Sedang Membaca
Diaspora Santri (3): Science Diplomacy dan Posisi Strategis PCI Nahdlatul Ulama
Munawir Aziz
Penulis Kolom

Kolumnis dan Peneliti, meriset kajian Tionghoa Nusantara dan Antisemitisme di Asia Tenggara. Kini sedang belajar bahasa Ibrani untuk studi lanjutan. Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom.

Diaspora Santri (3): Science Diplomacy dan Posisi Strategis PCI Nahdlatul Ulama

Whatsapp Image 2020 10 21 At 4.14.21 Pm

Peran dan kontribusi Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama turut menghiasi wajah Islam Indonesia di luar negeri. Identitas Islam Indonesia, yang mengajarkan moderasi, welas asih, toleran dan keseimbangan, merupakan bagian dari diplomasi budaya untuk menunjukkan Indonesia di ranah internasional.

Selain itu, PCI Nahdlatul Ulama juga berperan penting dalam diplomasi perdamaian, yang melengkapi negara dalam diplomasi internasional. Selain itu, dalam konteks diplomasi sains (science diplomacy) yang dikembangkan Kementrian Luar Negeri RI dan KBRI London, para santri yang menggeluti sains dan teknologi, juga bisa turut serta memberi sumbangsih untuk negara dan warga dunia.

Terkait hal ini, Munawir Aziz, sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom melangsungkan wawancara dengan Hartyo Harkomoyo, Counsellor Penerangan dan Sosial Budaya KBRI London. Wawancara dilangsungkan pada Sabtu, 17 Oktober 2020, setelah KBRI London mengawal kehadiran Menteri Luar Negeri RI Retno L Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir di United Kingdom.

Bagaimana strategi diplomasi Indonesia saat ini, bisa digambarkan sekilas, terutama pada masa pandemi ini?

Diplomasi Indonesia berdiri tegak, bermartabat, memperjuangkan kepentingan nasional dan berkontribusi bagi perdamaian dan stabilitas dunia.

Menlu Republik Indonesia telah menetapkan polugri tahun 2020 dan arah 5 tahun ke depan: ”Diplomasi Indonesia akan dijalankan berdasarkan prioritas 4+1” yaitu: penguatan diplomasi ekonomi; diplomasi perlindungan; diplomasi kedaulatan dan kebangsaan; dan peran Indonesia di kawasan dan global. Sementara plus satu-nya adalah penguatan infrastruktur diplomasi.”

Dalam menghadapi masa pendemi strategi diplomasi adalah: (1) melaksanakan upaya pelindungan WNI atas dampak pandemi Covid-19. (2) melakukan kerja sama atau kemitraan baik secara bilateral maupun multilateral untuk memperkuat upaya bersama menghadapi pandemi Covid-19. (3) melakukan berbagai upaya kerja sama untuk men-secure penyediaan vaksin Covid-19 dan teknologi terkait lainya untuk memperkuat upaya melawan Covid-19. (4) mulai melakukan upaya diplomasi ekonomi untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi akibat dari pandemic Covid-19

Baca juga:  Forum Diaspora Santri, Menginspirasi Generasi Muda kuliah ke Negeri Belanda

Lalu, bagaimana Bapak melihat dalam konteks Inggris, apakah ada strategi diplomasi khusus?

Indonesia memandang Inggris sebagai sahabat dan mitra di kawasan Eropa untuk berbagai kerja sama dan kemitraan yang saling menguntungkan.

Dalam konteks kerja sama politik, kedua negara menikmati hubungan yang baik dan upaya saling mendukung untuk pencalonan di berbagai forum dan organisasi internasional. Hubungan kerja sama  politik yang baik meletakkan landasan yang kuat bagi kerja sama bilateral di bidang-bidang lainnya.

Diplomasi ekonomi merupakan salah satu fokus utama diplomasi di Inggris. Diplomasi ekonomi bertujuan untuk meningkatkan nilai dan volume perdagangan kedua negara, memperkuat investasi dan meningkatkan kunjungan wisatawan asal Inggris ke Indonesia. Untuk itu berbagai upaya promosi baik di tingkat pemerintah maupun swasta terus dilakukan untuk memajukan diplomasi ekonomi.

Diplomasi budaya dan people to people contact merupakan aspek yang penting untuk memperkuat saling pengertian antara masyarakat kedua negara. Diplomasi ini memerlukan kerja sama yang baik dengan berbagai pihak, termasuk publik di Inggris maupun diaspora Indonesia. KBRI London terus mengembangkan people to people contact melalui diplomasi diaspora dan diplomasi sains. Di tengah pandemi, dimana pertemuan secara fisik masih dibatasi, diplomasi digital yaitu pemanfaatan instrumen digital untuk diplomasi, juga terus diperkuat.

Beberapa waktu lalu, KBRI London memunculkan science-diplomacy, bagaimana itu gambarannya?

Gagasan science diplomacy merupakan jawaban atas dua hal.

Baca juga:  Perkuat Toleransi, Jaringan GUSDURian Gelar Festival Beda Setara

Pertama, tantangan-tantangan diplomasi dewasa ini, khususnya pada saat pandemi, semakin membuktikan bagaimana peran para ilmuwan dalam bekerja menemukan terobosan dan inovasi untuk mengatasi wabah. Diplomasi bekerja agar terobosan dan inovasi tersebut dapat menjawab tantangan di dalam negeri. Diplomasi juga bekerja agar terdapat akses yang adil atas inovasi tersebut sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat internasional.

Kedua, di Inggris terdapat sekitar 10.000 diaspora. Lebih dari separuhnya adalah para ilmuwan baik yang sedang menimba ilmu atau mengajar. Mereka ini memiliki berbagai pengetahuan dan keahlian ilmu yang mendalam yang sepatutnya dirangkul untuk turut menyumbangkan pemikiran bagi permasalahan yang sedang dihadapi bangsa. Melalui bidang dan disiplin ilmu yang mereka didalami juga diharapkan dapat memajukan kerja sama bilateral di berbagai bidang, khususnya dalam menjawab tantangan bersama pada saat ini maupun masa mendatang.

Secara khusus science diplomacy diharapkan menjadi basis data keilmuwan dari setiap kebijakan yang akan diambil dalam decision making proses di dunia diplomasi.

Bagaimana anda melihat peran diplomasi perdamaian yang dilakukan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, apa dampaknya bagi pemerintah Indonesia dan dunia internasional?

Salah satu alasan kenapa kita merdeka adalah untuk turut serta mewujudkan perdamaian dunia. Politik luar negeri Indonesia selalu memegang teguh prinsip ini. Maka Indonesia selalu tampil sebagai solusi di berbagai upaya perdamaian dunia.

Diplomasi untuk perdamaian dunia tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah, namun juga aktor non negara, termasuk Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Keduanya memiliki peran yang sangat penting khususnya dalam mempromosikan nilai-nilai toleransi dan keberagamaan di dunia internasional. Nilai-nilai inilah sebenarnya merupakan nutrisi utama bagi perdamaian dunia.

Baca juga:  Tema-tema "Bahtsul Masail" Munas Alim Ulama di Banjar

Pada awal meniti karir sebagai diplomat di Kementerian Luar Negeri, saya sangat gembira dapat mengambil bagian dari upaya internasional para cendekiawan Muslim dalam melakukan diplomasi perdamaian melalui International Conference of Islamic Scholars (ICIS). Saya melihat sendiri bagaimana cendekiawan Muslim memiliki pemikiran dan peran yang strategis dan komplementer terhadap upaya diplomasi yang dilakukan oleh Pemerintah.

Terkait PCI Nahdlatul Ulama UK, apa kesan dan saran Bapak?

Saya melihat PCINU UK sebagai mitra yang baik bagi KBRI London dan sahabat dari semua warga negara Indonesia yang tinggal di UK. Inisiatif dan kegiatan dari PCINU UK sangat relevan dengan kondisi masyarakat dan bangsa.

Di masa pandemi, saya melihat berbagai upaya solidaritas dan bantuan telah dilakukan oleh PCINU. Demikian pula kegiatan-kegiatan virtual yang bertujuan untuk memberikan edukasi pada masa pandemi, memperkuat rasa solidaritas maupun penguatan kesehatan mental.

Saya turut berpartisipasi webinar antara Ketua PBNU dengan Menlu RI yang dihadiri oleh seluruh wakil PCINU dunia beberapa bulan yang lalu. Dari situ saya melihat pemikiran-pemikiran maju dari wakil PCNU UK untuk turut berkontribusi dalam menjawab tantangan pandemi Covid-19.

Saya melihat PCINU telah memiliki akar dan sejarah yang panjang di UK dan saya sangat ingin memperkuat kolaborasi untuk terus menggaungkan nilai-nilai toleransi bangsa, perdamaian, dan people-to-people contact khususnya diplomasi diaspora dan diplomasi sains bersama dengan PCNU UK [].

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top