Sedang Membaca
Khutbah Jumat: Hari Santri dan Menafsir Ulang Makna Resolusi Jihad
Noor Sholeh
Penulis Kolom

Penulis pernah mengajar di SMKN 2 Jepara, dan mengabdi di Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Kabupaten Jepara. Pernah juga diamanahi menjadi Ketua MWC NU Kota Jepara. Kolom Khutbah Jumat adalah kumpulan naskah-naskah yang pernah disampaikan oleh almarhum dalam mimbar Jumat. Naskah itu kini diketik ulang supaya bermanfaat dan menjadi amal jariyah yang terus mengalir. Lahu-alfaatihah..

Khutbah Jumat: Hari Santri dan Menafsir Ulang Makna Resolusi Jihad

Jamaah Sidang Jumat yang Berbahagia

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, minggu depan, tepatnya pada tanggal 22 Oktober, kita akan memperingati Hari Santri Nasional. Hari bersejarah tersebut ditetapkan berdasarkan momentum resolusi jihad yang telah digaungkan oleh ulama terdahulu dalam melawan dan mengusir pasukan kolonial dari bumi Indonesia.

Hari Santri merupakan refleksi bersama, agar kita selalu ingat bahwa semenjak lahirnya negeri ini, kita telah menjadi bagian dari perjuangan para pahlawan, para kiai, para santri, dan pendahulu kita. Oleh sebab itu, mari kita jaga semangat perjuangan mereka dengan melakukan sinergi positif yang dapat membangun negeri ini ke arah yang lebih baik, terutama dalam merawat keberagaman, menjaga kerukunan serta rasa aman antar sesama. Hal itulah yang menjadi modal penting bangsa kita agar menjadi bangsa yang besar.

Allah Swt sendiri mengingatkan di dalam QS. Ali Imran ayat 103:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai

وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu karena nikmat Allah, menjadilah kamu orang yang bersaudara;

وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ

Baca juga:  Kelenteng dan Masjid Bersanding di Bangka, Simbol dan Nilai Kerukunan

dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.

كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Ayat tersebut menegaskan betapa pentingnya kita menjaga tali kerukunan, supaya tidak terjadi gejolak dan perang saudara (berpecah belah) di antara kita, sebagaimana yang terjadi di Afghanistan, Irak, Yaman, dan Suriah.

Oleh karenanya, merawat keberagaman bangsa Indonesia yang total penduduk 267 juta jiwa tidaklah mudah. Sebab itu, kita semua jangan mudah terkompori dengan isu SARA dan pecah belah, terutama di media sosial. Kita harus berhati-hati.

Hadirin Sidang Jumat yang Berbahagia

Mengenai resolusi jihad dalam konteks pada waktu perjuangan melawan penjajah, tentu sangat berbeda untuk kita hadirkan dalam konteks saat ini. Makna jihad tidak lantas kita artikan sebagai perang dan pemahaman sempit yang siap mati supaya mendapatkan tujuh puluh bidadari, sebagaimana pemahaman yang salah oleh para teroris.

Di negeri aman dan damai seperti Indonesia ini, jihad bisa berbentuk berbagai macam. Seperti Jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan narkoba, jihad melawan kemiskinan, jihad melawan kebodohan, jihad melawan ketidakadilan, dan jihad melawan korupsi.

Seperti dahulu, pada tahun 2016, pemerintah kita pernah berupaya mengurangi perilaku pungutan liar atau pungli. Di dalam ajaran Islam, pungutan liar tidak dibenarkan. Karena pratiknya mirip dengan perampok jalanan. Menzalimi orang lain dengan cara memungut upeti.

Baca juga:  Masjid Mewah: Perlu atau Nafsu?

Imam Adz-Dzahabi, seorang ulama ahi fikih mengatakan bahwa orang yang mengambil pungutan liar, pencatat dan pemungutnya, semuanya bersekutu dalam dosa, dan sama-sama memakan harta haram.

Allah Swt berfirman di dalam QS. Asy-Syura ayat 42.

إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih”.

Dengan demikian, mari kita maknai arti kata Jihad yang tidak sebatas perang di medan peperangan yang begitu sengit. Karena makna jihad yang sesungguhnya adalah melawan hawa nafsu, supaya tidak merugikan diri sendiri dan mengorbankan orang lain. Dan makna jihad juga bisa berarti bersungguh-sungguh untuk membenahi kejelekan yang ada pada diri kita, agar lebih baik daripada kemarin. Kita berusaha mengerem diri, untuk tidak memfitnah orang lain, mengkompori umat, membuat isu SARA dan strategi pecah belah, dengan tujuan-tujuan tertentu agar rakyat menjadi kacau balau, inilah yang dikhawatirkan saat ini.

Apalagi sekarang situasi politik nasional sedang memanas sekaligus menjelang pilkada serentak, banyak bumbu-bumbu dan pesan sponsor, kampanye hitam yang nilainya sangat rendah bila dibanding dengan kemaslahatan umat, demi persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia.

Baca juga:  Masjid Muhammad: Memimpin Gerakan Islam Jalan Tengah di Ibu Kota Amerika 

Kita berdoa. Semoga kita semua direkso Allah dari segala fitnah di dunia dan akhirat. Semoga kita semua tergolong orang-orang yang beruntung, yang selalu mendapatkan hidayah dari-Nya. Amin ya rabbal ‘alamin.

Masjid At-Taqwa, Jumat Legi, 28-10-2016.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top