Sebelum sufisme bangkit banyak kaum perempuan yang disebut atau diakui perempuan sufi seperti Aminah (ibunda Rasulullah), Fatimah (putri Rasulullah), yang selalu dipuja oleh kaum Muslim karena hubungan dekatnya dengan Nabi Muhammad Dalam buku Margaret Smith yang berjudul “Rabiah the Mystic and Her Fellow-Saint in Islam, 1928” yang diterjemah oleh Jamilah Barja yang berjudul“Rab’iah Pergulatan Spiritual Perempuan, 2001”.
Buku tersebut merupakan karya disertasi Smith di Universitas London, yang subyek utamanya membahas tentang spiritual perempuan sufi khususnya Rabi’ah al-Adawiyah. Namun, selain Rabi’ah disebutkan beberapa perempuan sufi yang lain baik dari zaman Nabi Muhammad dan zaman setelah Rabi’ah al-Adawiyah.
Ummu Haram adalah putri Milhan yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Nabi Muhammad. Ia adalah saudari dari Ummu Sulaim ra. dan bibi dari Anas bin Malik ra. yang sering membantu Rasulullah saw. Beliau beserta saudarinya termasuk golongan wanita-wanita anshar yang pertama kali masuk Islam dan memiliki kedudukan terhormat di sisi Rasulullah saw. Dari hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, dikisahkan bahwa Rasulullah saw pernah bermimpi saat berkunjung dan tertidur di rumah Ummu Haram Kisah lengkap tentang Ummu Haram tersebut menurut Smith terdapat dalam manuskrip Turki yang tertanggal sekitar 1800 M.
Ummu Haram menyampaikan term-term yang menggelora kalbu dengan mengatakan:
“Segala puji hanyalah milik-Nya yang maha Agung dan maha berdiri sendiri, yang membedakan dengan kehormatan sempurna sahabat-sahabat terhormat dan perempuan terkenal sahabat-sahabat Muhammad. Kemurahan hati mereka dengan berkahnya yang agung dan menjadikan mereka sumber dari berbagai kebajikan. Muhammad memberikan kebahagiaan tersendiri dengan ucapan yang melambungkan hatiku (Ummu Haram), saat mendengar, “Engkau adalah yang pertama”
Selain itu, ia juga mengatakan;
“Putri yang agung, perantara (doa) bagi kemaslahatan insan, karena telah melimpahkan diri dari rahmat Tuhan semesta dan membimbing ratu orang-orang suci yang telah mewujudkan dan kesucian serta sumber dari kemurnian hidup”
Ummu Haram merupakan sosok yang pemberani terbukti ketika ia ingin mengambil dalam peran dalam peperangan setelah ia bermimpi bertemu Rasulullah. Lalu pada tahun 27 H, ia diizinkan oleh Ustman bin Affan untuk bergabung dengan bala tentara untuk berperang di laut. Akhirnya, ia berangkat bersama suaminya Ubaydah bin ash Shamit dari Madinah dan memasuki Damaskus lalu Jerus Salem.
Menurut Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa al-Nihayah walaupun pasukan Muslim mendapatkan banyak pampasan dan tawanan perang, pertempuran berakhir dengan perjanjian damai oleh kedua belah pihak. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Cyprus, akan membayar upeti tahunan sebanyak 7000 dinar kepada kaum Muslimin. Cyprus adalah sebuah pulau yang tidak terlalu besar di Laut Tengah (Mediterrania). Pulau ini oleh legenda dianggap sebagai tempat kelahiran Aphrodite, dewi kecantikan Yunani Kuno. Ia terletak di selatan Turki dan di sebelah barat Syam (Palestina-Libanon-Suriah-Yordania).
Setelah mengalahkan musuh dan pasukan Muslim bersiap untuk pulang, Ummu Haram mengalami kecelakaan. Ia terjatuh dari baghal (hewan hasil kawin silang antara kuda dan keledai) yang dikendarainya. Ada yang mengatakan di tengah perjalanan mereka di serang oleh orang-orang kafir, lalu Ummu Haram terjatuh dari anak Kuda dan lehernya patah. Kemudian ia dimakamkan di tempat dimana ia meninggal. Atas kejadian itu ia adalah seorang mujahadah yang yang mati syahid dalam peperangan.
Selain itu, Umma Haram adalah perempuan sufi yang mempunyai karamah. Pada suatu hari dalam perjalanan dari Ramlah menuju Jerus Salem, ia turun di sebuah rumah pendeta Kristen. Di tempat itu, ia melihat tiga buah batu batuan besar yang menyerupai pilar, kemudian ia berniat membeli batu-batu tersebut kepada pendeta. Pendeta tersebut meyakinkan dirinya, bahwa tidak ada transportasi yang dapat membawa batu ini ke kerumahnya di tambah tempat tinggalmu lumayan jauh. Kemudian pendeta tersebut memberikan batu itu sebagai hadiah. Kemudian Ummu Haram berkata” biarkan batu-batu ditempatnya, suatu saat nanti bila tiba saatnya batu-batu ini akan berpindah dengan sendirinya.
Namun apa yang terjadi? Ketika Ummu Haram meninggal, batu-batu tersebut berpindah sendirinya melewati lautan menuju ke nisan Ummu Haram. Atas kuasa Allah batu tersebut ada yang diletakkan dibagian kepalanya dan ada yang diletakkan di bagian kakinya.
Apabila kita fikir dengan akal sehat tidak mungkin orang mengangkat batu sebesar itu dan tak mungkin batu-batu sebesar itu pindah dengan sendirinya. Namun itu semua karena kuasa Allah atas kemuliaan wanita tersebut. Karamah Ummu Haram masih tampak dan dapat disaksikan ketika berziarah ke makamnya. Semoga beliau mendapatkan tempat yang mulia di sisi-Nya. Wallahu a’lam.