JAKARTA, – Sebagai negara dengan basis keagamaan besar di dunia, media harusnya jadi jembatan informasi menjernihkan publik terkait isu yang berpotensi jadi konflik keagamaan.
Hal itu diungkap Dedi Slamet Riyadi, Kasubdit Bina Paham Keagamaan Islam dan Penanganan Kementerian Agama (Kemenag) yang mengisahkan, ia pernah menemukan tuduhan sesat dari satu kelompok terhadap kelompok tertentu kerap diterima begitu saja oleh tokoh agama dan media.
“Liputan dari salah satu media arusutama menyuruh polisi menangkap pimpinan MPPTI (majelis tasawuf) di Aceh dan Sumatera Utara yang dianggap sesat. Namun, kita tidak mendapatkan analisis yang mumpuni tentang kelompok itu. Semua didasarkan pada perkataan satu pihak saja, tanpa kajian komprehensif,” papar Dedi, Jumat (9/5/2023) di Jakarta.
Hal itu diungkapkan Dedi saat buka Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan bertajuk “Media dan Pemberitaan Konflik Sosial. Acara ini sendiri bagian utama dari rangkaian Islami Festival 2023 yang digelar Kemenag bersama UNICEF-Kemendikbud,
“Media sering tidak melakukan verifikasi secara mendalam terhadap pernyataan kontroversial. Media Perlu Bijak dan Kritis Meliput Konflik Keagamaan,” jelasnya.
Senada dengan Dedi, Zezen Zainal Muttaqin dari UNICEF, melihat persoalan konflik juga masuk dalam perhatian mereka.
“Membangun masyarakat akan sulit bila tidak merangkul tokoh agama,” tegasnya
Acara ini merupakan Dialog imensinergikan antara Unicef dan Kemenag, berjuang untuk mengarusutamakan pemberitaan yang bijak dan berperspektif HAM terhadap konflik sosial. Termasuk terhadap tokoh-tokoh agama di Indonesia,” tambahnya.
Adapun acara ini merupakan rangkaian Islami Fest 2023 yang digelar 9-10 Juni 2023 dan menghadirkan Prof. Quraish Shihab sampai Habib Ja’far-Onadio Leonardo dan Kotak Band, serta bakal ditutup closing remarks dari Menteri Agama Yaqut C. Qoumat.
Acara ini digelar Islami.co didukung oleh Kemenag, Unicef, Kemendikbud serta sejumlah Lembaga yang peduli terhadap Isu Keberagaman.