Baru dirilis 3 hari yang lalu, film pendek dengan judul “Doa Suto” ini sudah menembus angka 22 ribu viewers. Penyambutan ini sangat positif mengawali film produksi NU online, Kemenag, Alif.id, dan Koperasi Film Halte Moencrat. Direktur Alif.id, Hamzah Sahal menyatakan, kalau nanti akan ada 3 film lain yang akan dirilis.
Film-film pendek seperti Doa Suto ini mestinya diperbanyak untuk menebarkan kebaikan dan memberi manfaat bagi para penonton. Fauji Agusta, dalam laman yutub Doa Suto menaruh komentar: Barakallah, yang kami nantikan dari tadi sudah bisa kami tonton. Kami tunggu film pendek lainnya untuk menebar kebaikan dalam kebermanfaatan dengan mengangkat konflik2 yang sering muncul dalam masyarakat sekitar kita. Semangat …
Film ini menceritakan soal bacaan sholat dan doa yang berbahasa Arab, sementara tidak semua orang Jawa dapat melafalkan dengan baik atau fasih.
Seperti yang kita tahu, di sekitar kita, masih banyak imam sholat, terutama sesepuh kita yang kesulitan mengucapkan huruf Kha’, Kho’, ‘Ain. Tidak jarang kita mendengar ucapan seperti Alpatekah, Alkamdulillah, Ngalamin, Arrokmanirrokim, dan lain sebagainya.
Di dalam film tersebut dikisahkan bahwa Kang Suto divonis oleh seorang ustadz bahwa sholatnya tidak diterima karena bacaan atau tajwidnya tidak benar. “Fatihah ini rukun bacaan wajib, kalau bapak salah pengucapannya sia-sia sholat bapak. Nggak sah sholat bapak”.
Dari vonis itu, ia mengeluh kepada Wito. Bagaimana nanti kalau dihadapan Tuhan seluruh sholatnya tidak diterima karena bibirnya yang tidak bisa mengucapkan bacaan sholat secara fasih?
Wito pun menasehati, bahwa “fasih tidaknya itu perkara tajwid. Yang penting kita sudah beribadah sebisa kita. Diterima atau tidak itu bukan urusan kita. Kalau Gusti Allah hanya menerima bibir, seluruh orang Jawa yang tidak bisa bacaan tajwid akan masuk neraka. Hanya orang Arab saja yang masuk surga”.
Suto pun masih belum puas. Apakah Gusti Allah ridho?
“Ibadah dinilai bukan dari bibir atau lisan, tapi dari hati. Kita tidak perlu repot-repot mengurusi surga atau neraka. Asal kita diperintahkan, taat, dan yakin, karena itu puncak dari keimanan seseorang.” Ujar Wito dengan tatapan yang sangat tajam dan mendalam.
Dari penuturan yang disampaikan oleh Wito, Suto pun sepakat dan menyatakan Wito sebagai gurunya.
Film yang disutradarai oleh Anton Magaski ini berakhir dengan cita-cita yang diinginkan oleh Suto, kembali kepada Gusti dalam keadaan membawa ketaatan, posisi sujud ketika sholat.
Film ini bisa ditonton melalui pranala berikut: DOA SUTO. Yuk sebarkan!