Sedang Membaca
Dari Oxford untuk Khidmah NU, Indonesia dan Dunia
Munawir Aziz
Penulis Kolom

Kolumnis dan Peneliti, meriset kajian Tionghoa Nusantara dan Antisemitisme di Asia Tenggara. Kini sedang belajar bahasa Ibrani untuk studi lanjutan. Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom.

Dari Oxford untuk Khidmah NU, Indonesia dan Dunia

Whatsapp Image 2022 02 09 At 02.21.30

Alhamdulillah, beberapa waktu lalu saya silaturahmi bersama teman-teman di Oxford, United Kingdom. Kami memilih Oxford sebagai titik kumpul silaturahmi karena memang ada agenda–pembahasan besar–untuk merangkai jejak panjang khidmah Nahdlatul Ulama di Inggris Raya.

Oxford ini jadi landmark penting, sebagai tempat intelektual-intelektual, pengusaha papan atas dan politisi garda utama Inggris belajar, menempa diri. Jadi, Oxford tidak sekedar lokasi, tapi juga laboratorium tempat berkumpulnya orang-orang yang (kelak) mentransformasi dunia, dengan skala masing-masing.

Saya sekeluarga bersama mas Abid Abid Abdurrahman Adonis, mas Rosyid Jazuli, mas Gus Abdurrohman Apif. Ketiganya orang-orang hebat di bidang masing-masing.

Mas Abid Adonis merupakan santri hebat. Ia cucu kiai besar di Jawa Timur. Keluarganya punya jaringan pesatren besar di beberapa kota/kabupaten Jatim.

Nah, menariknya, Mas Abid Adonis ini sekarang kuliah PhD di Oxford University. Ia ambil bidang riset terkait Digital Sovereignty. Setelah sebelumnya, ia menyelesaikan dua Master sekaligus: satu di Science-Po Paris dan LSE London.

Jadi jelasnya, Mas Abid membuktikan bahwa Santri bisa kuliah PhD di Oxford. Bahwa, santri-santri sebenarnya mampu dan bisa menembus kampus terbaik di dunia.

Kawan karib berikutnya mas Rosyid Jazuli. Ia kuliah PhD bidang public policy di UCL London. Ini kampus terbaik di bidang kebijakan publik di Inggris Raya. Ia sedang riset bidang manajemen energi di Indonesia. Nggak main-main risetnya. Ia membahas terkait uang negara ribuan triliun terkait energi.

Baca juga:  Perspektif Psikologi untuk Masalah Sosial Budaya

Sebelumnya, mas Rosyid kuliah di New Zealand dan jadi Ketua PPI di negeri itu. Sekarang, PCINU Inggris Raya mempercayakan satu pekerjaan besar untuk dia kelola. Semoga dalam satu dua tahun mendatang bisa kelihatan wujudnnya, dan berdampak luas di Indonesia, Inggris Raya dan Eropa.

Satu lagi, mas Gus Apif. Beliau seorang Gus darah hijau, yang mengelola Pesantren al-Mizan di Banten. Jaringan pesantren yang dikelola keluarganya luas sekali di kawasan Jawa Barat dan Banten.

Kini, bersama istrinya, Gus Apif sedang kuliah di University of Birmingham. Kampus terbaik di bidang social science dan teology di Inggris.

Nah, Gus Apif ini kami percaya untuk mengkonsolidasi program Maulid Akbar se-Inggris Raya yang akan dilaksanakan pada akhir tahun ini. Kami bekerjasama dengan banyak masjid-masjid yang dikelola British Muslim, Minhaj Foundation, KBRI London dan beberapa jaringan. Ini tentu gawe besar yang harus kami persiapkan dengan detail dan terkonsolidasi.

Di luar ketiganya, masih ada puluhan kader NU hebat-hebat di Inggris yang sudah jadi saintis, periset, dosen, juga para professional di lintas bidang.

Lah, kalau saya bagaimana?

Saya ini, kalau pinjam istilahnya Mas Najib Azca (Wakil Sekjen PBNU, dosen di UGM) sebagai ‘bolo dupak’. Hehehe. Bolo dupak ini sebenarnya kiasan aja.

Baca juga:  Kita dan Tragedi 65 (7): Sejarah PKI dan Narasi Tunggal Orde Baru

Tugas saya apa sebenarnya?

Saya bertugas agar memastikan orang-orang hebat itu berkumpul, agar para experts NU di Inggris Raya dan berbagai negara lain bisa terkonsolidasi. Saya bagian menemani mereka ngopi, makan-makan dan jagong santai.

Lha wong Kang Savic Ali aja Ketua PBNU bagian makan-makan, ya saya mengikuti jalan senior untuk urusan itu. Tentu, ini juga bagian bercanda ala NU. Bahwa, di antara pekerjaan-pekerjaan di Nahdlatul Ulama, ada urusan silaturahmi, makan-makan dan ngopi-ngopi yang mempererat persaudaraan.

Kalau skemanya begitu, kan nanti enak. Saya akan menjadwalkan ketemu teman-teman PCINU di Mesir, Yaman, Arab Saudi, Qatar, Sudan, Tunisia, Aljazair, Maroko, India, Pakistan, Jordania, Jerusalem, Tiongkok, India, hingga Belanda, Belgia, Jerman dan Rusia, lalu terbang ke Amerika dan Canada. Serta puluhan negara lain.

Untuk apa? Silaturahmi dan ngajak ngopi teman-teman diaspora santri di berbagai negara.

Kembali ke Oxford. Apa yang kami rencanakan?

Bismillah, ini bagian perjalanan mengkonsolidasi teman-teman diaspora Santri di Inggris Raya. Selanjutnya, kami akan adakan agenda besar melibatkan beberapa professor, ilmuan, praktisi dan para PhD n master student di Inggris Raya untuk bersama-sama menyiapkan langkah khidmah untuk Nahdlatul Ulama.

Agenda di Oxford kami buka dengan makan siang bersama dan ditutup dengan ngopi bareng di sebuah kafe, sembari menikmati ice cream dan specialty coffe.

Baca juga:  Kriteria Jarh yang Sah

Lha wong kok uripe makan-makan, ngopa-ngopi?” begitu teman bertanya.

Saya jawab, “Yo jelas, iki sebagian barakahe ber-NU.

Bismillah, semoga berkah melimpah. (*)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top