Alkisah, suatu hari Abu Nawas berkunjung ke rumah temannya. Kebetulan temannya ini termasuk golongan orang bakhil atau kikir.
Saat Abu Nawas berkunjung ke rumah si kikir tadi, kebetulan si kikir ini sedang dilanda demam tinggi. Tak begitu lama datanglah tabib yang akan memeriksa si kikir tadi.
Setelah memeriksa, sang tabib pun memberitahukan kepada si kikir perihal penyakit yang sedang dideritanya.
“Wahai Tuan, demam Anda tinggi sekali sementara itu tekanan darahmu rendah. Demam tuan akan sembuh jika tekanan darah tuan naik,” jelas sang tabib kepada si kikir tadi.
Mendengar penjelasan sang tabib, Abu Nawas tanpa sengaja nyeletuk “Wahai Tabib, aku tahu bagaimana membuat tekanan darah temanku yang kikir ini naik dengan cepat,” celetuk Abu Nawas.
“Bagaimana Abu Nawas?” tanya sang tabib penasaran.
“Makanlah semua makanan di rumah ini (rumah si kikir) di hadapannya, aku yakin darahnya akan naik dengan cepat dan demamnya pun akan hilang,” jawab Abu Nawas.
Sang tabib yang mendengar jawaban Abu Nawas tertawa terbahak-bahak. Sementara teman Abu Nawas yang pelit bin kikir bin bakhil dan sedang sakit tadi hanya diam, dan memalingkan wajahnya dari Abu Nawas dan sang tabib.
(Diterjemahkan dari kitab Abu Nuwas fi nawadirihi wa ba’di qasaidihi, karya Salim Samsuddin)