Kata moderat kali ini kembali menjadi isu pembahasan yang terus menghangat dan tak akan pernah selesai diisukan, hal itu bisa dilihat dari antusiasme banyak tokoh untuk ikut membahasnya mulai dari agamawan hingga negarawan.
Hal itu kembali mencuat akhir-akhir ini dengan adanya pernyataan dari Kementerian Agama RI (kemenag) bahwa sikap moderasi beragama telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan juga menjadi amanah khusus Presiden Jokowi.
Sebelum menuju tema perlu kiranya kita mengetahui secara kongkrit apa itu moderasi beragama. Sederhananya moderasi beragama adalah cara pandang, sikap dan prilaku mengambil posisi di tengah-tengah, bertindak adil dan tidak ekstrem dalam beragama dengan empat kriteria yakni: komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan akomodasi terhadap budaya lokal.
Dari situ kita dapat memahami bahwa yang harus menerapkan sikap moderat adalah umat beragamanya karena memang agamanya itu datang sudah dalam kondisi moderat hanya saja umatnya yang justru sering menyimpang dari aturan aturan agama dan cenderung belebihan dalam bersikap, hal ini semua selaras dengan beberapa diantara ayat ayat Al qur’an yang turun berkenaan menyinggung tentang perlunya sikap moderat dalam kehidupan beragama .
Pertama, redaksi surat al-Baqoroh ayat 143 yang artinya: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”. Dari ayat di atas kita bisa memahami bahwa memang yang harus menerapkan sikap moderat dalam beragama adalah umat islam itu sendiri sehingga tidak ada alasan lagi bahwa umat islam itu boleh bersikap berlebihan apalagi sampai bersikap radikal atau ekstrem dalam beragama.
Kedua, penggalan ayat 31 pada surat al-A’raf yang artinya: “makan dan minumlah kamu tapi jangan berlebih lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berlebihan. Ayat ini memberikan pesan bahwa dalam hal sepelepun yaitu semisal makan dan minum kita diharuskan oleh agama untuk bersikap moderat (washatiyah) yaitu tidak berebihan.
Ketiga, redaksi surat al-Isra’ ayat 143 yang artinya: “dan jangan jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya”. Kita bisa mengambil pesan dari apa yang dikatakan ayat ini bahwa kita dilarang untuk terlalu mengekang segala sesuatu dan terlalu besikap luwes terhadap sesuatu secara berlebihan.
Keempat, adalah bunyi ayat 77 dari surat al-Qoshosh yang artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah swt kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Ayat ini memberikan isyarat bahwa dalam beribadah sekalipun kita dilarang untuk berlebih lebihan karena hal itu dapat menghilangkan hak hak diri kita yang bersifat duniawi dan kita diharuskan berbuat baik antar sesama umat beragama sebagaimana Allah berbuat baik kepada setiap umat manusia.
Mungkin hanya itu yang bisa dibahas dari sekian banyaknya ayat ayat didalam Al Qur’an yang mengisyaratkan bahwa kita sebagai umat islam diharuskan untuk bersikap moderat dalam segala sesuatu mulai dari hal yang krusial hingga hal yang sepele sekalipun.
Setelah kita mengetahui bahwa sikap moderat sudah disuarakan oleh Al Qur’an yang menjadi pedoman hidup umat islam maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak mengaktualisasikan sikap moderat dalam segala hal pada kehidupan kita dan juga dengan dapat teraktualisasikannya sikap moderat ini kita akan menjadi orang yang benar benar adil, bijaksana dalam bersikap, dan terhindar dari sikap ekstrem dalam beragama sesuai dengan komitmen yang telah dijelaskan di atas, yang memang semua dampak dari sikap moderat itu diharuskan dan diharapkan oleh agama kita sehingga nantinya kita bisa benar benar membuktikan bahwa label rahmatan lil ‘alamin memang tidak salah terpatri dalam diri agama islam.