Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (79): KH. Birhasani

Kh. Birhasani

(L. 27 September 1921)

Birhasani, begitulah nama yang diberikan kedua orangtuanya, H. Ahmad dan Hj. Masamah. Putera kelahiran desa Galagah Alabio 27 September 1921 atau 24 Muharram H ini adalah sosok yang memiliki prinsip hidup merakyat. Dengan Prinsip itulah ia kemudian menjadi anggota DPRD Tingkat I Kalimantan Selatan (1954) dan (1958).

KH. Birhasani yang biasa dipanggil di Jalan Jenderal Ahmad Yani Km. 1 Banjarmasin. Perkawinannya dengan Hj. Masmurah, telah melahirkan enam orang anak masing-masing Masmuliah, Hj. Huryati, Hj. Annie Masrury, Ahmed Yoshep, Ellya Aies dan Mahdi Akhyar. Dari putera-puterinya itu, beliau telah mendapatkan beberapa orang cucu.

Birhasani bersekolah di Volkschool (setingkat SD) Tahun 1931 di baruh Bahinu Luar (Balangan). Setelah itu melanjutkan pendidikan Shalatiah Al-Diniyah (setingkat Ibtidaiyah) di Mekkah selama 3, 5 tahun. Beliau pergi ke Mekkah mengikuti orangtuanya yang belajar ilmu Falaqiah dengan Syech Shaleh Rawa di Masjidil Haram. Sekembali dari Tanah Suci, H. Ibir meneruskan pendidikan di Madrasah Darannajah di Alabio.

Pendidikan tingkat menengah dia ikuti pada Islamiyah Institut di Barabai pimpinan H. Bakry Sulaiman dari Medan. Dia pernah menjadi murid Idham Chalid pada Kursus Kilat Ikatan Madrasah Islam (IMI) di Perguruan Islam Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai. Haji Ibir mula-mula bekerja sebagai guru madrasah. Pada tahun 1951 dia diangkat menjadi Pegawai Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Kalimantan Selatan di Bagian Penerangan Agama Islam, hingga pension tahun 1977. Tahun 1953 ia terpilih menjadi sekretaris Partai Nahdlatul Ulama (NU) Wilayah Kalimantan Selatan dan memimpin Pandu Ansor. Sejak tahun 1954 ia aktif sebagai pengasuh Mimbar Agama Islam di RRI Banjarmasin.

Baca juga:  Ulama Banjar (83): KH. Muhammad Rafi’ie

Urang alabio ini pada tahun 1946 bergabung dengan ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan dibawah pimpinan H. Hasan Basry, Birhasani pernah mengikuti latihan perang gerilya di desa Tabihi-Karang Jawa Kandangan. Latihan tersebut tidak berlangsung lama, karena diketahui oleh tentara NICA dan melakukan penangkapan terhadap orang-orang yang diduga ikut mendukung ALRI Divisi IV. Haji Ibir menyelamatkan diri ke Banjarmasin dan terus aktif melatih perang gerilya secara sembunyi-sembunyi. Penghargaan berupa Medali Angkatan 45 diterima oleh H. Birhasani bertepatan opada peringatan Hari Kebangkitan Nasional dan HUT Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahan Kalimantan tanggal 21 Mei 2003 di Banjarmasin.

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
3
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top