Mungkin tak banyak kenal dengan laki-laki berdarah Amuntai ini, hal ini wajar mengingat tugas dan kesehariannya dihabiskannya di Samarinda. Ia adalah putera dari KH. Dja’far Saberan pendiri Normal Islam Rakha Amuntai. Meskipun ia lahir dan besar di Samarinda, ia tak pernah melupakan kampong halamannya. Sesekali ia memboyong isterinya Hj.Ruzaimah Zaidi Saleh dan anak-anaknya Zainal Abidin Farid, Fariza Fatimah Farid dan Nurin Aqmarina Farid pulang ke Amuntai untuk menjenguk keluarga dan berziarah kemakam leluhurnya.
Farid Wadjdy dilahirkan pada tanggal 15 Maret 1954 dalam lingkungan yang taat menjalankan Syariat Islam. Setelah menamatkan SR pada tahun 1966, Farid melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Tsanawiyah Normal Islam (1970) dan kemudian meneruskan ke Sekolah Persiapan IAIN (1973) hingga diterima kuliah di IAIN Sunan Ampel Cabang Samarinda (1982). Farid merasa ilmunya belum cukup hingga ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1982) dan berhasil menyandang gelar Sarjana Strata 1. Tapi rupanya ia belum puas, di tengah-tengah kesibukannya sebagai Pegawai negeri, ia berhasil mendapatkan gelar magister dibidang pendidikan melalui Program Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan pada Universitas Negeri Jakarta (2004).
Seperti pepatah mengatakan, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Perjalanan kariernya tak jauh berbeda dengan sang ayah yang menghabiskan waktunya berkiprah di bidang agama. Kariernya Farid Wadjdy boleh dikatakan berjalanan mulus. Diawali menjabat Kepala Seksi Zakat dan Baitul Mal pada Kanwil Depag Provinsi Kalimantan Timur (1987-1995), kemudian merangkak naik menjadi Kepala Sub Bagian Kepegawaian (1995-1998), Kepala Bidang Penerangan Agama Islam (1998-1999), Kepala Bidang Kelembagaan Agama Islam (1999-2003). Hingg menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Depag Provinsi Kalimantan Timur (2003-2008). Terakhir jabatan bergengsi yang diamanahkan kepadanya adalah sebagai Wakil Gubernur Kalimantan Timur periode 2008-2013.
Selain ditopang oleh pendidikan formal yang pernah digelutinya, Farid juga mengikuti pendidikan kedinasan dan penjenjangan seperti Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Lanjutan/SEPALA pada tahun 1993, Sekolah Pimpinan Tingkat Pertama/SPAMA pada tahun 1997, Kursus Instruktur Nasional P3K PMI tahun 1985, Pendidikan Politik Pemuda Tingkat Nasional pada tahun 1985 dan Pendidikan Kepemimpinan PMI Tingkat Nasional pada tahun 1994. Farid Wadjdy pernah melakukan perjalanan dinas ke Australia dalam rangka mengikuti Training on Policy Development/La Trobe University Australia 1999, Ke Jerman dalam rangka Overseas Short Term in Accreditation System University of Breman (2004) dan ke Malaysia dalam rangka Anjangsana Pertukaran Guru/Kelompok Kerja Program Sosial Ekonomi Kebudayaan Malaysia-Indonesia (2004).
Farid Wadjdy sejak mudanya suka berorganisasi, dulu ia pernah menjadi Ketua IPNU Samarinda (1970), Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Samarinda (1974), Ketua PMII Cabang Samarinda (1975), Ketua I KPMKT Cabang Yogyakarta (1978), Wakil Ketua DPD KNPI Kaltim (1985-1990) dan Wakil Ketua DPD PMI Kaltim (2000-2005). Dan sekarang ia pun masih aktif sebagai Wakil Ketua PW NU Kaltim (2003-2008), dan Anggota Dewan Pembina Yayasan Melati Samarinda.
Dalam merealisasikan ide dan gagasannya, Farid Wadjdy menuangkannya dalam berbagai karya tulisnya, seperti; Demokratisasi Lokal & Pluralitas Keberagaman Masyarakat Sosial, Keberadaan & Peran Pendidikan Agama/ Madrasah Pada Era Otonomi Daerah di Kaltim, Desain Pembangunan Sektor Agama Propinsi Kaltim Tahun 2010, Sinergi Visi & Misi Departemen Agama Dengan Tugas Pemerintah, Kehidupan Beragama dan Pembangunan Nasional/ Telaah Pemilihan Kepala Daerah Dalam Konteks Otonomi Daerah, Toleransi Umat Beragama (Harapan Merajut Kerukunan Permanen), Islam, Pluralisme Agama dan Pluralisme Kebangsaan, 50 Tahun Departemen Agama : Sejarah, Kiprah dan harapan Para Tokoh) serta Kapita Selekta Pembangunan Bidang Agama (Deskripsi Faktual Kehidupan Agama dan Keagamaan di Propinsi Kaltim)