PURBALINGGA-Jaringan Kerja Film Banyumas Raya (JKFB) dan Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga bekerjasama dengan Direktorat Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan meluncurkan film dokumenter bertajuk “Mencari Soetedja”, di Rajawali Cinema Purwokerto, Kamis, 15 November 2018, jam 10.00 WIB.
Film tersebut mengangkat sosok komponis kenamaan Raden Soetedja Purwodibroto, yang lebih dikenal lewat lagu berjudul “Ditepinya Sungai Serayu”.
Sutradara “Mencari Soetedja”, Bowo Leksono mengaku, proses riset film dokumenter memakan waktu sekitar 8 tahun. Berbekal sebuah kliping fotokopian koleksi keluarga pengumpulan data primer dan sekunder dimulai.
“Proses pencarian narasi tentang Soetedja ini cukup sulit. Bahan artikel dari media massa, blog, tulisan salah satu narasumber film -Sugeng Wijono-, hingga wawancara dengan putra-putri R Soetedja,” katanya, Rabu (7/11).
Bowo menuturkan, dokumenter berdurasi 24 menit ini bertutur mengalir dari putra-putri dan keponakan Raden Soetedja, serta beberapa orang yang merasa bersinggungan secara kesejarahan. Proses pengambilan gambar dilakukan di beberapa tempat yaitu sekitar Banyumas, komplek Pasar Purwareja Klampok, Banjarnegara, Jakarta Pusat, Bekasi, Depok, Tangerang dan Bandung.
Proses riset, katanya, sempat menemui kendala. Sebab, tokoh-tokoh yang hidup sezaman atau masuk dalam perlintasan proses berkarya bersama Soetedja telah tiada, mulai dari S Bachri, Bing Slamet hingga Suyoso Karsono, perwira tinggi Angkatan Udara Republik Indonesia sekaligus pendiri Irama Record. Terakhir, Nien Lesmana, istri mendiang Jack Lesmana, orang tua musisi jazz Indra Lesmana, yang banyak menyanyikan lagu-lagu Soetedja meninggal di tahun 2017 lalu. Pun demikian dengan seniman-seniman Purwokerto yang pernah mengisi kesenian di RRI Purwokerto.
“Bagi kami pencarian R Soetedja ini takkan pernah selesai, hingga tak berbatas. Harapan kami, film ini menjadi pemancing riset, bahkan kepedulian pemerintah untuk menempatkan sosok Soetedja sebagai tokoh musik modern dan panutan para musikus. Setidaknya, bukan sekadar menjadi nama Gedung Kesenian yang tak kunjung selesai dibangun,” ujarnya.
Produser “Mencari Soetedja”, Nanki Nirmanto mengatakan, film ini rencananya akan diputar berkeliling di ruang-ruang diskusi publik serta diapresiasi oleh komunitas film, musik maupun komunitas lainnya.
“Kami ingin seluruh masyarakat, dari Banyumas terutama, bangga dengan Raden Soetedja. Ia sebenarnya tidak hanya komponis keroncong seperti yang diketahui orang. Ia juga menguasai aliran musik lainnya, seperti hawaian, jazz dan klasik,” kata dia.