Main hakim sendiri seakan sudah dianggap normal oleh masyarakat kita. Pelakunya bukan cuma rakyat buasa, tapi sering justru aparat yang berwenang. Paling tidak penghakiman dilakukan di depan aparat. Sampai-sampai majalah Tempo, jauh sebelum dibredel, pernah “menghitamkan” beberapa halamannya sebagai tanda prihati.
Para pembaca tentu kaget dan heran. Bermacam dugaan pun segera muncul. Gus Dur termasuk yang heran dan menduga-duga.
“Mengapakah Tempo dibuat hitam seperti itu?” tanya Gus Dur dalam “kuis imajinernyar”.
“Karena reportase soal dukun santet dan bromocorah Jember.”
“Siapakah yang memerintahkan menghitaman itu?”
“Tukang santet dan bromocorah Jakarta.”
(Sumber: Ger-Geran Bersama Gus Dur, Penyunting Hamid Basyaib dan Fajar W. Hermawan, Pustaka Alvabet, 2010)