Sedang Membaca
KH Ma’ruf Khozin: Perbedaan adalah Sarana Umat Berlomba dalam Kebaikan
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

KH Ma’ruf Khozin: Perbedaan adalah Sarana Umat Berlomba dalam Kebaikan

Direktur Aswaja Center PWNU Jatim, KH Ma’ruf Khozin mengatakan andaikan Allah berkehendak maka Allah akan menjadi seluruh manusia ini menjadi satu umat atau satu agama saja. Mengutip Al-Qur’an Surat al-Maidah ayat 48, Kiai Ma’ruf Khozin meneruskan, Allah membedakan antara satu dengan yang lain, karena Allah ingin menguji kepada manusia agar manusia saling berlomba dalam melakukan kebaikan.

“Kalau memang kita mengaku umat Rasulullah, ya mari service kita, kita perbaiki; layanan kita, kita perbaiki. Khidmat kita kepada umat juga kita perbaiki. Sekali lagi agar ada kompetisi. Agar ada kemudian saling berlomba,” ujar Kiai Ma’ruf Khozin dalam Kajian Dhuha menyambut Ramadhan yang diadakan oleh Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) dan Majelis Taklim Telkom Grup (MTTG) pekan lalu.

Kiai Ma’ruf Khozin meneruskan, yang kemudian harus tertanam dalam jiwa setiap Muslim semua orang beriman, Allah SWT nyatakan beriman. Hal ini sesuai ayat 10 Surat al-Hujarat.

Ia menegaskan, umat Islam mungkin boleh jadi tidak ada hubungan darah, boleh jadi di antara mereka tidak ada hubungan kerabat, serta tidak ada hubungan satu suku yang sama. “Tetapi kemudian ketika sama-sama menyembah kepada Allah, ketika nabinya yang terakhir sama seperti kita semua, yakni Nabi Muhammad, Ka’bah yang kita jadikan pusat beribadah juga sama. Maka mereka semuanya bersaudara,” imbuhnya.

Baca juga:  Nusantara Berkurban Laporkan Penerimaan dan Penyaluran Hewan Kurban

Karena itu, ketika umat Islam berada di Masjidil Haram, sementara mereka berasal dari berbagai macam perbedaan, berbagai negara warna kulit, beda pakaian ihram, mereka tetap saudara.

Lalu bagaimana jika di antara sesama Muslim ada pertikaian? Kiai Ma’ruf Khozin mengatakan, “Kalau ada perselisihan, perintahnya oleh Allah (adalah) ‘Damaikan.’ Rekonsiliasikan antara mereka,” tuturnya. Karena itu, ketika sudah terjadi perbedaaan pendapat, lalu jurang perbedaan itu semakin dijauhkan, perintah siapa yang sedang diikuti? “Sebab, perintah Allah agar kita rekonsiliasi dan kemudian tidak memperbesar perbedaan pendapat,” kata Kiai Ma’ruf Khozin.

Ia memberikan contoh, ada dua sahabat yang berbeda pendapat tentang tayamum. Saat itu mereka dalam perjalanan kemudian masuk waktu shalat. Namun, di Jazirah Arab yang gersang, mereka tidak menemukan air untuk berwudlu. Kedua sahabat ini pun bertayamum. Setelah mereka shalat ternyata ada air.

Kedua sahabat ini pun mengambil tindakan yang masing-masing berbeda. Sahabat yang satu mengambil wudlu dengan air itu, kemudian mengulang shalatnya. Sementara satu lagi tidak mengulang shalat.

Peristiwa ini lalu dilaporkan kepada Nabi. Nabi menyampaikan, kepada yang tayamum dan tidak mengambil wudlu serta tidak mengulang shalat, sudah sesuai sunah. Kepada yang berwudlu, Rasulullah mengatakan mendapatkan dua pahala, karena pahala dengan tayamum dan shalat itu.

Baca juga:  Naturalisme Menurut Kiai Luqman Hakim: Menjauhkan Manusia dari Pencipta Alam

“Dalam ranah ijtihad tidak ada kebenaran tunggal, namun sama-sama membenarkan,” tegas Kiai Ma’ruf Khozin.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top