Jakarta, 9 April 2021 – Wajarnya, supaya bisa mendapatkan rezeki lebih, kita perlu bekerja lebih keras dan cerdas. Namun ternyata di samping bekerja lebih keras dan cerdas, ada strategi lain yang sangat mungkin untuk diadaptasi agar pemasukan Anda bertambah.
Apa itu? Menggunakan humor! Ya, ternyata, humor begitu bermanfaat bagi hidup, terutama dari segi bisnis dan berwirausaha.
Ini bukan candaan, karena sudah ada studi yang membuktikannya. Bahkan, yang menyampaikannya adalah seorang profesor yang mengajar di Stanford Graduate School of Business langsung: Dr. Jennifer Aaker.
“Studi membuktikan bahwa jika Anda melempar joke yang ‘receh’ sekalipun saat bernegosiasi atau di akhir sesi sales pitching, Anda bisa mendapatkan uang lebih,” jelas Jennifer saat memberikan paparan di webinar Humor Resources Department yang diadakan oleh Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3, dibaca ‘ihik ihik ihik’), Kamis, 8 April 2021.
Mengapa demikian? Katanya, kerelaan konsumen untuk membelanjakan uangnya ketika berada di proses negosiasi yang dibumbui humor bisa meningkat hingga 18 persen.
“Intinya, Anda bisa mendapat pemasukan lebih banyak cuma gara-gara melempar jokes bapak-bapak,” pesannya.
Dr. Jennifer Aaker adalah akademisi yang fokus ke topik-topik penelitian behavioral, terutama seputar bisnis dan psikologi. Tahun ini, ia bersama Naomi Bagdonas menerbitkan buku bertajuk “Humor, Seriously”. Naomi sendiri adalah dosen di Stanford Graduate School of Business, komedian, dan fasilitator humor untuk petinggi di perusahaan-perusahaan Fortune 100.
Kolaborasi Jennifer dan IHIK3 sendiri pada dasarnya dilandasi pada satu misi yang sama, yaitu menyebarkan manfaat humor yang belum banyak diketahui orang, terlebih di Indonesia. Di sini, humor masih dianggap sebagai sesuatu yang remeh atau sekadar lucu-lucuan saja. Padahal kalau dimanfaatkan betul, humor bisa sangat bermanfaat bagi seseorang dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya maupun dalam berbisnis.
Novrita Widiyastuti, Chief Executive Officer (CEO) IHIK3, bisa mengonfirmasinya. IHIK3 sendiri sebelumnya pernah diminta untuk memberikan pelatihan humor di suatu bank. Program tersebut diikuti oleh hampir seluruh bagian dalam bank tersebut, mulai dari petinggi sampai stafnya.
“Beberapa bulan berselang, waktu kami meminta direktur bank tersebut untuk hadir di pelatihan humor kami yang lain untuk memberikan testimoni, beliau bilang, ‘Setelah mbak Novri dan tim memberi pelatihan humor ke kantor kami, ternyata tidak hanya produktivitas yang meningkat, tetapi juga profit.’ Merinding sendiri saya mendengarnya,” jelas Novri yang juga akademisi dan peneliti humor itu di sesi kedua webinar Humor Resources Department.
Yasser Fikry, Chief Creative Officer (CCO) IHIK3 menambahkan bahwa untuk berhumor di kantor, Anda sejatinya bisa memulai detik ini juga.
“Kalau Anda di kantor tidak punya pimpinan yang mau berhumor, silakan nikmati humor di antara teman-teman terdekat Anda dulu. Berusahalah menikmati pertemanan kecil itu. Anda kan sebenarnya bisa berhumor sebelum memulai pekerjaan, saat istirahat makan siang, atau ketika mau pulang,” jelas dosen sekaligus komedian itu.
“Yang jadi pertanyaan dalam mengimplementasikan humor di dunia kerja bukan ‘bisa atau tidak?’, tapi ‘mau apa tidak?’,” tandasnya.
Mengingat betapa besar manfaat humor, IHIK3 pun mengajak agar pelbagai elemen masyarakat dan institusi, terutama institusi pendidikan dan perusahaan, untuk dengan bijak memanfaatkan humor.
“Yang terpenting setelah acara ini adalah semua yang hadir di sini jadi bisa dan berani untuk mengimplementasikan humor di lingkungannya masing-masing. Kebetulan, orientasi kantor saya sendiri adalah membuat kebahagiaaan dan kesejahteraan bisa dirasakan bersama,” pesan Danny Septriadi, co-founder IHIK3 dan senior partner DDTC.
Webinar Humor Resources Department sendiri diikuti oleh banyak elemen masyarakat, mulai dari petinggi dan pemilik bisnis, praktisi Human Resources (HR), staf pelbagai perusahaan, akademisi sejumlah perguruan tinggi ternama di Indonesia, hingga pegawai di institusi pemerintahan.
Salah satu peserta yang hadir adalah penulis buku, coach, dan praktisi HR, Josef Bataona. Ia sepaham apa yang dipaparkan oleh Dr. Jennifer Aaker dalam kesempatan itu.
“Saya setuju dengan apa yang Jennifer tadi bilang: it’s all about switching the mindset. Ini tentang proses mencari apa yang bisa menghibur kita dari kejadian sehari-hari,” katanya.
Ada pula perwakilan akademisi, yakni Prof. Bambang Suryadi, Ph.D, yang hadir. Sebagai akademisi yang juga menggemari humor dan penelitian terkaitnya seperti Jennifer, ia optimistis bahwa humor bisa dimanfaatkan di mana pun karena humor dalam perspektifnya adalah medium untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih besar.
“Humor ini kan sebenarnya sebuah instrumen, sebuah alat. Jadi apa yang akan kita tuju itu bukan humornya, tetapi produktivitas, happiness, hingga keakraban secara emosional maupun fisik antarindividu,” paparnya.
Menariknya, para peserta Humor Resources Department ini juga tak ragu untuk mendemonstrasikan kemampuan berhumornya. Contohnya, komentar Bawono Aji berikut.
“Di webinar ini, IHIK3 bilang karyawan yang humoris harusnya digaji lebih tinggi. Nah kebetulan, hari ini atasan saya hadir dan tadi juga sudah mengakui kalau saya termasuk yang paling humoris di kantor,” kelakar partner di divisi Research and Training DDTC tersebut.