Sejarah mencatat mengenai kegemilangan peradaban Islam sebagai salah satu fase sejarah terbaik dalam panggung perdaban dunia. Umat Islam menjadi umat yang paling unggul dalam beberapa dekade kekhalifahan Islam. Orang-orang Arab menjadi pelopor keagamaan Islam yang mengajarkan ilmu teologi, filsafat, etika, hukum, dan sains yang secara lengkap tertuang dalam al-Quran dan Sunnah. Dengan penguasaan ilmu pengetahuan, masyarakat Arab menjadi bangsa yang unggul dengan naungan agama Islam sebagai fondasi religiusnya.
Seiring berjalannya waktu, umat Islam menunjukkan kapasitas mereka sebagai umat yang unggul. Jauh sesudah Nabi Muhammad Saw wafat, Islam berkembang dengan sangat pesat sampai ke negeri di luar Arab, peradaban yang berada di bawah naungan Islam menemukan jatinya dirinya dan selalu melakukan inovasi. Hal itu terutama terjadi dalam bidang ilmu pengetahuan dan sains. Tidak itu saja, pemerinatah yang berkuasa pada saat itu dibantu para cendekiawan muslim mendirikan perpustakaan andal dan universitas Islam yang unggul.
Selama paruh kedua abad ke-V H, pendidikan mencapi puncaknya dalam dunia Islam dengan didirikannya sekolah-sekolah Nizamiyah oleh Nizam al-Mulk (w. 1092 M), perdana menteri Alp Arslan, penguasa Seljuk. Sekolah-sekolah ini didirikan di Baghdad, Nisabur, dan kota-kota lainnya. Tidak itu saja disamping Nizamiyah ada sekolah Mustansiriyah. Menurut Firas Alkhateeb universitas tertua Islam bahkan dunia bukan Nizamiyah ataupun Mustansiriyah melainkan Universitas Karaouin yang didirikan oleh ulama perempuan asal Fez, Maroko pada tahun 859 M (Firas Alkhateeb, 2014:89)
Adalah Nizam al-Mulk sang pendiri sekolah Nizamiyah di Bagdad (459 H), sekolah paling masyhur sekaligus tempat Abu al-Ishaq Syirazi dan Abu Hamid al-Ghazali (w. 1111) guru yang paling terkenal di sana. Para fuqaha dan para sarjana dari antero Dunia Islam memberikan perhatian khusus pada sekolah-sekolah itu. Alasannya sangat mudah, karena sekolah-sekolah itu menyelengarakan program-program agama, halaqah-halaqah, dakwah, dan perdebatan teologi. Sejak saat itu, pendirian sekolah-sekolah (maktabah) di Dunia Islam menjadi tersebar luas.
Pada awal berdirinya, Nizamiyah di Baghdad memberikan kuliah-kuliah fiqh madzhab Syafi’i, hadis, dan pelajaran membaca al-Quran, tafsir, ushul fiqh, kalam, matematika, kedokteran, dan kajian-kajian sastra. Nizam al-Mulk sangat setia terhadap khalifah Abbasiyah yang termaksud madzhab Sunni. Dia memutuskan untuk menjadikan ibu kota Bagdad sebagai salah satu pusat terbesar bagi madzhab-madzhab teologi di Dunia Timur Islam (Ali Akbar Velayati, 2010:102).
Mengenai jumlah guru dan profesor di sekolah Nizamiyah sejak berdiri sampai tahun-tahun terakhir, Pengaranng kitab Washaya Nizam al-Mulk menulis bahawa Abu Hanifah (w. 767) menerangkan setidaknya terdapat delapan puluh lima profesor yang namanya dia sebut. Misalanya antara lain ada Abu Ishaq al-Syirazi (w. 476 H), Abu Abdullah al-Thabari (w. 495 H), Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H), Abu Muhammad al-Khawarizmi (w. 568), dan Ibn Fadhlan (w. 592 H).
Tidak di Bagdad saja, Nizam al-Mulk juga mendirikan sekolah Nizamiyah di negara Timur dekat seperti di Nisapur, Isfahan, Balkh, dan Basrah. Dengan metode dan kurikulum yang sama seperti yang diajarkan di Bagdad. Namun, ada karakteristik tersendiri dimasing-masing sekolah Nizamiyah yang tersebar itu. Seperti Isfahan karena letak geografis dan penghormatan Nizam al-Mulk terhadap para pemikir dan fuqaha di sana, maka profesor yang ditempatkan di Isfahan tidak sembarangan.
Begitupula dengan Nizamiyah yang ada di Balkh, karena luasnya lebih besar dari pada Nizamiyah yang ada Bagdad. Maka secara otomatis murid dan para sarjana lebih banyak dan lebih militan dari pada di Bagdad, terbukti dengan ditempatkannya Adam bin Asad al-Suhrawardi dan muridnya yang masyhur Rasyid al-Warfat sebagai guru besar kenamaan di sana. Namun siapa disangka, sekolah ini hancur seiring berjalannya pemerintahan al-Mu’tashim Billah.
Adalah Universitas Mustansiriyah sebagai universitas kenaamaan ke dua di Bagdad yang didirkan pada tahun 1234 M. Universitas Islam yang menjadi kebanggaan umat Islam, karena pengaruhnya yang begitu besar bagi Universitas Eropah. Universitas Muntasiriyah memiliki fakultas-fakultas yang mumpuni, lihat saja Fakultas Hukum, dibagi berdasarkan bagian-bagiannya dan berdasarkan kemapuan seorang mahasiswanya. Lebih istimewanya lagi, tidak boleh menerima mahasiswa lebih dari 300 di setiap fakultasnya, dan Maha-gurunya digaji menurut banyaknya mahasiswa yang ada.
Lebih uniknya lagi, Mustansiriyah menyediakan dapur umum bagi para mahasiswa yang menyajikan makanan-makanan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan protein bagi sang pencari ilmu. Di dalamnya, disediakan sebuah perpustakaan andal yang menyediakan kantor khusus bagi mereka yang ingin menyalin, membuat karangan baru, dan menyusun sebuah buku dengan fasilitas yang sangat lengkap dan itu tidak dipungut biaya sepersen pun (Omar Amin Hosein, 1981:27).
Di saat malam hari, lampu-lampu Mustansiriyah terang benderang, untuk memberikan penerangan cahaya bagi mereka yang kuliah malam, ini adalah keajaiban. Satu-satunya Universitas Islam yang memiliki lampu penerangan seperti istana khalifah. Layaknya istana khalifah, di sebalah dalam tiap-tiap ruang fakultas terdapat sebuah tempat pemandian Indah, semata-mata diperuntukkan bagi para mahasiswa.
Di samping universitas dibangunkan sebuah rumah sakit khusus bagi mereka mahasiswa dan guru besar. Dokter-dokter setiap pagi diwajibkan datang mengunjungi rumah sakit itu, untuk memeriksa para mahasiwa yang sedang sakit. Bagi setiap pencari ilmu yang masuk dalam Mustansiriyah, hidupnya dijamin, keamanannya terjaga, dan masa depannya sudah pasti tidak dikhawatirkan. Ini adalah universitas Islam pada masa the Golden of Age, bisa dibandingkan dengan universitas-universitas Islam yang ada pada saat ini.
Semerbak aroma Mustansiriyah pada abad ke-XIII M menyebar keseluruh penjuru dunia. Dari universitas ini yang memicu tumbuh kembangnya universitas-universitas yang ada di Eropa. Ternyata Salahuddin al-Ayubi (w. 1193 M) membangun universitas unggul di Yerussalem. Pada saat yang sama, al-Amir al-Muwahidin membangun sekolah-sekolah di Afrika Utara. Ada juga sekolah-sekolah yang terkenal yang masuk dalam afiliasi Syi’ah seperti sekolah Chabar Bagh dan Khan Syiraz. Tidak ketinggalan ada Al-Jami al-Azhar di Kairo yang dibangun atas ideologi Syi’ah.
Universitas atau sekolah kenamaan pada masa Islam Klasik menandai keunggulan bangsa Arab dalam ilmu pengetahuan dan sains. Dan umat Islam, menjadi umat terbaik pada beberapa dasawarsa saat itu. Perlu dipahami bahwa menguasai peradaban tidak selalu menggunakan pedang, tapi dengan ilmu pengetahuan, jalannya adalah belajar, kendaraannya dengan menulis, dan mesinnya adalah membaca. Maka Iqra!