Sedang Membaca
Tribute to Gus Dur, Konser Ananda Sukarlan Mengenang Pejuang Kemanusiaan
Munawir Aziz
Penulis Kolom

Kolumnis dan Peneliti, meriset kajian Tionghoa Nusantara dan Antisemitisme di Asia Tenggara. Kini sedang belajar bahasa Ibrani untuk studi lanjutan. Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom.

Tribute to Gus Dur, Konser Ananda Sukarlan Mengenang Pejuang Kemanusiaan

F12ad6d4 1bdc 4282 B961 0e819f355a5b

JAKARTA–
Mengenang perjuangan Gus Dur melalui diskusi dan bedah buku sudah sangat sering diselenggarakan. Akan tetapi, mengenang Gus Dur melalui konser musik menjadi sesuatu yang istimewa. Konser ‘Tribute to Gus Dur’ Ananda Sukarlan & Friends, diselenggarakan dalam rangka mengenang dan merayakan Gus Dur.

Konser ini diselenggarakan di Pojok Gus Dur Gedung PBNU, Lt. 1, yang disiarkan secara virtual melalui kanal Youtube, pada Senin (7/9/2020), jam 19.00 WIB. Agenda ini, kerjasama Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Ananda Sukarlan Center dan Pojok Gus Dur.

Dalam konser selama 1.5 jam ini, juga diselingi testimoni beberapa tokoh untuk mengenang Gus Dur. Di antaranya putri Gus Dur Alissa Wahid, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, dan Plt. Kepala Pusdatin Kemendikbud M. Hasan Chabibie.

Ananda Sukarlan & Friends membawakan komposisi musik yang unik, khusus untuk mengenang Gus Dur. Di antaranya, “I wish Pavarotti had met Marzuki”, “Echo’s Whisper”, “Communication Breakdown”, dan beberapa judul lain.

Menurutnya, Gus Dur seorang pejuang kemanusiaan, yang sangat relijius dan sekaligus mendalami makna-makna agama untuk perjuangan. “Gus Dur is very religious person, in the real sense of religion,” jelasnya.

Ananda Sukarlan juga menyoroti Gus Dur sangat sangat peduli dan berdedikasi tinggi untuk negeri ini. Ia juga menggarisbawahi humor-humor Gus Dur, yang bermakna tidak hanya untuk kesenangan, tapi juga strategi komunikasi. “Gus Dur menggunakan humor sebagai bagian penting dari strategi diplomasi,” ungkapnya.

Baca juga:  BBPLK Serang Sumbang APD Bagi Tenaga Medis di Serang

Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, menyebut bahwa sosok Gus Dur sangat menginspirasi. “Kita mengenang Gus Dur sebagai seorang presiden, sekaligus pejuang kemanusiaan dan guru bangsa. Beliau seperti kita tahu menguasai banyak sekali bidang, seperti politik, keamanan, olah raga, dan lainnya. Dan dalam kesempatan ini, kita akan mengenang Gus Dur secara khusus melalui sebuah konser untuk mengenang beliau,” kenangnya.

“Seperti kita tahu, kecintaan Gus Dur pada musik sungguh luar biasa. Konser ini boleh dibilang tidak hanya penghormatan pada sosok Gus Dur semata, tapi juga pemikiran dan karya beliau sepanjang hidupnya. Konser ini diharapkan akan terus mengenang Gus Dur, semoga apa yang telah dilakukan dan karya-karyanya menyinari kita di negeri ini,” terang Hilmar Farid.

Sementara, Plt. Kepala Pusdatin Kemendikbud, M. Hasan Chabibie menyebut bahwa Gus Dur sosok pejuang yang rela berkorban untuk bangsa, dan menjadi teladan warga Indonesia.
“Kalau kita menyebut Gus Dur, ada banyak label dan sebutan untuk beliau. Gus Dur itu budayawan, politisi, kiai, dan mungkin seabrek atribut lain. Tentu sebagai seseorang yang menginspirasi jutaan warga Indonesia, tentu sangat layak teman-teman Dirjen Kebudayaan Kemendikbud melaksanakan agenda ini,” jelas Hasan.

“Seringkali Gus Dur mengorbankan kepentingan dirinya untuk merawat kebhinekaan dan keberagamaan di negara kita. Gus Dur juga sering mengorbankan dirinya agar bangsa ini bisa secara konsisten berjalan dengan prinsip-prinsip yang benar,” ungkap Hasan Chabibie, yang juga Plt. Ketua Mahasiswa Ahlut Thariqah an-Nahdliyyah (MATAN).

Baca juga:  Memule, Untaian Doa Lintas Agama untuk Mbah Moen

Alissa Wahid, Koordinator Jaringan GusDurian, menyampaikan terima kasih atas inisiatif konser mengenang Gus Dur. “Tribute to Gus Dur ini juga menyegarkan kembali, warisan-warisan dari KH. Abdurrahman Wahid, yang tentu sudah sama-sama kita pahami bersama. Gagasan beliau tentang pemikiran keagamaan, tentang keberpihakan terhadap kelompok minoritas, dan tentu banyak aktifitas beliau yang menggunakan pendekatan kebudayaan. Ini menjadi momentum yang luar biasa, untuk kita bisa kembali mengaca dan belajar pada sejarah,” demikian Alissa bercerita.

Alissa mengisahkan, bagi Gus Dur, seni dan humor bukan hanya artefak seni belaka. Tapi, ini merupakan sebuah cara untuk mengartikulasikan nilai-nilai dan prinsip penting bersama kita.

“Apa yang dilakukan Mas Ananda Sukarlan bersama teman-teman musisi menjadi apresiasi atas apa yang diperjuangkan Gus Dur. Semoga acara-acara seperti ini, menjadi upaya penting merevitalisasi strategi kebudayaan kita untuk membangun karakter bangsa Indonesia,” harapnya.(*).

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top