Sedang Membaca
Khutbah Jumat: Maulid Nabi, Meneladani Cara Nabi Mengurus Duniawi
Noor Sholeh
Penulis Kolom

Penulis pernah mengajar di SMKN 2 Jepara, dan mengabdi di Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Kabupaten Jepara. Pernah juga diamanahi menjadi Ketua MWC NU Kota Jepara. Kolom Khutbah Jumat adalah kumpulan naskah-naskah yang pernah disampaikan oleh almarhum dalam mimbar Jumat. Naskah itu kini diketik ulang supaya bermanfaat dan menjadi amal jariyah yang terus mengalir. Lahu-alfaatihah..

Khutbah Jumat: Maulid Nabi, Meneladani Cara Nabi Mengurus Duniawi

Masjid Shah Cheragh

Hadirin sidang jumat yang berbahagia..

Suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai masyarakat ideal ketika kehidupan masyarakat tersebut terdapat keserasian antara “penghayatan agama dengan kegiatan ekonomi-nya”. Apabila masyarakat tersebut selalu menggunakan Islam sebagai identitas agamanya, seharusnya ia lebih dinamis dan lebih maju gairah kehidupan perekonomiannya.

Sebab, semangat dari taqwa sendiri tak lain ialah mendorong atau memotivasi seseorang agar giat dalam bekerja dan semangat dalam beramal. Itulah yang dinamakan takwa yang sebenarnya. Bukan ketakwaan semu, yang hanya semangat dalam beribadah semata akan tetapi mengabaikan urusan duniawi.

Nabi Muhammad Saw di utus oleh Allah Swt ke bumi ini, di samping menyempurnakan akhlak dan menyebarkan agama Islam, juga mengajarkan masyarakat setempat untuk giat bekerja. Menjadi wajar jika Rasulullah Saw pernah bersabda:

كاد الفقر أن يكون كفرا

“Kefaqiran itu hampir dekat dengan kekufuran”. Atau kefakiran dapat menyebabkan kufur”.

Kita tahu bersama, ketika seseorang itu terlilit ekonomi dan tidak mendapatkan lapang pekerjaan, maka ia dengan mudahnya melakukan hal-hal yang dapat melanggar norma agama atau kufur. Seperti mencuri, bunuh diri, mencelakai orang lain, dan lain sebagainya. Di sekeliling kita telah banyak dijumpai akan fenomena yang mengerikan tersebut.

Di sisi lain, saat ini, Negara Indonesia menghadapi tantangan yang sangat besar.  Sudah 5 tahun ini kita menghadapi masyarakat Ekonomi Asia (MEA), yakni dimulai pada tahun 2015. Fakta itu tidak bisa ditampik lagi, di mana pasar bebas antara Negara ASEAN dan enam negara kawasan China, Korea Selatan, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan India. Seluruh elemen masyarakat di manapun tidak bisa menghindari persaingan dunia global ini. Kita tahu, bagaimana barang impor yang hilir mudik masuk ke Negara kita, melalui marketplace, dengan mudahnya kita bisa memesan produk luar negeri yang kita ingini.

Baca juga:  Masjid 160 Miliar? Apa Gunanya?

Hal itu perlu kita sikapi bersama. Karena hidup di dunia tidak hanya semata persoalan ibadah yang berupa ritual, tetapi juga ada faktor sosial, ekonomi yang harus dikerjakan oleh umat Islam. Melihat fakta yang demikian, masyarakat muslim di mana pun berada, mau tidak mau harus memperkuat dirinya. Tidak cukup hanya berdiam diri dan meratapi nasib. Jika kita tidak mau melakukan perubahan, pasti kita akan terjajah di negeri kita sendiri.

Agama Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan Hadits sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin, mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan semangat bekerja.

Allah di dalam QS. Az-Zumar: 39 berfirman.

قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ

Katakanlah: Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu masing-masing.

إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ

Sesungguhnya akupun bekerja, maka kelak kamu akan mengetahui.

Ayat diatas memberikan penjelasan bahwa setiap muslim seharusnya menyadari bahwa dirinya hanya berharga apabila ia berkarya, mencipta dan mampu memberikan arti pada lingkungannya.

Jama’ah sidang Jumat yang berbahagia..

Di peringatan maulid nabi kemarin, telah banyak kisah yang kita dengar bagaimana semangat Nabi Muhammad SAW, yang sejak belia sudah ikut memperdagangkan dagangan pamannya. M. Husain Haikal dalam karyanya, Hayatu Muhammad, mengisahkan kronologi peristiwa ketika Nabi bersama pamannya Abu Thalib berangkat untuk berdagang ke Syam. Waktu itu, Nabi berusia 12 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad merupakan pribadi yang semangat dalam melakukan perkerjaan. Ingin berhijrah dari satu tempat ke tempat yang lain. Ingin hijrah dari yang tidak apa-apa menjadi seorang yang mampu menginspirasi milyaran manusia.

Baca juga:  Mengenal Mas Timo: Marbut Masjid Al-Hadii Pekerja Serabutan

Oleh sebab itu, semangat inilah yang harus kita tiru. Semangat untuk membumi hanguskan kemiskinan. Semangat untuk mencapai kehidupan yang sejahtera.

Khotib menutup khubah ini dengan sebuah hadis:

اِعْـمَـلْ لِـدُنْـيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِـيْشُ اَبَـدًا

“Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya

وَاعْـمَـلْ لِاخِـرَتِكَ كَأَنَّكَ تَـمُوْتُ غَـدًا  رواه  الـبيهقى

Dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok pagi”. QS. HR. Al Baihaqi

Dari hadis di atas, ada sebuah pesan yakni “Akhiratkanlah duniamu dan duniakanlah akhiratmu”. Dalam arti,  umat Islam tidak boleh abai dengan urusan duniawi dan juga jangan abai dengan urusan ukhrawi. Keduanya harus seimbang. Karena hidup di dunia ini tidak mungkin selamanya, maka harus menjadikan dunia ini sebagai ladang untuk bekal di akherat besok. Semoga khutbah kali ini dapat memberikan inspirasi kita bersama. Amin Ya rabbal ‘alamin.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top