Sedang Membaca
Lika-liku 1500 Tahun Hagia Sophia: Kisah 4 Penguasa
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Lika-liku 1500 Tahun Hagia Sophia: Kisah 4 Penguasa

Salat Jumat Perdana Di Hagia Sophia 13 169

Bangunan bersejarah Hagia Sophia yang telah melewati masa 1,5 milenium mengalami perdebatan yang hangat dalam kancah internasional. Bangunan megah yang pada 10 Juli 2020 berubah status dari museum menjadi masjid atas dasar pengadilan Turki masih menjadi perdebatan bagi UNESCO.

Bangunan bersejarah ini telah menjadi saksi bisu akibat pergantian rezim kepemimpinan yang berlangsung selama 1500 tahun, Bangunan megah ini berdiri melewati waktu dan memiliki sejarah yang begitu panjang.

Hagia Sophia Masa Kekasisaran Bizantium

Hagia Sophia dalam bahasa Turki disebut Ayasofya. Hagia Sophia juga pernah dikenal sebagai Gereja Kebijaksanaan Suci dan Gereja Kebijaksanaan Ilahi. Pada mulanya bangunan ini didirikan di atas pondasi kuil pagan pada 325 Masehi, atas perintah Kaisar Konstantinus I, sebagai bentuk tanda kebesaran Kekaisaran Bizantium pada masa itu. Namun, pada saat pemerintahan Konstantinus II, Hagia Sophia berubah fungsi menjadi gereja Ortodoks pada 360 Masehi, hal tersebut didasarkan bahwa banyaknya umat Yunani Ortodoks.

Pada awal mulanya Hagia Sophia bukanlah bangunan megah yang terlihat saat ini, hanya sebatas bangunan beratap kayu. Hagia Sophia melalui masanya terjadi pergolakan akibat konflik politik pada saat Kaisar Arkadios memimpin, kerusuhan menyebabkan Hagia Sophia terbakar. Pada masa Kekaisaran Theodosis II yang merupakan kepemimpinan selanjutnya, ia kembali membangun dengan menambahkan ornamen lima nave dan jalan masuk gereja dibuat menjadi khas gereja dengan atap kayu. Namun, kepelikan Hagia Sophia sebagai saksi bisu masih terjadi lagi pada masa kekuasaan Justinan I (532 M), terjadi kerusuhan saat revolusi Nikka, Hagia Sophia pun kembali rusak.

Baca juga:  Sentimentalitas Ramadan dan Penundaan Konferensi Islam Asia Afrika

Kabar gembira masih tetap ada, pasca kerusuhan tersebut Justinan I meminta arsitek terkenal pada masa itu, yaitu Isidoros dan Anthemios untuk mendirikan ulang Hagia Sophia. Pada masa Kekaisaran Justinan I inilah Hagia Sophia menjadi pondasi awal kemegahan Hagia Sophia yang kini termahsyur.

Kubah yang menjadi naungan Hagia Sophia digadang-gadang menjadi kubah bangunan terbesar kedua setelah Gereja Pantheon di Roma. Hagia Sophi dengan kemegahannya dianggap sebagai warisan arsitektur yang penting.

 

Hagia Sophia Masa Pemerintahan Ottoman

Pada masa 1453 Masehi terjadi pengalihan kekuasaan dari era Bizantium menjadi pemerintahan Ottoman yang merupakan jihad Islam untuk memperluas ajarannya. Pada masa inilah Hagia Sophia beralih fungsi dari gereja menjadi masjid, ornamen-ornamen yang bersangkutan dengan Kekaisaran Bizantium dan Kristen ditutup dan diplester serta diperbaharui sesuai dengan fungsinya yang baru sebagai masjid dengan mengundang seorang ahli kaligrafi ternama, yaitu Kazasker Mustafa Izzet yang mengguratkan tulisan Allah SWT, Muhammad SAW, empat khalifah pertama, dan dua cucu Rasulullah SAW. Pengalihan fungsi tersebut terjadi setelah Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel.

Sultan Mehmed II mempertahankan nama Hagia Sophia sebab memang arti namanya sudah sesuai untuk tenpat beribadah, yang memiliki arti kebijaksanaan dan secara lengkap berarti tempat suci bagi Tuhan. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kesucian Hagia Sophia.

Baca juga:  Masjid Tegalsari, Candradimuka Para Tokoh Nusantara

Renovasi Hagia Sophia tidak berhenti sampai kaligrafi saja, namun juga penambahan sentuhan arsitektur Islam, yaitu dibangunnya mihrab, pendirian empat menara untuk mengumandangkan azan, bangunan seperti madrasah, perpustakaan, serta dapur umum untuk melengkapi fasilitas Hagia Sophia. Pada masa Kekaisaran Ottoman, Hagia Sophia difungsikan sebagai masjid selama 482 tahun.

 

Hagia Sophia Masa Pemerintahan Kemal Ataturk

Setelah masa Kesultanan Ottoman bubar dan Turki menjadi negara republik, Hagia Sophia kembali beralih fungsi, yaitu menjadi museum, lukisan yang ditutup dan diplester pun dibuka, bersandinglah dua ornamen Kristen pada masa Bizantium dan Islam pada masa Ottoman.

Hagia Sophia yang menjadi bangunan megah dengan perpaduan arsitektur masa Bizantium dan Ottoman pun pada akhirnya menjadi museum. Hal tersebut juga diakui oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia, mereka menyebutnya sebagai Area Bersejarah Istanbul sejak 1985.

 

Hagia Sophia Masa Pemerintahan Erdogan

24 Juli 2020, warga Istambul kembali melaksanakan salat Jumat pertamanya setelah 86 tahun. Presiden Erdogan yang kerap dinilai membangun sentimen keislaman itu melaksanakan Jumatan bersama puluhan ribu. Pergerakannya terbilang cepat, perubahan status pada 10 Juli 2020, Hagia Sophia kembali kembali masjid dan dua minggu berikutnya menjadi tempat salat Jumat terbesar di Turki. Protes dan kecaman tak mengendurkan sedikit pun niat Erdogan.

Baca juga:  Menengok Natal di Maaloula: Kota dengan Bahasa Yesus

Di tengah perayaan Hagia Sophia menjadi masjid, ada suara lirih: Masjid biru yang juga megah dan bersejarah, yang berjarak tidak lebih dua kilometer dari Hagia Sophia, jadi sepi. (Penulis: Fitri Icha, Aisyah Umi Khalsum, dan Endah N. Mereka adalah mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top