Sedang Membaca
Kisah Masuknya Iblis ke Bahtera Nuh
Muslimin Syairozi
Penulis Kolom

Alumnus Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Menekuni kitab-kitab klasik. Kini tinggal di Lamongan, Jawa Timur.

Kisah Masuknya Iblis ke Bahtera Nuh

Tercatat dalam Tarikh Al-Khatib al-Baghdadi bahwa, Nuh adalah rasul ketiga yang diutus ke muka bumi setelah Adam dan Idris. Putra Lamik ini menjadi orang yang pertama diutus dengan syariatnya dan mengganti syariat Adam. Beliau memiliki umur yang cukup panjang, namun tidak banyak umat yang mengikutinya sebagaimana Kanjeng Nabi Muhammad.

Banyak sekali riwayat mengenai usia nabi Nuh. Kebanyakan meriwayatkan bahwa beliau berumur 950 tahun. Sebagian riwayat menyebutkan beliau diutus saat berumur 50 tahun, berdakwah di tengah kaumnya selama 950 tahun, dan hidup setelah mereka binasa selama 200 tahun. Total umur beliau adalah 1200 tahun. Bahkan, riwayat lain mengatakan usia beliau adalah 1450 tahun. Pendapat terakhir ini mengatakan bahwa Nuh lahir saat Adam masih hidup.

Perkara yang paling identik dengan Nabi Nuh adalah bahtera besar yang dibuatnya untuk menyelamatkan diri dan populasi makhluk atas adzab yang Allah turunkan. Kronologi awal adzab itu karena doa Nuh yang terus-menerus melihat kezaliman yang dilakukan umatnya.

 رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا

Artinya : “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. (QS. Nuh: 26)

Allah menjawab doa tersebut, namun sebelumnya Dia memerintahkan beliau membuat bahtera. Allah mengutus malaikat Jibril untuk mengajarkan proses pembuatan kapal. Terlebih dahulu Nuh harus menanam pohon untuk bahan atau kayu. Sekitar 20 tahun kemudian pohon bisa dipakai untuk papan kapal, ada yang mengatakan 40 tahun.

Baca juga:  Lukisan Nabi Muhammad dalam Lintasan Sejarah

Abu Bakar, Ahmad bin Ali menyebutkan bahwa panjang safinah nuh adalah 80 hasta dan lebarnya 50 hasta. Ada yang mengatakan panjangnya 300 hasta. Riwayat lain menyebutkan panjangnya 600 hasta, lebar 60 hasta dan tinggi 30 hasta. Kapal ini terbuat dari kayu dalb (jenis kayu), ada yang mengatakan dari kayu saj (jati),  dan ada juga yang menyebutkan dari kayu syamsyad (jenis kayu).

Bahtera Nuh terdiri dari tiga lantai; lantai paling atas ditempati manusia, lantai tengah untuk spesies  burung, dan lantai bawah dihuni hewan buas, hewan melata dan hewan ternak. Namun, Wahab bin Munabbih berkata, “Tingkat atas ditempati manusia, tingkat tengah ditempati makanan dan barang-barang dan tingkat bawah untuk hewan-hewan.”

Karena kapasitas kapal yang terbatas, Nuh diperintah Allah agar menaikan para pengikutnya, sepasang dari semua jenis hewan, semua jenis tanaman, biji-bijian dan pepohonan. Nabi Nuh juga membawa jasad Nabi Adam sebagaimana wasiat ayah seluruh manusia ini kepada anak turunnya.

Nabi Nuh memasukkan hewan satu demi satu, hingga hewan terakhir, yakni khimar atau keledai. Saat itu, iblis masuk ke kapal Nuh dengan cara bergantungan di ekor hewan ini. Ketika nabi Nuh melihatnya, beliau berkata, “Hai Musuh Allah, siapa yang memperbolehkanmu masuk?”

Baca juga:  Ingatan Sejarah di Ruang Publik

“Saat kau berkata kepada khimar, masuklah meskipun setan bersamamu.”

“Keluarlah dari sini!”

“Tolong biarkanlah diriku, sesungguhnya aku telah ditangguhkan.”

Maka Nuh menyuruhnya duduk di sebuah ruangan.

Sebagian riwayat mengatakan, azab Allah mengirimkan azabnya, para setan juga terhempas oleh badai sampai berterbangan di antara langit dan bumi. Banyak sekali setan yang meninggal saat petaka itu berlangsung.

Demikian Imam Khatib Al-Baghdadi mencatat adanya iblis yang masuk ke bahtera Nuh. Adanya iblis yang yang naik ke bahtera Nuh juga terdapat dalam kitab Ihya Ulumiddin, karangan Imam Ghazali. Dalam riwayat ini Nabi Nuh menjumpai iblis dalam wujud orang tua yang tidak dikenalnya, dan memberi nasehat yang sangat berguna bagi manusia.

“Kenapa kamu masuk ke sini?” Tanya beliau.

“Aku akan merebut hati para pengikutmu, sehingga hati mereka bersamaku dan badannya bersamamu.”

“Keluarlah, hai musuh Allah, sesungguhnya kamu telah dilaknat.”

“Lima perkara yang akan merusak manusia, tiga di antaranya akan aku ceritakan kepadamu dan dua di antaranya tidak akan aku ceritakan.”

Setelah itu Allah memberi Wahyu kepada Nuh bahwa tiga perkara tidaklah dibutuhkan, yang dibutuhkannya adalah dua perkara yang disimpannya.

Nabi Nuh pun memaksa iblis menceritakan dua perkara tersebut.

“Apa dua perkara tadi?” Tanya nabi Nuh.

Baca juga:  Kisah Kran Air dan Mazhab Hanafi

“Yakni dua perkara yang tidak akan kamu dustakan atau ingkari, yakni manusia akan rusak sebab sifat hirs (ingin) dan hasud. Sebab hasud, aku dilaknat dan dijadikan setan rajim (diusir) dan sebab hirs (ingin) aku bisa menarik hati Adam, sehingga dia memakan buah yang dilarang di surga. Padahal dia diperbolehkan makan apa pun kecuali buah pohon tersebut.” (RM)

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
4
Senang
3
Terhibur
1
Terinspirasi
3
Terkejut
2

Iblis Tak Pernah Berolahraga

Lihat Komentar (1)

Komentari

Scroll To Top