Fathimah binti Walid merupakan sosok terkemuka di era jahiliyah, beliau adalah putri bangsawan kaya raya yang pernah menanggung separuh pembiayaan Ka’bah yaitu Al-Walid bin Mughirah. Fathimah binti al-Walid merupakan adik perempuan dari panglima Islam, yaitu Khalid bin Walid dan juga istri tokoh terkemuka Harits bin Hisyam.
Sosok sahabiyah ini, merupakan sosok yang selalu melakukan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw. Tidak hanya pada persoalan ibadah saja, tetapi juga dalam berinteraksi dengan orang lain dan perihal lainnya. Fathimah binti al-Walid masuk Islam pada waktu Fathu Makkah, beliau juga salah satu perempuan yang ikut berbaiat di hadapan Rasulullah Saw secara langsung.
Selain itu, Fathimah binti al-Walid merupakan sosok perempuan di kalangan sahabat yang selalu menemani suaminya ketika pergi Syam. Fathimah binti al-Walid juga menjadi tempat bersimpuh dan tempat curhat saudaranya, yaitu Khalid bin Walid tentang strategi perang, ketika ditunjuk sebagai panglima dalam penaklukan Persia dan Romawi.
Dalam Kitab Nisa’ Haular Rasul, diceritakan suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab memberhentikan Khalid bin Walid dari jabatannya sebagai panglima perang, kemudian ia mendatangi saudarinya untuk meminta pendapat tentang pemberhentiannya sebagai panglima perang. Setelah curhat dan mendengarkan pendapat adiknya, Khalid bin Walid mencium kening adiknya sambil berkata,
“Benar apa yang kamu katakan, sesungguhnya Umar bin Khattab lebih mengetahui urusan yang dihadapinya dari pada saya dan dia tidak akan membohongi dirinya sendiri”.
Fathimah binti al-Walid merupakan sosok saudari teladan, yang paham akan arti sebuah persaudaraan. Yaitu saling menasihati dan bertukar pikiran antara yang satu dan yang lainnya. Begitulah para sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW mencotohkan arti sebuah persaudaraan, ketika saudaranya sedang terkena masalah rela menjadi tempat curhat dan menjadi penasehat bagi saudaranya yang sedang terkena masalah.
Apa yang dilakukan Fathimah binti al-Walid yang berkenan mendengarkan curhatan kakaknya, dan berani memberi nasihat kepada kakaknya, adalah sebuah tauladan yang harus dicontoh oleh umat Islam, agar mampu menjalani kehidupan yang harmonis dengan persaudaraan.
Khalid bin Walid yang berstatus sebagai kakak dan lebih tua, tidak canggung curhat, dan meminta pendapat kepada adiknya. Begitu juga Fathimah binti al-Walid, yang lebih muda tidak canggung dalam memberi nasihat kepada kakaknya.
Khalid bin Walid begitu beruntung mempunyai seorang saudari yang statusnya bukan hanya seorang adik, tetapi juga sekaligus motivator kepribadian dan penasihat militer. Bahkan, ketika Khalid bin Walid diberhentikan dari jabatannya sebagai panglima, Khalid bin Walid tidak marah dan berburuk sangka kepada Umar bin Khattab. Justru Khalid bin Walid mendukung keputusan yang diambil oleh Umar bin Khattab, yang bisa jadi dukungan itu muncul hasil konsultasinya kepada Fathimah.
Begitulah arti sebuah saudara dalam sebuah persaudaraan, selain berfungsi sebagai pengayom, penyemangat, dan pelindung bagi saudaranya, ia juga menjadi penasihat sekaligus motivator. Selain itu, apa yang ditunjukkan oleh Fathimah adalah sebuah pelajaran penting bagi kita semua. Di mana ketika ada saudara yang sedang terkena masalah, tidak memanas-manasi situasi dengan berkata ini dan itu. Tetapi memberinya nasihat dan memotivasi agar menerima apa yang terjadi dan mampu berbuat lebih baik lagi.