Sedang Membaca
Pemenang Lomba Menulis Ramadan Berkah (2): Belajar di Rumah Aja
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Pemenang Lomba Menulis Ramadan Berkah (2): Belajar di Rumah Aja

Lomba Menulis Ramadan Berkah Mts

Adapun tulisan pemenang kedua lomba menulis Ramadan Berkah kategori Tsanawiyah adalah Serenade Sariaklayung. Serenade adalah santri Bumi Cendikia Yogyakarta. Selamat, Serenade. Berikut tulisannya. Selamat menyimak!

Pikiran ini sedang kutempa dalam rumah yang sangat membosankan. Melatih semangat agar tak lepas ingatan. Kedisiplinan yang kian memudar, mengatur diri sendiri tidaklah mudah. Malas sempat melewati seutas benang. Melawan berbagai rasa yang tak menguntungkan. Sulit sekali rasanya memahami situasi ini. Aku percaya bahwa ilmu dapat diperoleh dimana saja, bahkan aku tidak menyadari telah mendapatkan ilmu tersebut.

Semua rasa yang muncul adalah salah satu pembelajaran yang tidak disadari. Belajar akan pentingnya pengendalian diri dan kemandirian yang tak mudah. Seringkali ku belajar secara mandiri dengan menjelajah internet. Rasa ingin tahuku dapat terpuaskan. Semakin ku pahami arti sebuah keluasaan dan kemandirian belajar. Aku dapat menyerap ilmu sesuai dengan kepahamanku. Senang sekali belajar di rumah. Mencari semua pengetahuan tanpa batasan waktu.

Aku meyakini semua manusia itu diberikan kemampuan atas dasar yang sama. Diciptakan beribu potensi, kreatifitas, serta berbagai peluang untuk mencapai kesuksesan. Atas dasar keyakinan, aku ingin berkembang dengan perbedaan yang aku miliki, sebab perbedaan untuk saling melengkapi. Mata yang terbuka mencari peluang ilmu pengetahuan ditemukan disetiap jengkalnya.

Baca juga:  Tunas GUSDURian (2): Tunas Yang (Tak) Terbatas

Belajar, bukanlah hanya sebuah kata yang hanya berkaitan dengan sekolah. Perubahan perilaku dapat dianggap telah belajar, hal ini sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Belajar di rumah menyenangkan karena waktu yang tidak terbatas. Walau waktu di gunakan untuk melihat film, semua bagiku bermakna. Memiliki daya tarik sendiri ke dalam keinginan untuk menjadi sukses.

Waktu tidaklah menunggumu, tetapi jangan biarkan kamu yang mengejar waktu. Biarlah waktu saja yang mengejar. Belajar bukan hanya dari guru dan sekolah. Belajar secara mandiri dapat dilakukan, dengan imajinasi yang dapat mendorong kreatifitas. Tidak ada yang tidak mungkin jika disertai kerja keras. Perubahan yang dilakukan dapat dirasakan bukan hanya perubahan secara perbuatan, melainkan pola yang mengendalikan perbuatan dan pikiran. Satu kata yang terdengar mudah, namun tak semua bisa memahaminya. Pikiran dimana semua sistem saraf terkumpul di otak. Mempengaruhi baik buruknya sebuah tindakan, mempengaruhi etika dan berbudaya. Semua terdapat dalam pikiran. Dalam kegiatan pembelajaran di rumah pikiran menjadi sangat leluasa.

Saat ini, perilaku yang mementingkan kepentingan bersama adalah hanya di rumah saja. Mudah di ucapkan, namun membutuhkan apresiasi yang sangat besar. Pentingnya memahami arti solidaritas antara sesama. Sebagai pelajar, belajar dirumah aja merupakan bentuk solidaritas sesama.

Baca juga:  Ramadan Pertama Zalima di Indonesia

Senang sekali dapat belajar dirumah. Dengan belajar di rumah, mata ini jeli sekali melihat peluang besar akan kemajuan teknologi yang telah tersedia. Aku tidak tahu terkadang apa yang dipelajari dari sebuah keadaan “di dalam rumah saja” tapi aku sadari bahwa aku Kembali. Sekolah pertama ku dimulai bersama keluarga. Semua pondasi yang dibangun meningkatkan kualitas karakter yang sudah dibekali semenjak tangisan pertamaku ada. Bersama keluarga, aku Kembali pada hari hari dimana semua pembelajaran dimulai. Sekarang aku dapat mengerti “senangnya belajar di rumah“. Aku merasa aku mendapatkan sesuatu yang berbeda. Pendidikan yang aku peroleh secara teratur, sistematis dan berjenjang semakin membuatku menyadari pentingnya pendidikan.

Pendidikan formal dan non formal yang di ajarkan dari dalam rumah maupun dari sistem online membuatku merasa luasnya dunia pendidikan. Beberapa bulan semenjak aku dipulangkan dari pesantren karena pandemi covid-19. Entah berapa banyak pembelajaran yang telah kudapatkan. Cukup untuk dikatakan banyak, sehingga aku tak dapat menghitungnya. Aku sangat senang dapat mengikuti proses pembelajaran formal secara online dirumah.

Walau terkadang aku merasa bosan berada di rumah. Dari kebosanan itu aku mendapatkan imajinasi tersendiri. Imajinasi yang membuat semangatku berkobar, kedisiplinanku diuji saat belajar di rumah aja, ketepatan waktu pengumpulan tugas dan ketepatan mengatur waktu semakin dilatih. Banyak kekurangannya, tapi apalah kekurangan dibandingkan ilmu yang didapatkan. Senang sekali dapat meningkatkan diri walaupun di rumah aja. Semua tergantung pikiran. Pikiran yang menggerakkan perbuatan.

Baca juga:  Festival Film Purbalingga ke-15 Sepenuhnya Daring

Hiburan dirumah dapat pula dilakukan seperti membaca, menulis, menonton, ataupun hal lainnya. Aku sering sekali melakukan hiburan dalam rumah aja yang dapat menggali ide-ide yang tak terpikirkanku. Keluarkan saja, tidak usah malu untuk mengeluarkannya. Semua butuh perjuangan. Impian itu bukan sekadar mimpi yang dapat hilang dan muncul kembali. Mimpi ditanam dalam harapan dan usaha sehingga dapat terwujud dengan keinginan. Tak mudah melewati masa-masa pandemi covid-19. Kesabaran dan kesolidaritasan sedang diuji. Jadikanlah semua pelajaran. Pelajaran atas kehidupan yang diberikan oleh sang pencipta.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
3
Ingin Tahu
2
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top