Sedang Membaca
Tidur atau Menulis? Inilah yang Dilakukan Asy-Syaibani Jika Ngantuk
Nur Hasan
Penulis Kolom

Mahasiswa Islamic Studies International University of Africa, Republic Sudan, 2017. Sekarang tinggal di Pati, Jawa Tengah.

Tidur atau Menulis? Inilah yang Dilakukan Asy-Syaibani Jika Ngantuk

Muhammad Hasan asy-Syaibani adalah seorang ulama mazhab Hanafi, sekaligus salah satu guru dari Imam as-Syafi’i. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin al-Hasan bin Farqad asy-Syaibani.

Beliau lahir pada tahun 132 H/750 M, di kota Wasith (sebuah kota yang berada di antara Baghdad dan Basrah di Irak, di sisi barat Tigris di seberang sungai dari kota bersejarah Kashkar). Beliau hidup di masa-masa akhir dinasti Umayyah dan masa awal dinasti Abbasiyah.

Selain seorang ulama yang ahli fikh, asy-Syaibani juga seorang ulama ahli hadis dan juga seorang mujtahid. Beliau mempunyai jasa yang sangat besar dalam menyebarkan mazhab Hanafi di Irak pada waktu itu.

Asy-Syaibani besar di Kufah, sebuah kota pusat dalam ilmu fikih, bahasa, sastra, dan nahwu. Selain Kufah, kota pusat ilmu-ilmu keislaman pada waktu itua adalah seperti Bashrah, kota yang juga banyak melahirkan sufi agung.

Asy-Syaibani belajar fikih langsung kepada gurunya yaitu Imam Abu Hanifah, pendiri mazhab fikih Hanafi dan juga Imam Abu Yusuf, yang merupakan ulama mazhab hanafi sekligus murid Abu Hanifah. Selain belajar fikih, asy-Syaibani juga belajar hadis kepada Sufyan as-Tsauri dan dan Abdurrahman al-Auzai.

Pada saat berusia 30 tahun, asy-Syaibani pergi ke madinah untuk belajar kepada Imam Malik, yang merupakan seorang ulama yang mempunyai latar belakang sebagai ahlu al-hadits dan ahlu ar-ra’yi (nalar/logika).

Baca juga:  Haul Nurcholish Madjid (1): Menelaah Disertasi Cak Nur Tentang Ibnu Taimiyah

Dari sinilah, asy-Syaibani mempunyai corak pemikiran yang berbeda dengan pendahulunya. Pemikirannya lebih mengkombinasikan antara ahlu ar-ra’yi yang berada di Irak, dengan ahlu al-hadits yang berada di Madinah. Beliau tidak sepenuhnya sependapat dengan Imam Abu Hanifah dalam beberapa masalah, yang lebih mementingkan ar-ra’yu (nalar) dalam memperkuat pendapatnya. Asy-Syaibani lebih mempertimbangkan dan mengambil hadis-hadis yang tidak dipakai oleh Imam Abu Hanifah untuk memperkuat pendapat-pendapatnya.

Asy-Syaibani yang terkenal sebagai seorang tokoh perekonomian Islam, adalah seorang ulama yang sangat memuliakan waktu. Di tengah kesibukannya sebagai seorang guru dan hakim di Irak, asy-Syaibani masih bisa memanfaatkan waktunya untuk membaca dan menulis. Sebagaimana yang diceritakan oleh Tashkabri Zada (sejarawan Turki yang menulis tentang ulama-ulama daulah Abbasiyah) didalam kitabnya yang berjudul Mifah As-Sa’adah wa Mishbah As-Siyadah.

Dalam kitab tersebut, Tashkabri Zada mengatakan, Imam Muhammad Hasan asy-Syaibani tidak tidur di malam hari. Kalaupun tidur dia, itu hanya sebentar. Di dekat tempat tidurnya, dia letakkan beberapa kitab untuk dibaca, dan beberapa buku kosong untuk menulis. Dan ketika bosan dengan apa yang di depannya, beliau melihat ke arah lain.

Adapun ketika kantuk datang dan ingin tidur, beliau mengusapkan air untuk menghilangkannya. Karena rasa kantuk dan ingin tidur baginya panas. Panas hanya bisa didinginkan dengan air.

Baca juga:  Mengenang KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat (1949-2021): Dari Al-Qur'ah Syiah hingga Belajar Dakwah

Apa yang dilakukan asy-Syaibani dalam memuliakan waktu, khususnya di malam hari. Selaras dengan pemikiran perekonomiannya tentang teori al-Kasb (keadaan seseorang yang mangharuskannya untuk bekerja). Karena kerja merupakan hal yang sangat penting untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Karena Allah SWT telah menjadikan ciptaannya berpasang-pasang. Ada laki-laki ada perempuan, Siang Malam dan lain sebagainya.

Sebagai seorang guru dan hakim, asy-Syaibani memanfaatkan waktunya disiang hari untuk berhubungan dengan manusia (hablum minannas), adapun malamnya untuk bermunajat kepada Allah SWT. Karena malam adalah waktu untuk meraih kelimpahan karunia dari Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat. Karena gelapnya malam adalah suatu rahasia untuk menyingkap batin di bawah pancaran rahmat Allah.

Tidak heran jika asy-Syaibani mempunyai banyak karya, walaupun beliau begitu sibuk. Itu semua bisa beliau lakukan karena sangat memuliakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti membaca dan menulis.

Di antara karya-karya beliau adalah Zahir ar-Riwayah, an-Nawadhir, al-Mabsut, al-Jami’ al-Kabir, al-Ziayadat, al-Jami’ al-Shoghir, al-Siyar al-Kabir, al-Siyar al-Shoghir.

Berkat dua karyanya yang berjudul (as-Siyar al-Shoghir dan as-Siyar al-Kabir), Asy-Syaibani dikenal sebagai tokoh peletak dasar hukum internasional dalam Islam. Asy-Syaibani juga orang yang pertama kali menulis masalah hukum internasional secara sistematis

Baca juga:  Cara Mengobati Overthinking dan Thulul Amal dalam Kitab Ihya’ Ulum al-Din

Oleh karena itu begadang malam hari ala Imam Muhammad Hasan asy-Syaibani bisa menjadi teladan untuk kita semua. Untuk selalu berdzikir untuk mengingat Allah SWT, membaca dan menulis untuk mengungkapkan rasa syukur kepada-Nya. Karena melalui membaca, akan tahu tentang keagungan-keagungan Allah SWT. Dan dengan menulis bisa mengabadikan rasa syukur kepada Allah SWT.

Begitulah jalan hidup ulama-ulama terdahulu, begitu penuh dengan tirakat luar dalam. Memanfaatkan waktu luang untuk berkarya dan melakukan hal-hal yang tidak pernah usang dimakan oleh waktu, yaitu menulis. Karena menulis adalah bekerja untuk keabadian dan peradaban, tanpa usaha keras ulama-ulama zaman dulu untuk selalu produktif. Kita tidak akan bisa menikmati kekayaan warisan intelektual yang sudah berabad-abad lamanya.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top