“Tahukah kamu? 11 Juli 1968 adalah waktu pernikahan Gus Dur dan Ibu Sinta Nuriyah. Pernikahannya pun dilakukan jarak jauh. Gus Dur di Mesir, Sinta Nuriah di Jombang. Lha kok bisa?”
Demikian kalimah yang diposting Jaringan Gusdurian sejam lalu. “Gurutta Sanusi Baco pernah bercerita. Di buku Gus Dur selalu tersimpan rapi foto seorang perempuan. Ketika ditanya foto siapa gerangan, Gus Dur menjawab bahwa foto itu sang penyemangatnya. Sinta Nuriyah, namanya. Ke manapun Gus Dur selalu membawa foto tersebut,” lanjut Jaringan Gusdurian yang followernya 89.9K dengan jumlah postingan 2,775.
Tanggal 11 Juli 1968 jatuh pada hari Kamis, bertepatan dengan 16 Rabiul Akhir 1388.
Pernikahan jarak jauh antara Gus Dur dan Ibu Sinta ini terkenal, sering menjadi cerita dan menjadi contoh bahwa pernikahan itu boleh dilakukan in absentia, asalkan ada orang yang mewakilinya. Bukan jarak jauh via pesawat telepon atau zoom. Pernikah ini juga jadi humor, karena yang mewakili Gus Dur adalah kakeknya yang waktu itu sudah sangat sepuh, yaitu Kiai Bisri Syansuri, seorang ulama yang berasal dari Pati. Kiai Bisri adalah kakek Gus Dur dari jalur ibu, Nyai Sholichah.
Dalam informasi singkat yang sampaikan Jaringan Gusdurian, yang juga sering dikisahkan oleh Gus Dur sendiri, banyak orang terkaget-kaget, dikira Kiai Bisri yang sudah sepuh itu menikah lagi dengan gadis belia nan cantik jelita. Oh tidak, ternyata Kiai Bisri mewakili prosesi ijab-kabul Gus Dur saja. Jangan salah ya, Kiai Bisri adalah kiai penganut monogami, begitu juga menantunya, Kiai Abdul Wahid Hasyim. Praktik perkawinan monogami juga dijalani Gus Dur. Luar biasa bukan?
Omong-omong perkawinan jarak jauh, Gus Dur pernah ditanya –ya mungkin karena dianggap dirinya telah mempraktikkannya: Gus apakah boleh akad nikah dilakukan melalui Yahoo Messenger, satu teknologi chat yang terkenal awal-awal tahun 2000?
Gus Dur menjawab: Boleh saja, asal bercintanya jarak jauh juga…