Sedang Membaca
Djakarta Teater Platform 2020 “JEDA”
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Djakarta Teater Platform 2020 “JEDA”

20201121 081751

Jakarta, 20 November 2020 – Saat ini dunia berada di dalam sebuah kenyataan baru,
kenyataan yang banyak merubah aspek-aspek kehidupan. Pandemi Covid-19 yang mendera
hampir di seluruh dunia mengakibatkan pola hidup dan sosial kemasyarakatan berubah. Dunia dipaksa untuk beradaptasi dengan kondisi baru ini tidak semata-mata untuk bertahan, melainkan juga untuk terus bergerak.

Kondisi yang serba menyulitkan ini juga sangat dirasakan dalam perkembangan seni pertunjukan di seluruh dunia. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, ketika kita akhirnya
harus berjarak dengan karya, bahkan karya dengan para penggiat dan seniman pertunjukannya.

Dalam sejarah Panjang kesenian, terutama teater, dapat dikatakan tidak menyerah dengan
faktor-faktor yang melemahkannya. Tidak menyerah dengan kondisi yang tak urung membaik.

Kondisi ini sejatinya adalah sebuah momentum, untuk melihat kembali apa yang telah dikerjakan dan berkembang dalam skena pertunjukan hari ini, serta mendiskusikan bagaimana teater mengambil peran dan tempat untuk keberlanjutan hari esok, guna mengambil langkah-langkah dan bersiasat dalam menciptakan sebuah karya dengan segala keterbatasan dan kebaruan.

Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta kembali menggelar Djakarta Teater Platform sebagai
ruang pertemuan, pertukaran gagasan, distribusi pengetahuan, dan medium penciptaan karya.

Komite Teater sangat menyadari batapa pentingnya ruang-ruang kreatif teater tetap terjaga dan berkesinambungan. Hadir dengan semangat baru, Djakarta Teater Platform 2020 mengusung tema “JEDA”.

Baca juga:  Pusdeka UNU Jogja Adakan Bedah Buku Membahas dari Aborsi sampai Childfree

Menghadapi perubahan yang masif, kita perlu menarik jarak dan melihat lebih luas melalui
Jeda. Kata Jeda sendiri merupakan situasi henti yang tidak pasif sepenuhnya, dalam Jeda kita
menarik nafas, melakukan refleksi panjang yang sekaligus mempersiapkan hal yang akan
dilakukan kedepan.

Para penggiat seni pertunjukan hari ini berlomba-lomba untuk tetap ‘bernafas’ dengan
memanfaatkan ruang-ruang digital agar produksi karya tetap berjalan. Dunia virtual sejatinya digunakan sebagai alternatif berkesenian di masa pandemi. Ruang-ruang digital memungkinkan sebuah karya atau kerja artistik menembus batas-batas lama dan beradaptasi dengan hal-hal baru yang perlu ditimbang untuk pemulihan keadaan dunia kesenian pasca pandemi.

Hal ini bisa dinilai sebagai peluang bahkan tantangan. Perdebatan di antaranya bisa kita gunakan sebagai amunisi untuk membaca lebih jernih dalam mengatur siasat penciptaan dan penyajian karya. Di situlah, Djakarta Teater Platform membentang wacana dalam JEDA ini yang diturunkan dalam rangkaian presentasi proses karya, presentasi karya panggung luar dan lokakarya yang menjadi program utama tahun ini.

Melalui sejumlah programnya, Djakarta Teater Platform “JEDA” 2020 mengajak para
seniman, penggiat teater, pengamat, produser, birokrat dan publik seni untuk memanfaatkan
‘momentum’ guna memperkuat jaringan dan kerja artistik, menelusuri dialektika perwajahan kesenian hari ini yang kerap memanfaatkan media digital.

Baca juga:  Gus Dur Memorial Lecture: Yang Sama Jangan Dibeda-bedakan, yang Beda Jangan Disama-samakan

Ruang Presentasi Proses Kaya – Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta menyadari
pentingnya memberi ruang bagi karya-karya yang masih terus mencari bentuk, kolabolator dan penajaman melalui pertukaran gagasan. Ruang Presentasi Proses Karya menghadirkan Unlogic Theatre, rokateater, Teater Selembayung, Sun Community, Language Theatre, dan Kolaborasi Abdi Karya (Indonesia) dengan Theater na nOg (Inggris) dalam proses (Work in Progress) yang tercetus di masa vakum dengan harapan dapat memeriksa kembali proses penciptaan atau penyajian karya dalam ruang ini.

Presentasi Karya Panggung Luar – merupakan ruang uji bentuk karya di masa pandemi.
Seniman dan grup terpilih akan menginisiasi sebuah proyek presntasi langsung dengan
sejumlah pementasan baru di ruang dan media baru. Program ini menampilkan Teater SIM
dengan karya “Pembajak Makan Malam” dan Teater Ghanta dengan karya “Musim Ketiga:
Tempat Terbaik di Dunia” yang keduanya menawarkan uji bentuk karya adaptasi masa
pandemi.

Diskusi Buku – Djakarta Teater Platform “JEDA” 2020 juga menyuguhkan Diskusi Buku: Drama Berakhir Dengan Diskusi (63 Kumpulan Esai Wiratmo Soekito) yang melengkapi penerbitan buku kumpulan esai Wiratmo Soekito “Drama Berakhir dengan Diskusi” .

Merupakan Kerjasama Dewan Kesenian Jakarta dengan Institut Kesenian Jakarta. Wiratmo
Soekito adalah pengajar Apresiasi Drama di Institut Kesenian Jakarta. Sebagai konseptor
Manifes Kebudayaan 1963, dirinya menolak posisi kebudayaan dalam subordinasi politik,
Beranjak dari pemikirannya dalam bidang kebudayaan, kesusastraan, dan politik, diskusi ini akan berpusat pada pengamatan Wiratmo Soekito terhadap teater.

Baca juga:  Gus Yahya dalam Muktamar Internasional Fikih Peradaban: Islam Agar Hadir sebagai Solusi Masalah

Lokakarya Pencitaan Teater – Lokakarya ini ditujukan sebagai ruang belajar bersama para
sutradara teater dari kelompok-kelompok di lingkungan Festival Teater Jakarta (FTJ) yang
tergabung dalam 5 asosiasi teater di Jakarta. Dari setiap asosiasi teater, telah dipilih 3 sutradara untuk secara bersama selama total 5 hari (daring dan luring) mengelaborasi seberapa jauh pentingnya metodologi penciptaan teater. yang akan dipantik dan dipantulkan dari metode penciptaan bersama Teater Garasi dan pengalaman Yudi Ahmad Tajudin sebagai sutradara.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top