Sejak tahun 2010, negara Sudan menjadi destinasi baru mahasiswa dunia dalam belajar keislaman, khususnya dalam belajar bahasa Arab. Tentu saja, sebelum 2010 sudah ada mahasiswa Indonesia yang kuliah di sini, tapi jumlah tidak terlalu banya. Di mana mahasiswa kita banyak belajar?
Tak lain di International university of Africa atau yang dikenal dengan IUA. Kampus yang kita bicarakan ini usianya baru 63 tahu. Dengan kata lain, IUA tidak setua Omdurman University atau kampus lainnya yang ada di Sudan. Namun, kampus ini menjadi kampus favorit mahasiswa Indonesia yang belajar di Sudan. Kenapa?
Karena letaknya di ibu kota Khartoum. Di sebuah negeri yang tidak terlalu ramai, tinggal di ibu kota menjadi harapan karena lebih dinamis dan nuansa “internasional” lebih terasa. Selain itu, kampus ini menyediakan asrama baik bagi mahasiswa maupun mahasiswi.
Asrama sendiri merupakan aset penting bagi mahasiswa asing, selain sebagai tempat tinggal juga sebagai tempat belajar bahasa Arab dan mengenal kebudayaan bangsa lain. Di asrama inilah, mahasiswa Indonesia akan berinteraksi dan bertemu dengan mahasiswa asing dari berbagai negara yang berbeda. Di asrama, satu kamar tidur di isi untuk delapan orang dari berbagai negara yang berbeda, sehingga dalam berinteraksi antar penghuni kamar harus menggunakan bahasa Arab. Inilah yang menjadi salah satu kelebihan kuliah di Sudan, khususnya di kampus IUA.
Yang unik dari kampus ini adalah kegiatan-kegiatan wajib mahasiswa selain perkuliahan dengan absensi yang ketat, yaitu kegiatan yang dilaksanakan di luar kegiatan belajar mengajar yang menjadi syarat untuk mengambil ijazah ketika lulus nanti. Diantaranya adalah Usbul Qur’an, Mukhoyyam, dan Qofilah Dakwiyah.
Usbul Qur’an adalah kegiatan sebelum masuk kuliah di tahun ajaran baru, dan menjadi pertanda sebagai awal aktifnya kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan ini, para mahasiswa dan mahasiswi membaca Alquran di masjid kampus, selama satu minggu penuh dari jam tujuh sampai dzuhur. Pada kegiatan ini, para mahasiswa juga mendapatkan mushaf Alquran secara gratis dari kampus, yang merupakan hibah dari salah satu percetakan Alquran terbesar di Afrika, yaitu Darul Mushaf.
Kegiatan lainnya yang wajib dilakukan mahasiswa IUA adalah mengikuti Mukhoyyam. Mukhoyyam atau bisa disebut dengan kemah adalah kegiatan selama satu minggu yang diadakan oleh kampus, dan diperuntunkan bagi mahasiswa IUA, di mana semuanya difasilitasi oleh kampus. Pada masa penulis, kegiatan ini dilaksanakan dibekas markas latihan militer Sudan, namun sekarang dilakukan di perkebunan milik kampus yang biasanya dilaksanakan di pertengahan liburan semester satu.
Dalam kegiatan Mukhoyyam ini, para mahasiswa juga diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan yang ada didalamnya. Mulai sholat jamaah, membaca Alquran setelah subuh, kemudian seminar-seminar yang diadakan setiap hari, serta beberapa kegiatan lainnya, dimana setiap kegiatan selalu ada absensi yang begitu ketat. Selama kegiatan ini, mahasiswa tidak diperbolehkan keluar dari radius yang telah ditentukan. Kalau ketahuan keluar dari radius yang ditentukan, maka wajib mengulangi kegiatan tersebut pada tahun berikutnya.
Kemudian yang terakhir adalah kegiatan Qofilah Dakwiyah atau KKN. Kegiatan ini biasanya dilakukan di liburan semester 6 bagi mahasiswa dan liburan semester 5 bagi mahasiswi. Semua biaya kegiatan inipun ditanggung oleh kampus, mulai dari transportasi, akomodasi dan lain sebagainya selama menjalani kegiatan tersebut. Kegiatan yang dilakukan selama 21 hari ini, pihak kampus mengirimkan para mahasiswanya ke pelosok-pelosok daerah yang ada di Sudan. Untuk berdakwah dan belajar kehidupan dari masyarakat Sudan.
Biasanya satu kelompok Qafilah Dakwiyah diisi sekitar 40 sampai 60 mahasiswa, dengan didampingi beberapa musyrif atau pembimbing untuk mengkontrol kegiatan selama berada di daerah yang menjadi tempat Qafilah. Di kegiatan inilah, para mahasiswa dituntut untuk mengamalkan ilmunya langsung ke masyarakat. Mulai dengan berdakwah dan mengajar, serta berbaur dengan masyarakat setempat. Selama 21 hari, para mahasiswa dibagi ke beberapa kelompok lagi dan kemudian setiap paginya dikirim ke beberapa lembaga pendidikan untuk mengajar dan mengisi ceramah-ceramah selepas maghrib. Para mahasiswa dikirim ke masjid-masjid untuk berceramah di depan masyarakat Sudan setelah sholat maghrib sesuai masjid yang ditentukan.
Untuk lulus dari kampus IUA, juga ada syarat-syarat wajib lainnya yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di kampus. Yaitu menulis karya ilmiah atau skripsi, ujian hafalan Alquran dan nilai akademik yang sesuai standard yang sudah ditentukan oleh kampus. Dan bagi mahasiswa strata satu yang mempunyai nilai akademik bagus ketika lulus, kampus biasanya memberikan tawaran beasiswa untuk melanjutkan studi pascasarjana dengan beberapa ketentuan yang berlaku.
Semenjak berdiri, kampus IUA mengalami perkembangan yang begitu pesat, terutama dalam bidang infrastruktur dan bertambahnya berbagai fakultas dan institute, serta asrama mahasiswa. Kampus ini juga mempunyai sebuah institut yang fokus pada pengajaran bahasa Arab, dengan metode yang mempermudah mahasiswanya supaya cepat menguasai bahasa Arab. Yaitu Institute For Arabic language atau Ma’had Lughoh Al-Arabiyah.
Para mahasiswa yang belajar di Ma’had Lughoh biasanya adalah mereka yang tidak lulus ujian seleksi masuk kampus, sehingga diwajibkan belajar satu tahun di Ma’had Lughoh sebelum masuk ke kuliah. Selain para mahasiswa yang tidak lulus ujian masuk kampus untuk langsung mengikuti perkuliahan, Ma’had Lughoh ini biasanya juga diisi oleh orang-orang yang ingin belajar bahasa Arab supaya lancar berbicara bahasa Arab.
Bagi para alumni IUA, salah satu keistimewaan kampus ini adalah pengantar kuliah yang menggunakan bahasa Arab fusha. Banyak alumni IUA yang kini tersebar diberbagai penjuru Indonesia, dan diantara mereka banyak yang menjadi dosen, akademisi, pengasuh pesantren dan lain sebagainya.