Dua hari lalu Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda mempertanyakan Kemendikbud perihal dana hibah maksimal 20 M yang diberikan institusi anak kandung perusahaan raksasa Tanoto dan Sampoerna.
“Lah ini mereka malah menerima dana atau anggaran negara untuk membiayai aktivitas melatih para guru. Logikanya sebagai CSR, yayasan-yayasan perusahaan tersebut bisa memberikan pelatihan guru dengan biaya mandiri,” kata Syaiful dalam keterangannya, seperti yang dikutip CNN.
Terkait bantuan itu, Fachry Ali mengkritik keras Nadiem Makarim sebagai tangan pemerintah yang mengeluarkan keputusan tersebut.
Dalam status Facebooknya, Fachry Ali menilai menteri pendidikan tidak mengerti sejarah. Di bawah ini status Facebook Fachry Ali yang sudah disukai hampir 700 orang, dikomentari hampir 200 dan disebarkan lebih dari 260:
“Ketika keluar dari istana, sehabis dipanggil presiden terpilih, akhir 2019, calon menteri pendidikan yg masih muda belia itu berkata kpd wartawan: ‘Saya tdk tahu masa lalu. Tapi saya tahu masa depan.’ Lalu ia pulang naik ojek.
Kini, Muhammadiyah dan NU keluar dari program ‘Pendidikan Merdeka’ karena Menteri Pendidikan memberikan dana hibah Rp 20 milyar kpd masing2 Sampurna Foundation dan Tanoto Foundation pertahun.
Menteri Pendidikan benar2 membuktikan tdk tahu masa lalu. Bahwa Muhammadiyah dan NU telah melakukan pendidikan rakyat jelata jauh sebelum Indonesia ada. Sementara Sampurna Foundation dan Tanoto Foundation baru lahir beberapa ‘menit’ lalu —untuk ukuran masa panjang pengabdian Muhammadiyah dan NU mencerdaskan anak2 bangsa. Ironi orang tak mengerti masa lalu. Saya perintahkan Menteri Pendidikan belajar sejarah!!!!