Muslimin Syairozi
Penulis Kolom

Alumnus Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Menekuni kitab-kitab klasik. Kini tinggal di Lamongan, Jawa Timur.

Anjing yang Mengislamkan Puluhan Ribu Orang

Bila dilihat dari sudut hukum fikih, anjing merupakan salah satu dari dua najis yang dianggap berat (mughaladzah). Cara mensucikannya pun tidak seperti najis biasa, melainkan harus dibasuh tujuh kali yang salah satunya dicampur debu.

Memandang hukum ini, tentu kita akan berfikiran bahwa anjing adalah hewan yang hina, rendah dan tidak berfaedah. Namun, Allah Swt telah menjelaskan dalam Alquran (44/38) bahwa Dia tidak menciptakan langit, bumi dan isinya dengan tanpa faedah, semua adalah hak. Kita tidak boleh mencela apa pun yang ada di bumi, sekalipun itu seekor anjing.

Jauh sebelum Muhammad Saw diutus dengan syariat Islam, Allah telah memberi pelajaran berharga kepada Abdul Ghafar dengan seekor anjing. Ia adalah Nabi Nuh, kronologi penamaan ini karena kisah yang dialaminya dengan anjing. Muhammad bin Hammad Ibnu Iyas al-Mishri dalam kitab Badai’ al-Zuhur fi Waqai’ al-Duhur mengkisahkan, Imam Kisai berkata bahwa, nama Nuh adalah Abdul Ghafar atau Yasykur. Disebut Nuh karena saat ia melihat seekor anjing bermata empat ia berkata, “Sungguh anjing ini sangat buruk.”

Tiba-tiba anjing itu berkata, “Hai Abdul Ghafar, Yang kamu cela ukiran atau Dzat Yang mengukir? Apabila celaan itu untuk ukirannya, sungguh, seandainya aku bisa memilih, aku tidak ingin menjadi anjing, dan apabila celaan itu untuk Dzat Yang mengukir, maka sama sekali celaan itu tidak patut untuk-Nya, karena Dia adalah Dzat yang melakukan apapun yang dikehendaki.”

Baca juga:  Demak dengan Luwes Mengadopsi Tata Spiritual-Politik Mandala

Setelah itu, Abdul Ghafar yanuhu (meratap atau menangis)  dan menangisi atas dosa dan kesalahannya. Karena banyaknya dia menagis maka dia disebut Nuh (meratap).

Setelah itu, Ada kisah seekor anjing penjaga Ashabul Kahfi. Mereka adalah para pemuda yang teguh mempertahankan iman dari raja yang keji. Mereka melarikan diri, keluar dari kota. Di tengah perjalanannya mereka diikuti seekor anjing. Hingga akhirnya anjing ini menjaga mereka selama di gua. Ulama berkomentar, anjing ini disebut Qithmir, ia akan masuk surga sebagaimana Ashabul Kahfi. Kisah lengkap perjalanan Ashabul Kahfi diabadikan oleh Allah dalam Alquran surat al-Kahfi.

Kisah yang lebih menakjubkan terjadi di Mongol. Sebab seekor anjing, 40.000 warga Mongol masuk Islam. Kisahnya tercatat dalam kitab Mu’jam al-Syuyukh milik Imam al-Dzahabi dan  Al-Durar al- Kaminah milik Ibnu Hajar al-Asqalani. Ibnu Hajar berkata:

“Suatu ketika para pembesar Nasrani berkumpul di Mongol. Mereka datang menghadiri upacara besar yang diselenggarakan sebab salah satu pemerintah Mongol masuk Nasrani. Dalam upacara tersebut, seorang pembicara dari Nasrani mencaci-maki Nabi Saw. Dan di sampingnya ada seekor anjing yang di rantai. Ketika orang itu mulai mencaci Nabi, anjing itu menggeram, memberontak, lalu meloncat dengan mengincar lehernya. Hewan ini menggigitnya sangat keras. Para penjaga sampai kesulitan melepaskan gigitannya, dan baru berhasil mereka lepaskan dengan susah payah. Sebagian audient berkata:

Baca juga:  Mantra Penawar Kalajengking

“Ini terjadi sebab ucapanmu (yang mencela) terhadap hak Muhammad Saw.”

Nasrani menjawab, “Bukan, anjing ini hanya membela diri, dia melihatku menggerak-gerakkan tangan sehingga menyangka aku akan memukulnya.”

Setelah itu, dia kembali mencaci Muhammad, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Sontak, anjing itu langsung memutus rantai, dan melompat menerkam lehernya, ia menggigitnya dengan sangat keras. Seketika itu ia meninggal. Melihat kejadian itu 40.000 orang Mongol masuk Islam.” (RM)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top