Sedang Membaca
Ulama Banjar (30): Tuan Guru H. Abdussamad
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (30): Tuan Guru H. Abdussamad

Tuan Guru Abdussamad

(L. 1908 / 1327 H – W. 1998/1419 H)

Beliau seorang alim besar pada zamannya, memiliki pengalaman berdakwah dan mengajar di berbagai tempat di Kalimantan Selatan. Beliau adalah satu keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, yang patut dikenang dan ditulis riwayat hidupnya.

Nama lengkap beliau adalah K.H. Abdussamad bin H. Muhammad Amin bin Abdurrahman Al-Arsyady. Keturunan ke-4 dalam silsilah Arsyadiyah, yaitu dari pihak ibu bernama Hj. Sa’diyah (Diyang Kacil) binti Syekh Muhammad Jazuli Nambau bin Syekh Qadhi Abu Su’ud bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Dilahirkan pada tahun 1327 H/1908 M. di Kampung Kuin (Sungai Pangeran) dari pasangan H. Muhammad Amin dan Hj. Sa’diyah (Diyang Kacil). Beliau wafat pada malam Jum’at, tanggal 2 Rabiul Awwal 1419 H/26 Juni 1998 M. dimakamkan di dekat Masjid Darul Khaliq Kandangan. Makam beliau dianggap keramat dan banyak diziarahi orang.

Beliau dididik oleh keluarga yang sangat “agamis” dan ketat dalam moral dan ibadah. Pelajaran mengaji Alquran diperoleh dari ayah beliau yang termasuk tuan guru di lingkungan itu. Guru-guru beliau dapat dituliskan di sini sebagian kecilnya saja, di antaranya ialah:

  1. Tuan Guru KH. Abdul Wahab Nagara (kakak).
  2. Tuan Guru KH. Muhammad Yasin Banjarmasin.
  3. Tuan Guru KH. Hanafie Gobit Banjarmasin.
Baca juga:  Ulama Banjar (172): Drs. H. Ahmad Zamani, M.Ag

Salah satu keistimewaan beliau adalah belajar sendiri (autodidak) disertai munajat untuk mendapat petunjuk dari Allah. Terutama memahami berbagai masalah dalam kitab gundul.

Pada usia sekitar 25 tahun, Tuan Guru Abdussamad dijodohkan dengan seorang gadis dari Taniran, Kandangan bernama Hj. Intaniyah binti H.Abdul Wahhab. Gadis ini keturunan ke-6 dari Syekh Muhammad Arsyad, yaitu dari pihak ibu bernama Hj. Arfah binti H. Abdul Jalil bin H.Muhammad Sa’aduddin (yang berkubah karamat di Taniran) bin H. Muhammad As’ad bin Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary.

Dari perkawinan ini beliau dikaruniai keturunan yang shaleh dan shalehah sebanyak 12 orang, yaitu:

  1. Ahmad Sunhaji AS ustadz di salah satu Madrasah di Kandangan, wafat sekitar tahun 1978.
  2. Milyaniyah AS menetap di Kandangan.
  3. Nor Laily AS menetap di Amuntai
  4. M. Masduki AS Ustadz, Khatib dan Muballigh serta Qari’, menetap di Kandangan
  5. Nor Naylah AS menetap di Kandangan.
  6. Ahmad Sun’anie AS Ustadz, Khatib dan Muballigh, menetap di Banjarmasin.
  7. H.M. Muchlis AS Ustadz, Khatib dan Muballigh serta Qari’, menetap di Banjarmasin.
  8. Nor Laynah AS Ustadzah di salah satu Madrasah di Kandangan.
  9. Nor Ahla AS menetap di Kandangan.
  10. Nor Hilaliyah AS menetap di Amuntai.
  11. Nor Aslah A.S Ustadzah di salah satu Madrasah di Kandangan.
  12. Muhammad Nasrullah AS Pegawai pada Kantor BKKBN Kandangan
Baca juga:  Para Seniman yang Membaca Kitabullah

Pada usia sekitar 17 tahun, beliau pergi haji bersama kedua orang tuanya. Di zaman itu berhaji pulang pergi lebih dari 6 bulan lamanya, karena itu beliau sempat belajar ke beberapa guru di Mekkah, yaitu di sela-sela pelaksanaan haji dan umrah. Dalam waktu yang begitu singkat, beliau merasa sangat banyak ilmu yang diperoleh dan sangat berguna untuk dibawa pulang. Hal demikian itu dapat terjadi karena taufiq dan hidayah Allah, disertai kecerdasan beliau yang luar biasa.

Sekitar tahun 1928—1935 M. beliau mengajar dan berdakwah di daerah Bakumpai (Barito Kuala), kemudian di Banjarmasin dan Martapura. Selanjutnya sekitar tahun 1940 – 1945 M. Beliau mengajar dan berdakwah di daerah Kelua, Kabupaten Tabalong. Setelah itu menetap sambil mengajar dan berdakwah di daerah Kandangan, Hulu Sungai Selatan sampai akhir hayat. Walaupun beliau bertempat tinggal di Kandangan, tetapi seringkali diundang untuk berdakwah ke berbagai daerah seperti; Amuntai, Alabio, Barabai, Nagara, Rantau, Margasari, Marabahan, Kapuas, dan Banjarmasin.

Tuan Guru Abdussamad sempat diangkat menjadi PNS dan bertugas sebagai guru agama Sekolah Rakyat Negeri pada waktu itu sampai pensiun pada tahun 1969 M. Beliau merupakan salah seorang tokoh Nahdlatul Ulama (Syuriah), sejak tahun 50-an sampai wafat, dan dipercaya menjadi anggota DPRD Hulu Sungai Selatan dari fraksi Partai Golkar pada periode tahun 70-an.

Baca juga:  Kiai Sahal Mahfudh (2): Fiqih Kebangsaan Kiai Sahal

Beliau berpesan kepada anak-anak keturunan beliau maupun para murid:

”Peganglah akidah dan Fiqih Ahlussunnah Wal-jamaah, karena inilah satu-satunya ‘firqah’ yang selamat dari api neraka. Dalam mencari duniamu, janganlah mengorbankan akhiratmu.”

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top