(L. 1905)
Tokoh ini bernama H. Mansur Ismail, kelahiran Pantai Hambawang sekitar tahun 1905. Beliau anak dari H. Ismail dan Hj. Arfiah. Pada zaman awal kemerdekaan Republik Indonesia, ia diangkat menjadi Kepala Kantor Departemen Agama Kalimantan. Selain itu, dua posisi penting kedinasan yang sempat beliau peroleh ialah sebagai Kepala Qadhi Hulu Sungai Tengah, dan sebagai Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari di Banjarmasin.
Tokoh yang berpengaruh luas ini, juga dipercaya menduduki jabatan-jabatan di luar kedinasan seperti Ketua Majelis Ulama Indonesia di Banjarmasin. Ketua Majelis Indonesia Hulu Sungai Tengah, Ketua Nahdatul Ulama Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan Ketua Partai Sarikat Islam Indonesia Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Dari semua jabatan yang pernah dipangkunya, yang paling mengesankan bagi Mansur Ismail adalah ketika dipercaya menjadi Ketua Partai Islam Indonesia di Mesir.
Pada masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di daerah ini, tokoh ulama ini bergabung dengan para pejuang gerlya dan masuk ke pedalaman. Beliau selalu memberikan dorongan dan berdoa agar para perjuangan bangsa Indonesia mendapat perlindungan dari Allah SWT. Ketika dipercaya menjadi Kepala Kantor Departemen Agama Kalimantan, beliau berhasil memperjuangkan pembangunan 27 Sekolah Islam di Kalimantan, termasuk diantaranya yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yaitu pembangunan Madrasah Tsanawiyah Negeri Pantai Hambawang, yang ada pada zaman penjajahan Belanda bersama Madrasah Persatuan Perguruan Islam (PPI).
Kegiatan berdakwah yang dilakoni beliau pada masa revolusi membuat ulama ini harus siap mempertaruhkan nyawa dan keluarganya. H. Mansur Ismail pernah ditangkap oleh Belanda dan diancam dengan hukuman mati. Namun nyawanya dapat diselamatkan oleh para pejuang. Jiwa patriotik ulama yang satu ini terbawa sampai ke luar negeri yaitu pada saat melawan kekuatan Partai Komunis yang ada di Mesir.
Tokoh ini sangat kuat memegang prinsip “kejujuran dan keimanan” sehingga pada waktu bekerja di pemerintahan pernah diberi gaji dua kali lipat oleh atasannya. Urang Pantai Hambawang yang pernah menjadi Guru Besar dan pernah mengikuti pendidikan di Shalatiah Mekkah selama 4 tahun di Universitas Al-Azhar Mesir Kairo selama 10 tahun.
Perjalanan ke luar negeri yang pernah dilakukan H. Mansur Ismail antara lain ke Singapura, Malaysia, Mesir, dan Saudi Arabia. Sedangkan karya tulis yang dihasilkannya adalah buku-buku pelajaran agama Islam seperti Fiqih, tauhid, dan lain-lain.
Dari perkawinannya dengan isteri pertama Hj. Masriah, beliau dikaruniai enam orang anak yakni Hafifah, Mustafa, Mukhtar, Maimunah, Rukayah, dan Juairiah. Sedangkan dari isterinya yang kedua Hj. Maswiyah, beliau dikaruniai dua belas orang anak yakni Ramlah, Muhammad, Halimah, Abdul Karim, Abdurrahman, Abdurrahim, Aisyah, Fatimah, Mahdiah, S.Pd., Dra. Hadijah, Salmah dan Mahmud.
Tokoh ini berpulang ke rahmatullah pada hari Sabtu, tanggal 13 Oktober 1983 bertepatan 9 Muharram 1404 H. Jenazah almarhum dimakamkan di alkah keluarga Pancasila No. 44 Rt. 02 Pantai Hambawang Barat, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.