Di dalam buku Presiden Gus Dur Untold Story, Priyo menulis tentang kedatangan Presiden Gus Dur di Istana. Hari itu, dia, staf Kepresidenan dan Paspampres menyambut kedatangan Presiden dalam rangkaian acara yang di anggap akan berlangsung kaku dan formal seperti penyambutan terhadap Presiden sebelumnya.
Di mobil terlihat seorang lelaki dengan perawakan gemuk duduk dengan santainya di jok mobil mewah yang dilapis kulit pilihan. Posisi duduknya yang agak melorot membuat kemeja putih yang ia kenakan berlipat-lipat di bagian punggungnya. Tanpa jas, tanpa dasi. Ia lebih Nampak seperti pegawai atau karyawan pada umumnya. Bahkan saat itu ia langsung seperti Pak RT di kampung. Betapa Gus Dur merupakan sosok yang sangat sederhana.
Sama sekali tidak ada kesan istimewa dari penampilan Gus Dur. Apalagi kesan angker. Tidak ada sama sekali. Tidak ada kesan presiden babar blas. Apalagi waktu itu Gus Dur tidak memakai sepatu. Namun tak lama kemudian ibu negara membisikkan sesuatu yang membuat Gus Dur mengangguk dan memakai sepatu tanpa tali yang modelnya tidak terlalu formal dan tidak terlalu mengkilat.
Sejurus kemudia, seorang perempuan muda berkerudung merah dengan berlari kecil menghampiri presiden. Bersama dengan ajudan, dia membantu presiden keluar dari mobil serta dengan sigap menggandeng lengan presiden. Perempuan itu adalah Mbak Yenny Wahid.
Semua staf istana tidak ada yang bersuara karena tegang menyambut presiden baru. Namun para wartawan menghujani Presiden dan Ibu Negara dengan lampu kameranya. Beberapa teriakan wartawan memanggil nama Gus Dur juga terdengar. Presiden tidak menanggapinya. Hanya Mbak Yenny yang sekali-kali berpaling kea rah kerumunan wartawan.
Presiden bersama istri dan putri-putrinya memasuki wisma negara dengan dipandu oleh kepala rumah tangga kepresidenan. Sepanjang jalan Ibu Negara tersenyum ramah kepada para staf yang hadir.
Ibu dan anak-anaknya itu terlihat santai. Sama sekali tidak ada kesan jaim.
“Ayo tho In, cepatan!” kata Ibu Negara dari kursi rodanya.
“Sik Talah.” Jawab putri bungsunya, Inayah Wahid yang bergegas mendekati ibunya.
Mereka bergegas menuju kamar Presidential Suite.
Mantan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Bondan Gunawan, dalam haul KH Abdurrahman Wahid dengan tema “Gus Dur Sebagai Aktivis” mengatakan bahwa presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ternyata hanya membawa uang Rp 10.000 saat memasuki Istana Kepresidenan setelah dilantik menjadi presiden pada Oktober 1999. Karena Gus Dur juga sama sekali tidak mempersiapkan diri menjadi presiden.
“Mungkin bapak-ibu enggak percaya, Gus Dur masuk Istana, uang yang ada di dompet Gus Dur itu hanya Rp 10.000, mungkin presiden termelarat di dunia,” ungkapnya. (RM)
Lucu mengharukan sekaligus membanggakan.. Gus Dur mmng tiada duanya..