Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Humor Gus Dur: Tangkap Tommy Soeharto (1)

Setelah pekan kedua Tommy Soeharto belum juga tertangkap, Gus Dur melontarkan ultimatum saat berada di Bandar Seri Begawan untuk mengikuti KTT APEC. “Sepulang saya ke Jakarta, Tommy sudah harus tertangkap!” katanya.

Konsekwensi ultimatum itu cukup jelas: hei Jakasa Agung, Hei Kapolri, kalau si buron itu belum juga tertangkap, kalian bisa kena pecat, loh! Maka Jaksa Agung Marzuki Darusman dengan hati-hati menanggapi, bahwa pernyataan Presiden Gus Dur itu jangan diartikan sebagai ultimatum.

“Pernyataan itu harus diartikan sebagai harapan Presiden,” kata jaksa yang tetap menjadi politisi itu, memberi tafsir pribadi dan meminta masyarakat dan meminta masyarakat juga mengikuti tafsirinya.

Kapolri Surojo Bimantoro juga mengemukakan pernyataan senada. Ia malah menegaskan bahwa pihaknya memang telah sungguh-sungguh dan bekerja keras untuk mengangkap buron anak kesayangan bekas Presiden Soeharto itu. “Bahkan, kami sudah berkordinasi dan membentuk tim gabungan dengan Badan Intelijen Strategis dalam rangka ini,” tambah Bimantoro, yang juga tampak kecut mendengar petir Gus Dur yang dikirim dari Brunai itu.

Di sisi lain Jenderal Bimantoro meningkatkan serangan verbalnya –seperti mengkompensasi kejengkelannya karena “dijewer” Presiden. Dia bilang, Ny. Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut) harus segera diperiksa, karena selama ini menjanjikan bahwa adiknya akan menyerahkan diri, tapi ternyata memperpanjang “liburannya” entah di mana.

Baca juga:  Nasruddin Hoja Ditanya Orang Kafir

Kepada Tommy sendiri, Bimantoro menghimbau supaya menyerahkan diri saja. “Kalau buronan politik, masih mendinglah,” katanya, “Lah, Tommy itu kan cuma maling, kecu, begundal!”

Toh, hingga Gus Dur tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, sang buron kakap lebih suka dicap begundal alias masih bebas berenang di luar sel penjara. Sebelumnya, Gus Dur sesekali ikut mengomentari soal buronanya itu. Dia, katanya, sudah meminta Polri untuk memeriksa ruang bawah tanah kediaman Soeharto di Cendana. Wah, ruang bawah tanah?

Dalam perhitungan Gus Dur siapa tahu Tommy bersembunyi atau disembunyikan di tempat itu. Petinggi Polri menanggapi, mereka sudah memeriksa bungker yang disebut-sebut itu, dan tidak menemukan narapidana yang divonis 18 bulan penjara itu di sana.

Tapi, Anton Tabah, sekretaris pribadi Soeharto, secara tidak langsung menegaskan bahwa pemeriksanaan oleh polisi di bungker itu tidak pernah dilakukan. Loh, kok polisi berani membantah Presiden, dan berbohong kepada masyarakat? Dan mengapa Anton, yang juga seorang perwira menengah aktif kepolisian, berani memastikan hal itu menyangkut institusinya dan para koleganya sendiri. Sebab, kata dia, rumah Soeharto di Cendana itu… tidak memili ruang bawah tanah!

Jadi, di mana gerangan si Tommy ngumpet? Peristiwa buronnya sendiri ganjil dan bikin pusing, proses perburuannya tak kalah ganjil dan memusingkannya. Di balik meja kerjanya, mungkin Kapolri Bimantara terus menggerutu: “Huh, dasar begundal.”

Baca juga:  Cara Gus Dur Menyusun Kabinet dan Mengelabui Para Calon Menteri yang Kepedean

(SumberGer-Geran Bersama Gus Dur, Penyunting Hamid Basyaib dan Fajar W. Hermawan, Pustaka Alvabet, 2010)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top