Sedang Membaca
Inget Mamah Dedeh? Baru-Baru Ini Dia Menjelaskan Tentang Rumah Tangga
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Inget Mamah Dedeh? Baru-Baru Ini Dia Menjelaskan Tentang Rumah Tangga

1 A Mamah Dedeh

Pendakwah Ustadzah Dede Rosidah Syarifuddin atau Mamah Dedeh memberikan penjelasan mengenai rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Ia juga menjelaskan bahwa rumah tangga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Ditekankan, rumah tangga yang baik akan membentuk sebuah tatanan masyarakat yang juga baik.

Menurutnya, manusia normal di seluruh dunia pasti mendambakan sebuah keluarga. Hal ini merupakan takdir Allah yang membuat laki-laki dan perempuan memiliki rasa saling menyukai kepada lawan jenis. Ia lantas menjelaskan surat Ali Imran ayat 14.

“Manusia normal di alam dunia pasti menyukai yang enam. Laki-laki menyukai perempuan, anak-anak, kekayaan emas-perak, kendaraan, peternakan, sawah ladang. Enam macam ini hanya perhiasan hidup dalam dunia, kepada Allah tempat kembali yang baik. Artinya, manusia normal dalam ayat ini, laki-laki pasti suka perempuan dan perempuan pasti suka laki-laki,” kata Mamah Dedeh menjelaskan ayat tersebut, dalam Pesantren Digital Majelis Telkomsel Taqwa (MTT), pada 29 September 2021.

Kemudian, ia melanjutkan penjelasan dengan memaknai surat Ar-Rum ayat 21. Artinya, di antara tanda-tanda kekuasaan Allah, diciptakanlah manusia secara berpasang-pasangan agar merasakan ketenteraman dan Allah menjadikan rasa kasih dan sayang di antara pasangan tersebut.

“Allah berikan fitrah kepada kita, laki-laki menyukai perempuan dan perempuan menyukai laki-laki buat kebutuhan kita. Karena kata Allah, orang yang sudah menikah akan tenang dan tenteram. Itulah yang disebut selama ini sebagai sakinah,” terang pendakwah kelahiran Ciamis, Jawa Barat, 70 tahun lalu itu.

Dijelaskan, sakinah berasal dari akar kata ‘sikin’ yang berarti pisau sangat tajam. Ia menganalogikan beberapa hewan seperti sapi, kerbau, kambing, dan ayam ketika dipotong dengan pisau yang sangat tajam akan mengamuk terlebih dulu dan kemudian terdiam atau tenang.

Baca juga:  Siapa Perempuan yang Membesarkan Soekarno?

“Jadi, orang yang sebelum menikah resah dan gelisah, kacau dan galau, begitu masuk pernikahan, sakinah. Inilah yang dimaksud ketenangan dan ketenteraman. Masyaallah luar biasa,” tutur Mamah Dedeh.

Selanjutnya, ia memaknai sakinah sebagai sebuah ketenangan yang diperoleh setelah terjadi gejolak. Sebab tidak ada satu pun keluarga, pasangan suami-istri, yang tidak pernah bergejolak. Semua orang yang berkeluarga, pasti akan mengalami pasang-surut dalam menjalani hubungan rumah tangga.

“Maka dengan adanya sakinah ini, yang semula ribut dan berantem, menjadi tenang dan tenteram. Insyaallah begitu Allah berfirman dalam ayat ini,” jelasnya.

Mamah Dedeh menekankan, jika seandainya sakinah sudah sirna dari hubungan orang yang berumah tangga maka akan ada amunisi selanjutnya yakni mawaddah. Ia menjelaskan bahwa mawaddah memiliki makna kelapangan dada, kesucian hati, dan perasaan maaf.

“Artinya orang yang memiliki mawaddah, dadanya lapang, hatinya bersih dan suci, tidak ada sedikit pun prasangka buruk bagi pasangannya. Inilah yang namanya mawaddah. Allah mengajarkan dan mengarahkan kita agar mendapatkan mawaddah,” terangnya.

Ia kemudian menjelaskan surat Annisa ayat 19. Kepada para suami, di dalam ayat ini, Allah menyuruh para suami agar menggauli istri dengan baik. Mamah Dedeh merincikan perbuatan yang baik itu yakni dengan membelai, menyanjung, mengecup, dan memberikan perhatian lebih.

Baca juga:  Larangan Mencederai Sesama

“Selanjutnya Allah mengatakan, seandainya suatu saat suami melihat sikap istrinya ada yang menyebalkan, jangan hindari mereka, jangan jauhi mereka. Boleh jadi ada sifat yang kalian tidak suka, tapi pasti di balik itu, ada sifat yang kalian suka. Masyaallah inilah yang disebut mawaddah,” katanya.

Amunisi ketiga dalam berumah tangga adalah rahmah. Hal ini harus menjadi perhatian ketika misalnya mawaddah sirna dari orang yang berumah tangga. Sebab sesulit apa pun berumah tangga, haruslah diperjuangkan dan dipertahankan.

“Rahmah itu perasaan kasih dan sayang. Rahmah timbul ketika orang itu menikah, melihat pasangannya punya kekurangan, timbul perasaan belas kasihan, menyayangi pasangannya. Untuk kita ketahui, manusia tidak ada yang sempurna. Manusia tempatnya salah dan lupa,” katanya.

“Rahmah perasaan kasih sayang. Kalau seseorang menikah, sadar sesadar-sadarnya, menikahi seorang normal yang punya kelebihan dan kekurangan, dalam berumah tangga, kelebihan suami menutupi kekurangan istri dan kelebihan istri menutupi kekurangan suami. Harus ada kesalingan,” tambah Mamah Dedeh.

Lebih lanjut, Mamah Dedeh menjelaskan bahwa dalam berumah tangga harus ada empat T sebagai kunci agar terjadi rumah tangga yang maslahat. Pertama, tahabbub. Orang berumah tangga haruslah saling mencintai satu sama lain.

“Kedua, ta’awun atau saling tolong-menolong. Ta’awanu alal birri wa taqwa, wa laa ta’awanu alal itsmi wal udwan. Saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, jangan saling tolong-menolong dalam keburukan dan dosa,” jelas Mamah Dedeh.

Ketiga, tasyawur yakni saling bermusyawarah. Allah berfirman, wasyawwirhum fil amri. Artinya, bermusyawarahlah dalam segala urusan. Hal ini sebagai perintah kepada pasangan suami istri agar senantiasa bermusyawarah setiap ada permasalahan apa pun, sehingga tidak saling menyalahkan karena rumah tangga milik bersama.

Baca juga:  Sufi Perempuan: Umm Abdullah Putri Khalid ibnu Ma’dan

“Keempat, ta’afi atau saling memaafkan. Manusia tidak pernah lepas dari salah dan lupa. Suatu saat pasti salah dan lupa, maka suami berbuat salah minta maaf ke istri, istri memaafkan kesalahan suaminya. Istri pun punya salah minta maaf ke suami kemudian suami memaafkan kesalahan istrinya. Ini adalah rahmah,” kata Mamah Dedeh.

Terkait rahmah ini, lanjutnya, Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 187. Disebutkan dalam ayat ini bahwa istri merupakan pakaian untuk suami dan suami adalah pakaian buat istri. Mamah Dedeh menjelaskan beberapa fungsi pakaian.

“Pakaian memberikan pengaruh psikologis bagi orang yang mengenakannya. Pakaian ini berfungsi pembeda antara orang kaya dan miskin. Kita bisa menilai orang miskin, peminta-minta dari pakaian yang dia kenakan,” jelasnya.

Pakaian juga membedakan status sosial, ekonomi, pangkat, dan jabatan orang. Untuk itulah, Allah menganalogikan suami-istri sebagai pakaian yang juga memiliki fungsi sebagai penutup dari kekurangan bagi pemakainya. Seseorang yang memiliki penyakit kulit akan tertutupi ketika mengenakan pakaian.

“Pelajarannya, rumah tangga yang rahmah adalah suami wajib menutupi kekurangan istri dan istri wajib menutupi kekurangan suami. Jangan saling membuka aib karena itu ibarat menepuk air di dulang,” pungkas Mamah Dedeh.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top