Sedang Membaca
Meneroka Lokalisasi Melalui Kehidupan Lalat Buah
Oscar Efendy
Penulis Kolom

Peneliti Lalat Buah, Pusat Penelitian Biologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Meneroka Lokalisasi Melalui Kehidupan Lalat Buah

Kebijakan terkait dengan penutupan lokalisasi di Indonesia selalu menuai kontroversi, seperti beberapa tahun lalu Pemerintah Daerah menutup satu lokalisasi terkenal yang ada di Surabaya. Di kota lainnya pun demikian, seperti Kramat Tunggak di Jakarta. Membicarakan pro-kontra dalam penutupan Gang Dolly tentu tidak menyelesaikan masalah, bahkan dapat memperkeruh atau seperti menggarami lautan.

Seperti yang sudah umum diketahui, Gang Dolly adalah salah satu lokalisasi terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Di tempat ini, terdapat ratusan Pekerja Seks Komersil (PSK) yang mencari penghidupan, selain banyak juga profesi lainnya, seperti warung, ojek, dan lain sebagainya. Intinya, Gang Dolly adalah habitat hidup dari berbagai macam jenis kegiatan, baik yang berkaitan langsung maunpun tidak langsung dengan syahwat.

Hanya saja disayangkan bahwa keberadaan Gang Dolly itu sudah menjadi pemukiman juga terlalu dekat dengan pemukiman lainnya, selain tentunya akses yang mudah. Sehingga dianggap mengganggu keajegan sosial kehidupan di habitat lain. Penghuni dari ekosistem lain banyak yang datang ke habitat ini.

Banyak cerita miris di sekitar Gang Dolly, seperti anak-anak remaja Indonesia ternyata sudah lama menjadi langganan di tempat prostitusi itu.

Siklus Lalat Buah

Bila meminjam istilah biologi, Gang Dolly adalah suatu ekosistem yang berkait-kelindan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Ekosistem itu menjadi habitat (tempat hidup) bagi beberapa makhluk hidup. Tanpa ada sedikit pun terbersit dalam hati untuk mempersamakan manusia dan binatang, tetapi ada baiknya jika kita mencoba belajar dari kehidupan binatang. Mengingat, Gang Dolly sebagai ekosistem dan habitat hidup bagi beberapa kalangan.

Salah species hayati yang ada di Indonesia adalah lalat buah. Dalam menunjang dan mempertahankan siklus hidupnya, species ini biasanya akan meletakkan telur pada saat buah masih muda.

Seiring perkembangan buah, telur itu juga berkembang menjadi larva atau ulat yang akan memakan daging buah. Akibatnya, pada saat buah itu berkembang, ulat dari lalat buah akan memamakn daging buha, akibatnya buah akan lambat laun menjadi busuk dan lalu jatuh sebelum dipanen.

Tatkala buah itu jatuh, maka larva/ulat akan menjadi kepompong (atau ada propses pupasi). Lalat buah hanya bisa pupasi atau berubah menjadi kepompong pada tanah. Tidak berapa lama sejak buah busuk jatuh ke tanah, si kepompong akan menjadi lalat dan berkembang menjadi dewasa.

Baca juga:  Santri dan Konservasi Lingkungan (2): Trilogi Santri Nurul Jadid dalam Konteks Lingkungan Hidup

Saat dewasa, ia akan butuh dan mencari pasangan untuk melangsungkan kehidupan. Setelah pasangan bertemu, maka terjadi proses perkawinan. Si betina dari lalat buah, setelah dikawin akan mencari buah-buahan muda sebagai tempat meletakkan telur dan menjaga siklus hidup mereka. Begitu seterusnya.

Perlu juga diketahui bahwa lalat buah ada yang bersifat kosmopolit dan spesifik. Bagi yang bersifat kosmopolit akan bisa hidup di mana saja dan dapat memakan buah apa saja. Lalat ini memiliki adaptasi yang tinggi. Sedangkan yang specifik cenderung tidak bisa beradaptasi pada situasi yang berubah, karena jenis ini hanya bisa hidup pada suatu habitat tertntu dan buah tertentu saja.

Lalat buah adalah salah satu jenis yang memiliki potensi invasive atau kemampuan menyerang dan mengusai. Sifat menyerang dari lalat buah ini menjadikannya mampu bertahan hidup di habitat barunya dengan lebih kuat dan cenderung akan menguasai habitat barunya itu. Dengan terlebih dulu menghancurkan saingan yang ada di habitat barunya.

Selain memiliki karakter yang invasi , lalat buah juga memiliki sifat phagocyte atau memiliki daya rusak yang tinggi. Di mana pun lalat buah hidup, maka ia akan merusak, terutama pada buah-buahan.

Di beberapa negara maju, kontrol terhadap potensi kerusakan pertanian karena adanya serangan lalat buha sudah dilakukan. Dari mulai clering tanah sampai dengan menciptakan alat yang bisa memancing lalat buah datang dan terperangkap di tempat itu sehingga tidak menyerang buah-buahan.

Secara alamiah, setiap makhluk hidup cenderung bisa hidup pada habitatnya masing-masing, jika habitat suatu jenis rusak maka jenis tersebut akan mencari habitat baru untuk bisa bertahan hidup, tentunya disesuaikan dengan kemampuan/karakter genetik dari makhluk hidup itu dan habitat yang sesuai.

Dolly sebagai habitat

Seandainya kita menganggap bahwa Gang Dolly adalah suatu ekosistem atau habitat, maka di tempat itu hidup berbagai macam makhluk hidup yang jalin menjalin sebagai rantai makanan. Penutupan Gang Dolly adalah sebuah upaya merusak habitat makhluk hidup, termasuk lalat buah.

Baca juga:  Gus Baha dan Tradisi Kritis Kitab Kuning

Akibatnya, beberapa species akan mencari habitat baru yang sesuai atau mencoba bertahan dengan habitat barunya, walaupun pada awalnya tidak sesuai dengan habitat aslinya.

Dengan karakter invasi yang dimiliki, maka besar kemungkinan para penghuni Gang Dolly tidak hanya bisa bertahan hidup pada habitat barunya, tetapi juga menguasai. Jika hal ihwal ini yang terjadi, maka akan ada Gang Dolly-Gang Dolly kecil di pelosok-pelosok Surabaya. Para mantan penghuni Gang Dolly akan mencoba membuat situasi di tempat barunya sesuai dengam habitat lamanya.

Selain itu, karakter phagocyte (sel darah yang melawan bakteri atau ‘musuh’ dengan cara memakannya) yang dimiliki oleh mantan penghuni Gang Dolly akan merusak ekosistem di mana habitat baru mereka berada. Lalu apakah ini bukan sesuatu yang mengkhawatirkan? Daya rusak dari mantan penghuni Gang Dolly, akan membuat ekosistem atau lingkungan tempat tinggal kita akan dipenuhi oleh lalat buah.

Serangga jenis lalat buah ini, tidak hanya mengancam pertanian dalam skala yang besar, kalau kita analognya mungkin dengan sekolah, tetapi juga pada buah-buahan yang biasa ditanam di depan rumah.

Secara alamiah, dengan habitat yang demikian, buah-buah muda sudah menjadi tempat telur dari lalat buah yang sengaja ditempatkan ketika masih muda. Maka ketika buah-buahan itu dewasa, sudah tidak berdaging dan busuk. Menunggu buah itu jatuh dari pohon karena busuk.

Ekosistem adalah tempat kita tinggal, pertanian adalah adalah dunia pendidikan, buah-buahan adalah anak-anak remaja kita, dan lalat buah adalah mantan penghuni Gang Dolly.

Dengan asumsi itu, maka penutupan Gang Dolly tidak saja tidak tepat, tetapi juga menjadikan species lalat buah akan tersebat dan membentuk ekosistem baru di habitat barunya, supaya sesuai dengan habitat lama. Dan khawatirnya, habitat baru itu sangat dekat dengan pemukiman penduduk.

Penanganan yang tidak tuntas

Tentu ada banyak perdebatan bahwa penutupan itu sudah melalui kajian yang mendalam dan juga sudah ada pembinaan mental bagi mantan penghuninya, disertai dengan modal usaha. Akan tetapi apakah ini cukup?

Cukup dan tidak cukup adalah sesuatu yang relatif, tergantung pada sudut pandang yang digunakan. Namun, yang perlu diingat bahwa usaha pembinaan sama dengan domestikasi atau pembudidayaan.

Baca juga:  Clubhouse, Medsos yang Unik dan Eksklusif di Era Dakwah 3.0  

Dalam budidaya ini, intinya menurunkan tingkat keliaran dari lalat buah. Domestikasi diperlukan supaya lalat buah bisa digunakan untuk kepentingan yang lain. Memberikan bebagai macam pelatihan keterampilan, terutama sebelum penutupa atau perusakan habitat asli adalah usaha yang bagus dalam memandu lalat buah supaya mampu bertahan hidup pada situasi yang baru, tentunya dengan menurunkan tingkat ‘keliaran’ dari penghuninya.

Namun masalahnya, tidak semua lalat buah bisa didomestikasi dan diturunkan tingkat ‘keliarannya’, karena ada jenis-jenis tertentu yang sangat susah. Mendomestikasi sama dengan membuang investasi dan waktu.

Maka yang diperlukan adalah memberikan atau membuat habitat baru yang sama atau mirip dengan habitat lama. Semua jenis lalat buah diperkenalkan pada kehidupan di habitat baru tersebut. Tetapi jauh dari kehidupan habitat yang lain. Pasti ada pergolakan, tetapi dengan usaha seperti ini setidaknya mencegah kerusakan ekosistem dan habitat lain yang telah menjadi habitat makhluk hidup lainnya.

Menceraikan habitat dan ekosistem adalah memberikan jarak tertentu supaya lalat buah tidak menginvasi habiata yang lain. Jarak dan perbedaan habitat setidaknya membantu mereka tidak saja bisa menjangkau habitat lain, tetapi juga membuat mereka tidak bisa bertahan, sehingga akan kembali pada habitat baru yang diciptakan sesuai dengan habitat lama.

Dengan cara ini, maka mekanisme kontrol secara alamiah akan berjalan. Dan dengan langkah seperti itu, artinya membiarkan jenis-jenis tertentu mati secara alamiah. Akan tetapi, perlu juga diingat bahwa mekanisme kontrol alamiah yang demikian berlaku hanya pada jenis spesifik saja, yang memang hanya bisa bertahan hidup dengan satu profesi.

Arkian, mengutip ucapan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bahwa sebagus apa pun bangunan rumah, tetap harus ada got atau comberan yang menyalurkan air kotor. Gang Dolly adalah comberan yang ada di rumah kita. Ia tidak boleh bercampur dengan bagian rumah lain, jika comberan itu ditutup, maka perlu dibuat comberan anyar yang juga jauh dari bagian rumah lainnya.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (1)
  • Ceriteranya bagus, sayang dipengaruhi ideologi Darwinisme, ujung-ujungnya mendukung lokalisasi. Manusia sebejat apapun seperti para lonte itu, tetap punya fitrah ketuhanan. Tiadk seperti lalat buah. Artinya lingkungan yg baik akan mengembalikan mereka jadi manusia terhormat Homo Sapiens. Sapiens itu artinya berakal dan berwawasan, bisa membedakan mana yg terhormat dan mana yg tidak.

Komentari

Scroll To Top