Tarekat apa pun, termasuk Naqsyabandiyah, mensyaratkan untuk menyedikitkan bicara, makan, dan tidur. Berikut ini dalil menyedikitkan bicara.
- Al-Qur’an
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوْا عَنْهُ (القصص: ٥٥)
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling darinya, (al-Qashash: 55).
- Hadis Qudsi
يَا ابْنَ آدَمَ إِذَا وَجَدْتَ قَسَاوَةً فِى قَلْبِكَ وَسَقَمًا فِى بَدَنِكَ وَحِرْمَانًا فِى رِزْقِكَ فَاعْلَمْ أَنَّكَ تَكَلَّمْتَ فِيْمَا لَا يَعْنِيْكَ يَا ابْنَ آدَمَ لَا يَسْتَقِيْمُ لَكَ دِيْنُكَ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ لِسَانُكَ وَلَا يَسْتَقِيْمُ لِسَانُكَ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُكَ وَلَا يَسْتَقِيْمُ قَلْبُكَ حَتَّى يَسْتَحْيِى مِنِّى
Wahai anak Adam ketika hatimu keras, badanmu sakit, rizkimu terhalang, maka ketahuilah bahwa kamu berbicara yang tidak ada manfaatnya. Wahai anak Adam, tidak akan lurus agamamu hingga benar (jujur) ucapanmu dan hatimu pun lurus. Dan tidak akan lurus hatimu, hingga kamu malu kepada-Ku.
Dalil Menyedikitkan Makan
- Al-Qur’an
وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ (الأعراف: ٣١)
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, (Qs. al-A’raf: 31)
- Hadis Nabi
جَاهِدُوْا اَنْفُسَكُمْ بِالْجُوْعِ وَالْعَطْشِ فَإِنَّ الْأَجْرَ فِى ذَلِكَ كَأَجْرِ الْمُجَاهِدِ فِى سَبِيْلِ اللهِ. وَإِنَّ لَيْسَ مِنْ عَمَلٍ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنَ الْجُوْعِ وَالْعَطْشِ
Perangilah hawa nafsumu dengan lapar dan dahaga, karena sungguh pahalanya seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah SWT Dan sesungguhnya tiada amal yang lebih dicintai Allah SWT kecuali lapar dan dahaga.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَا شَبِعَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَهْلُهُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ تِبَاعًا مِنْ خُبْزِ الْحِنْطَةِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW dan keluarganya tidak pernah kenyang dari roti gandum selama tiga hari berturut-turut sampai beliau wafat.
Dalil Menyedikitkan Tidur
- Al-Qur’an
وَالَّذِيْنَ يَبِيْتُوْنَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا (الفرقان: 64)
Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka, (Qs. al-Furqân: 64)
وَمِنَ اللَّيلِ فَاسْجُدْلَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيْلًا (الإنسان: 26)
Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari, (Qs. al-Insân: 26)
- Hadis Qudsi
عَبْدِيْ تَجِدُنِى فِى سَوَادِ اللَّيْلِ قَرِيْبًا مِنْكَ فَاطْلُبْنِىْ تَجِدُنِىْ. يَا ابْنَ آدَمَ كَيْفَ تَطْمَعُ فِى اِنْجِلَاءِ الْقَلْبِ مَعَ كَثْرَةِ النَّوْمِ فَأَخِّرْ نَوْمَكَ إِلَى الْقَبْرِ وَاطْلُبْ نُوْرَ قَلْبِكَ فِى قِلَّةِ النَّوْمِ وَسَهَرِ اللَّيْلِ.
Wahai hamba-Ku, carilah Aku dalam kegelapan malam, maka engkau menemukan-Ku dekat denganmu. Carilah Aku, maka akan kau dapati Aku. Wahai anak Adam, bagaimana engkau bisa mengharapkan hati yang terang dengan banyaknya tidur. Akhirkanlah tidurmu sampai datang ajalmu. Carilah cahaya hatimu dalam sedikit tidur dan terjaga pada malam hari.
- Hadis Nabi
أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنَ الرَّبِّ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ
Waktu yang lebih dekat antara seorang hamba dengan tuhannya adalah pada saat tengah malam.
Melanggengkan Wudu (Dawaam al-Wudhu’)
Di antara adab shufiyah adalah melanggengkan wudhu’. Adapun wudhu’ merupakan pedang orang mukmin, dan ketika seseorang mempunyai wudlu’ bisa mempersempit jalan syetan untuk menggodanya, (‘Awârif al-Ma’ârif, halaman: 324).
Anas bin Malik RA berkata: “Nabi SAW datang ke Madinah dan ketika itu aku sedang berusia 8 tahun. Nabi SAW lalu bersabda kepadaku: ’Wahai anakku, jika Engkau mampu selalu dalam keadaan suci maka lakukanlah, karena sesungguhnya orang yang mati dalam keadaan mempunyai wudu maka matinya mati syahid”, (‘Awârif al-Ma’ârif, halaman: 324).
وَقَالَ أَنَسُ بْنُ ماَلِكٍ: قَدِمَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْمَدِيْنَةَ وَأَنَا يَوْمَئِذٍ ابْنُ ثَمَانِ سِنِيْنَ، فَقَالَ لِيْ: يَا بُنَىَّ إِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ لَاتَزَالَ عَلَى الطَّهَارَةِ فَافْعَلْ، فَإِنَّهُ مَنْ أَتَاهُ الْمَوْتُ وَهُوَ عَلَى الْوُضُوْءِ أُعْطِىَ الشَّهَادَةَ (عوارف المعارف، ص 324)
Meninggalkan Makanan yang Bernyawa (Tarkur Rûh)
Orang yang masuk suluk dilarang untuk memakan makanan yang berasal dari yang memiliki nyawa. Ini disebabkan karena makanan tersebut bisa membuat hati menjadi keras, membuat nafsu sabuiyah (hewan liar) semakin besar.
Sebaiknya untuk tidak selalu makan daging, Sayyidina Ali Krw. berkata: “Barangsiapa meniggalkan makan daging selama 40 hari maka jelek kejadiannya, dan barang siapa yang rutin memakan daging selama 40 hari, maka keras hatinya. Karena sesungguhnya melanggengkan makan daging menjadikan bahaya seperti bahayanya khamr, (Ihyâ’ ‘Ulûm al-Dîn, juz 3, halaman: 86).
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ يَا بَنِى تَمِيْمٍ لَا تُدِيْمُوْا أَكْلَ اللَّحْمِ فَاِنَّ لَهُ ضَرَاوَةً كَضَرَاوَةِ الْخَمْرِ (بستان العارفين هامش تنبيه الغافلين، ص 64)
Dari Aisyah RA. berkata: “Wahai bani Tamim, janganlah kalian terus menerus makan daging karena sesungguhnya daging mengandung bahaya seperti bahayanya khamr”, (Hamisy Tanbîh al-Ghâfilîn, halaman: 64).
Macam-macam Khawathir (Getaran Hati)
Ada empat macam khatir (bisikan) yang masuk ke dalam hati, yaitu:
- Khatir Rabbani adalah khatir dari Allah, sifatnya kuat karena dia datang dari Allah Yang Maha Memaksa (al-Qahhar).
- Khatir Malaki adalah khatir yang diiringi dengan rasa nikmat disertai hembusan dingin. Orang yang dalam hatinya terdapat khatir ini tidak akan meRasakan sakit, dan tidak pula berubah. Khatir ini bagaikan penasihat baginya yang menunjukkan pada kebaikan.
- Khatir Nafsi adalah khatir yang diiringi dengan rasa sakit di hati, dada terasa sesak dan permintaannya bersifat memaksa. Ini disebabkan karena nafsu itu bagaikan anak kecil yang meminta dengan memaksa dan permintaannya tidak bisa diganti dengan yang lain.
- Khatir Syaithani, adalah khatir yang diiringi dengan rasa sakit. Jika kita memalingkannya pada yang lain, maka dia pun akan berpindah. Akan tetapi, sebagaimana watak setan, khatir ini berpaling hanya untuk melakukan tipu daya dan menjerumuskan ke jalan kesesatan dengan cara apa pun, (Tanwîr al-Qulûb, halaman: 550). (SI)