Hari ini, Selasa, 20 Oktober 2020, panitia sayembara mencari esais muda yang diadakan Kementerian Agama RI dan ALIFID akan menggelar sidang munaqasah bagi 10 peserta terbaik. Acara akan dilangsungkan secara virtual melalui zoom meeting.
Dalam sidang ini, dewan juri akan merekmendasikan lima peserta terbaik kepada panitia. Tahap selanjutnya, panita akan memilih tiga peserta terbaik yang berhak dianugerahi sejumlah hadiah berupa uang dan penerbitan karyanya, baik dalam bentuk buku ataupun dimuat di web ALIFID. Berikut ini sekilas profil yang akan menilai proposal peserta melalu wawancara virtual siang nanti, pukul 13.30-15.00:
Ma’ruf Khozin
Tahun ini, tepatnya 4 April, pria kelahiran Malang yang biasa dipanggul Gus Ma’ruf genap berumur 40 tahun. Pendidikan agamanya ditempuh di pesantren yang terkenal ketat dalam ilmu nahwu, sharaf, serta disiplin ilmu fikih yang sistematis: Al-Falah Ploso Kediri, Jawa Timur. Jenjang S1 ditempuh di Universitas Sunan Giri Surabaya (UNSURI).
Aktivitasnya yang padat di Lembaga Bahtsul Masail PWNU Jatim, Aswaja NU Center, dan Wakil Sekretaris MUI Surabaya tak mengurangi sedikit pun untuk aktif di dunia maya. Status-statusnya di Facebook tentang fikih, akidah, NU, termasuk humor-humor segar selalu mendapatkan apresiasi ribuan netizen. “Jika kita mengatur dengan baik waktu dan emosi, aktif di Facebook tidak mengganggu, bahkan akan mendukung aktivitias kita,” kata Gus Ma’ruf suatu ketika.
Statemennya tentang Facebook itu dibuktikan dengan disiplin menulis buku. Tujuh bukunya tentang fikih Islam, khususnya terkait Hujjah Ahlissunah wal Jamaah, telah beredar luas di masyarakat. Buku-bukunya berjudul: Risalah Ziarah Kubur, Runtuhnya Teori Aliran Salafi, Fikih Jenazah An-Nahdliyah, Fikih Qurban dan Aqiqah, Fikih Ramadhan, Tahlilan Bidah Hasanah, dan Jawaban Atas Tuduhan Bidah dan Syirik.
Mohamad Anang Firdaus
Usia Anang masih muda. Ia lahir Sidoarjo, 10 Juli 1989. Namun semua jenjang pendidikannya sudah dikhatamkan, dari S1 hingga S3 di UIN Sunan Ampel Surabaya. Ia tumbuh dan besar di lingkungan pesantren Tebuireng. Oleh karena itu tidak heran jika ia matang dalam ilmu agama. Dari pendidikan dasar hingga tinggi, semuanya di bidang agama. MI Perguruan Mu’allimat Cukir, MTs Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng, dan MA Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng. Jenjang S1 ditempuh di Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng dan Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.
Selain aktif menulis di jurnal dan eesai-esai pendek di media massa, Gus Anang juga telah menerbitkan sejumlah buku, antara lain Buku Karomah Sang Wali; Biografi KH. M. Adlan Aly Jombang (Pustaka Tebuireng), Aswaja dan KeNUan Pesantren Tebuireng (team) (Pustaka Tebuireng, 2020), dan مختصر جامعة المقاصد للعالمة الشيخ محمد هاشم أشعري (Turats Tebuireng, Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Jombang).
“Saya memulai di dunia tulis menulis dengan rajin membaca karya sastra,” cerita Gus Anang.
Kini ia aktif menjadi dosen di Ma’had Aly Tebureing, IAIN Kediri, dan sejumlah kegiatan di bidang literasi, serta menjadi pengurus di Pesantren Tebuireng.
Umdah el Baroroh
Di tengah aktivitas perempuan musil, nama Umdah tidaklah asing. Teman-temannya mengenal sebagai ulama perempuan muda dengan penguasaan literatur Islam klasik yang kuat. Selain mendalami fikih dan tafsir, perempuan kelahiran Pati, 1 juni 1977, juga membaca teks-teks tasawuf seperti Ibnu Arabi, sesuatu yang jarang dilakukan perempuan.
Umdah sempat lama tinggal di Jakarta, namun dalam sepuluh tahun terakhir dia kembali ke kota kelahirannya untuk mengasuh pesantren peninggalan orangtuanya, di Cebolek Kidul Margoyoso Pati, Jawa Tengah. Ia juga Dosen Ipmafa pati dan Ma’had Aly Maslakul Huda Pati.
Tak hanya di dunia pendidikan, Umdah juga bergiat di ulama perempuan di KUPI, Fatayat cab. Pati, RMI wilayah Jateng, Pusat Fisi Ipmafa, Kajen, Pati, Jawa Tengah.
Muhtadin AR
Namanya tidak dikenal publik di tengah viralnya film dokumenter Jalan Dakwah Pesantren tahun 2016-2018, namun dialah yang mendorong dan mendukung film tersebut sebagai produser. Pendidikan pesantrenya ditempuh di Demak dan Pesantren Nurul Ummah, Jogjakarta. S1 dan S2 diselesaikan di UIN Sunan Kalijaga Jogja dan PTIQ Jakarta.
Dia aktif menulis di media massa untuk tema pendidikan dan agama. Lelaki kelahiran Demak 23 September 11975 ini pernah sebetul dari tahun 2000 awal sadar dunia internet, yaitu sewaktu aktif di P3M Jakarta. Profil-profil pesantren seantero Indonesia dia online-kan, yang sebelumnya hanya berserak di buku-buku.
Jauh hari, sewaktu intenet belum terjangkau masyarakat luas, dia mengatakan, “Internet itu masa depan, orang pesantren harus menguasainya.” Dalam dunia perbukuan pesantren, ia giat membuat dan mengeditori profil-profil kiai yang jarang diekspos.
Susi Ivvaty
Anggota dewan juri ini berbeda dengan empat profil yang bergumul dengan dunia agama di pesantren. Susi yang dilahirkan di Temanggung Juni 1974 malang-melintang di dunia jurnalistik, di Kompas 16 tahun, dan sebelumnya di Bernas Jogja dua tahun.
Namun demikian, dunia keagamaan tidak jauh dari dirinya. Ia pernah mesantren di Temanggung, di Jogja. Pendidikan kesarjanaannya di UGM jurusan Sastra Arab. Ketertarikannya pada tradisi Nusantara dengan segala macam bentuk dan budayanya membawa dia pada studi tradisi lisan, jenjang S2, di UI.
Tiga tahun terakhir ini bersama teman-temannya mengelola Alif.ID. Selain menulis di bidang tradisi dan budaya, Susi juga menerjemah buku. Salah satu bukunya adalah 25 Masjid Legendaris (2017).