Dalam sebuah acara seminar bertema “Teater dan Politik”, di Bentara Budaya Jakarta, beberapa tahun lalu, Gus Dur menyentil masalah perempuan. Kontan saja para wanita yang hadir merasa terusik dengan sentilan itu.
“Saya sering tertipu dengan wanita cantik,” katanya. Misalnya, sebelum membaca buku tentang Cleopatra, ia punya anggapan bahwa Cleopatra itu secantik Elizabeth Taylor. Setelah membaca tentang tokoh itu, ia kagum setengah mati. Bukan saja karena kecantikannya, tapi juga lantaran kepintarannya. Bahkan Cleopatra itu juga seorang ahli strategi politik.
“Padahal menurut firasat saya, di antara 1.000 wanita yang cantik itu paling-paling hanya ada 10 saja yang pintar!”
Saat acara tanya jawab, seorang peserta wanita langsung mengacungkan jari. “Dari mana Anda dapat angka hanya 10 perempuan cantik dan pintar dari 1.000 perempuan?” tanya dia agak sengit.
“Angka-angka itu ‘kan hanya firasat saja,” jawab Gus Dur, kalem. “Kita tahu, angka-angka statistik pun kadang-kadang kan hanya menyenangkan pihak tertenu.”
Kurang jelas, “angka firasatnya” itu dimaksudkan untuk menyenangkan siapa. (Sumber: Ger-Geran Bersama Gus Dur, Penyunting Hamid Basyaib dan Fajar W. Hermawan, Pustaka Alvabet, 2010)