro Bati-bati. Beliau lahir pada tanggal 12 April 1927 di desa Benua Raya (Dulu Kampung Bati-Bati), dari H. Abdul Qadir dan Hj. Maimunah. Ayah beliau, H. Abdul Qadir berasal dari Bati-Bati sedangkan ibunya dari Sungai Mesa, Banjarmasin. Ayah KH. Anang Ramli semasa hidupnya adalah tokoh masyarakat dan pernah menjabat sebagai penghulu.

Atas dorongan orang tua, dalam usia yang cukup muda beliau menikahi sorang wanita yang bernama Hj. Ropeah puteri dari H. Masaleh dan Halimah. Beliau dikarunia 12 orang anak, yaitu: Hj. Hibbatul ‘Ainah, K. H Auria AR, H. Norhilmi, Hj. Faridah, H. Norhakim, SH. MA, Hj. Rusidah S.Ag, Drs. H. Amruddin, H. Rahmad Rodhiani, S.Ag, H. Syarifin, S.Pd, H. Nasrul Muhajirin, S.Pd, Hj. Wardaniah, S.Ag, S.Pd, dan H. Suru Fikriana, SP. Melalui 12 anak tersebut beliau dikaruniai 32 orang cucu, dan 7 dari anak itu bekerja di instansi pemerintah. Beliau beralamat di komplek Pondok Pesantren Ubudiyah, Jln. Pesantren Ubudiyah RT. 07 RW II Desa Padang Kec. Bati-Bati.

KH. Anang Ramli belajar mengaji dan dasar-dasar agama kepada kedua orang tua dan guru-guru di kampung. Belajar di Volkschool 3 tahun, Madrasah Aliyah Darussalam Martapura. Juga belajar kepada KH. Muradi (Banjarmasin), K.H Abdullah (Martapura), KH. Salim Ma’ruf (Martapura), KH. Mansur (Pelaihari) dan KH. Syarwani Abdan (Bangil). Guru beliau dalam ilmu hakikat di Mekkah ialah al-Alim Al’-Allamah Syeikh Abdurrasul. Dan menerima ijazah ilmu syariah, tarekat dan haqiqah dari Al-‘alim Al-‘Allamah Syeikh Ahmad Zaini al-Yaman.

Baca juga:  Genealogi Pemikiran Martin Lings: Dari Orientalisme Menjadi Sufisme

Di tahan air beliau juga sering berziarah dan mengunjungin para ulama sepuh, antara lain al-Alim ‘Ali-Allamah al-Habib Abu Bakar Gresik, dan al-‘Alim al-‘Allamah al-Habib Salim bin Jindan. Dari Habib Salim bin Jindan beliau mengambil Ijazah Thariqah ‘Alawiyyah dan ratib al-Haddad. KH. Anang Ramli pernah mengunjungi beberapa pesantren, seperti Pondok Pesantren KH. Damanhuri di Madura. Dari sinilah beliau terinspirasi mendirikan pondok pesantren di kampung halaman.

Beliau terjun ke masyarakat sebagai ulama, membina umat dan menghidupkan syiar Islam. Beliau tidak memiliki jabatan di pemerintahan dan partai politik. Kecuali hanya sebagai Mudir al-Ma’had al-Islamiy ‘Ubudiyyah Majelis Zikir Asy-Syafa’atul Kubro. Tahun 1950 berkiprah di Nahdhatul Ulama sebagai A’wan. Tahun 1945 sampai 1949 beliau aktif bergerilya bersama masyarakat. Tepat di usia 18 tahun, beliau masuk Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dengan satuan M.N. 1001 dipimpinan Pangeran Muhammad Noor. Masuk Mandau Telabang Kalimantan Indonesia (MTKI) di bawah pimpinan Tjilik Riwut.

Menjadi hakim pada ALRI DIVISI IV pertahanan Kalimantan (1947-1949). Kemudian di zaman RIS, memasuki laskar Tengkorak Putih (1949-1950). Beliau masuk daftar orang yang paling dicari dan dikejar Belanda. Namun ketika itu beliau menggunakan nama samaran AR Lahmudin, sehingga Belanda tidak berhasil menangkapnya.

KH. Anang Ramli seorang mursyid tarekat Qodiriyyah yang memiliki banyak murid, dan sebagai ulama maupun pendidik beliau dikenal tegas dan teguh pendirian. Setiap Jum’at pagi mengajak para santri membersihkan lingkungan Pondok Pesantren dan Majelis Taklim. Beliau ulama yang merakyat, menerima setiap orang yang berkunjung. Tiap hari puluhan orang yang datang bersilaturrahim dengan berbagai keperluan maupun meminta doa beliau. Tamu yang datang ada yang berasal dari Kalimantan Timur, Tengah, Surabaya, Jakarta dan bahkan dari Malaysia serta Brunei Darussalam.

Baca juga:  Titik Temu Pemikiran Ekonomi Adam Smith dengan Ibnu Khaldun

Karya monumental KH. Anang Ramli adalah Majelis Zikir Asy-Syafa’atul Kubro. Majelis ini dulunya bernama Majelis Ta’lim Asy-Syafa’ah. Cikal bakal keberadaan Majelis Ta’lim Asy-Stafa’ah yang dimulai pada awal tahun 1950 bertempat di rumah beliau sendiri. Dari tahun ke tahun jemaah majelis taklim terus meningkat, Jika di tahun 2000-an berkisar 600 orang, maka sejak tahun 2007 tercatat ada 3000 orang jamaah. Pada tahun 2007 inilah nama Majelis Asy-Syafa’ah dirubah menjadi Majelis Zikir Asy-Syafa’atul Kubro. Majelis ini dilaksanakan pada setiap senin siang, diawali dengan tausiah, diteruskan dengan wirid dan zikir bersama sebanyak 1000 kali. Apabila zikir telah dibaca sebanyak 70.000 kali, yakni 70 kali pertemuan, maka diadakan khataman zikir dan selamatan.

Karya monumental kedua adalah Pondok Pesantren Ubudiyyah yang didirikan pada tanggal 7 Agustus 1971. Ketika bermalam di Pesantren KH. Damanhuri di Bangkalan, beliau mendapatkan isyarat antara terjaga dan tidur beliau mendengar seruan Ayat Alquran yang berbunyi:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ (99)

Artinya: ”dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).(Q.S. Al-Hijr : 99 ).

Diilhami dari ayat itulah maka Pondok Pesantren yang dibangun itu diberi nama Pondok Pesantren ‘Ubudiyah’. Upaya pembangunannya dimulai sejak 10 Desember 1968 kemudian baru dapat digunakan pada tanggal 7 Oktober 1970. Melalui bantuan “Operasi Bhakti Kodam X Lambung Mangkurat” kembali dibangun tiga ruang belajar, penyerahannya dilakukan tanggal 13 Juli 1972 oleh Panglima Kodam X yang saat itu dijabat Brigjen TNI Iksan Sugiarto. Di usia ke-39 Pondok Pesantren Ubudiyah memiliki 5 unit pendidikan, TK dan PAUD, Taman Pendidikan Alquran, Madrasah Ibtidayyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, jumlah santrinya sekitar 700 orang. Sampai sekarang, alumni Pondok Pesantren Ubudiyah kurang lebih 3000 orang. Mereka ada yang berkiprah di bidang pendidikan, dakwah, pemerintahan dan wiraswata.

  1. Anang Ramli masih sempat menyediakan waktunya untuk menulis, diantara karya beliau adalah :
  2. Risalah min’ Aqaidil Iman; berisi tentang penjelasan sifat 20 dan masalah akidah lainnya.
  3. Ratib Quthbil Irsyad al Habib Abduillah ibni ‘Alwi al-Haddad; berisi kaifiat pengamalan wirid-wirid ratib al-Imam Abdullah bin ‘Alwi al- Haddad dan sanadnya, dilengkapi shalawat dari para auliya.
  4. Risalah al- Aqrabiyyah fi Manaqib Sulthan Al-Awliya’ as-Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani; berisi manaqib Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, pendiri thariqat Qadairiyyah.
  5. Manaqib Maulana Abdis Shamad (Datu Insad); kitab ini berisi manaqib Datu Insad yang makamnya terletak di desa Sambanga Bati-Bati.
  6. Fadhail adz-dzikir; berisi kumpulan keutamaan zikir dan amaliah-amaliah atau wirid-wirid.
  7. Risalah as-Shalah: berisi tentang tata cara shalat dan yang berkaitan dengannya.
  8. Kumpulan Ijazah: berisikan sanad-sanad dan beragam Ijazah yang beliau terima dari sejumlah guru.
Baca juga:  Filsuf Suhrawardi dan Teori Iluminasi

Atas pengabdiannya dan jasanya, TNI memberikan penghargaan kepada beliau dengan “Gelar Kehormatan Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia”. Beliau memiliki semboyan hidup sebagaimana yang tertuang dalam ayat 99 surah Al-Hijir di atas, yaitu mengabdi kepada Allah hingga ajal tiba. Dalam tausiah, beliau selalu mengingatkan pentingnya kebersihan hati, keyakinan yang kuat, iman yang benar dan kecintaan yang dibarengi dengan ketundukan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
6
Ingin Tahu
3
Senang
3
Terhibur
0
Terinspirasi
3
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top