Sebelum tahun 2020 berakhir, Klikcoaching menyelenggarakan diskusi online bertemakan “Refleksi Pendidikan 2020: Membangun Optimisme Pendidikan Indonesia”. Diskusi ini merupakan seri ke-22 yang diadakan oleh Klikcoaching yang berkolaborasi dengan Rumah Millennials dan Pikiran Rakyat Media Network (PRMN) sejak awal Covid-19 masuk ke Indonesia yang bertujuan untuk mengisi ruang-ruang edukasi bagi masyarakat.
Pendemi Covid-19 telah mengubah tatanan kehidupan kita. Bukan hanya Indonesia tapi seluruh negara terdampak terhadap pandemi ini. Edisi diskusi akhir tahun ini merupakan edisi spesial karena menghadirkan pengambil kebijakan, pemerhati dan praktisi pendidikan.
Budy Sugandi selaku Founder dan CEO Klikcoaching memantik diskusi dengan menyampaikan tentang pentingnya investasi pendidikan bagi anak. “Heckman dalam artikelnya, Science tahun 2006, menyebutkan bahwa setiap investasi US$1 pendidikan anak akan memperoleh pengembalian atau return on invesment sebesar US$8 saat mereka dewasa. Artinya begitu pentingnya pendidikan anak, namun tanpa mengesampingkan kesehatan”, Papar Budy, CEO Klikcoaching yang juga merupakan mahasiswa PhD jurusan Education Leadership and Management, Southwest University, China.
Dari pihak pemerintah terus berupaya memberikan pelayanan terbaiknya bagi pendidikan di Indonesia. Diantaranya dengan memberikan bantuan kuota data internet.
“Pusdatin Kemendikbud yang diberikan amanah untuk menyalurkan bantuan kuota data internet, hingga saat ini alhamdulillah telah menyalurkan dan dirasakan manfaatnya oleh 35,5 juta siswa, guru, mahasiswa dan dosen. Kami bersyukur program ini mendapatkan apresiasi banyak pihak”, Jelas Hasan Chabibie, selaku Plt. Kepada Pusdatin Kemendikbud RI.
Sebagai informasi, Arus Survei Indonesia pernah melakukan survei nasional terkait bantuan ini. Survei dilaksanakan pada 7 hingga 11 Oktober 2020 di 34 provinsi di Indonesia. Hasilnya 85,6% publik menilai bantuan kuota data internet ini meringankan beban ekonomi orangtua. Lantaran dinilai positif oleh publik, sebanyak 80,5 persen masyarakat ingin supaya program bantuan kuota internet ini perlu dilanjutkan di tahun 2021.
Selain itu, ada juga pogram bantuan pemerintah bagi guru, dosen, pendidik PAUD, pendidik kesetaraan, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga administrasi di semua sekolah dan perguruan tinggi negeri maupun swasta di lingkungan Kemendikbud.
“Pemerintah juga berupaya hadir agar api semangat para pendidik yang sudah berjuang luar biasa ini tetap terjaga dengan memberikan bantuan pemerintah sejumlah Rp. 1.800.000 yang diberikan satu kali kepada pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) berstatus bukan pegawai negeri sipil (non-PNS)”, Tambah Hasan.
Dari Kemenko PMK RI menyampaikan bahwa Pendidikan vokasi perlu diprioritaskan karena sejalan dengan fokus Pemerintah saat ini yaitu pada pembangunan SDM Unggul. Pendidikan vokasi bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja terampil dengan kompetensi/keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja terkini. Pendidikan vokasi sangat terkait dengan kegiatan praktek, minimal 70% dari pembelajaran.
“Kemenko PMK telah mendorong program revitalisasi vokasi sejak 2015 melalui RTM 2 Menko tentang Link and Match yang menghasilkan 33 butir rekomendasi. Termasuk di dalamnya jenjang pendidikan menengah kejuruan dan jenjang pendidikan tinggi vokasi. Kemudian diterbitkan INPRES Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK. INPRES tersebut telah ditindaklanjuti dimana sebanyak 2.612 SMK telah mengikuti program link and match dengan industri dan sebanyak 36 kompetensi keahlian bidang industri sudah diselaraskan”. Papar Prof. Agus Sartono, Deputi bidang Pendidikan dan Agama, Kemenko PMK RI.
Selain pemateri di atas, diskusi akhir tahun itu juga dihadiri oleh Dr. H. Hanief Saha Ghofur (Ketua PBNU Bidang Pendidikan dan Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia), Choirul Anam (Koordinator PPI Dunia) dan Jejen Musfah (Wasekjen PB PGRI).