Ma’ruf al-Karkhi, catatan dalam Tazkirat al-Auliyā’ dan Ṭabaqāt al-Ṣūfiyah menginformasikan bahwa nama lengkapnya Ma’ruf bin Fairuz, sementara itu catatan al-Khaṭib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad, nama lengkapnya adalah Ma’ruf bin Fairazan. Ma’ruf al-Karkhi memiliki kuniyah Abu Mahfuz, sementara itu al-Karkhi di belakang namanya dinisbatkan pada wilayah Karkh, Baghdad.
Tokoh sufi yang satu ini masyhur dengan kezuhudan dan laku prihatinnya, setiap orang yang berjumpa dengan Ma’ruf al-Karkhi selalu tabarukan, minta untuk didoakan.
Ma’ruf al-Karkhi lahir sekitar tahun 750-760 an Masehi atau jika dikonversikan ke Hijriyah sekitar tahun 130-140 an, namun ihwal tahun kematiannya, al-Khaṭib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad mencatat ada tiga pendapat berbeda, ada yang berpendapat 200 H, 201 H, dan 204 H. Namun, yang pasti Ma’ruf al-Karkhi meninggal di sekitaran tahun 200 H.
Salah satu amalan yang rutin dikerjakan Ma’ruf al-Karkhi adalah berpuasa. Suatu ketika, menjelang Ma’ruf al-Karkhi meninggal, ia menderita sakit. Seorang laki-laki yang menjenguk Ma’ruf al-Karkhi lalu menanyakan ihwal puasa yang dijalani Ma’ruf al-Karkhi.
“Wahai Syekh Ma’ruf al-Karkhi, katakan kepadaku tentang amalan puasa yang engkau jalani?” tanya laki-laki itu.
“Puasaku ini sebagaimana puasanya nabi Isa As,” jawab Ma’ruf al-Karkhi.
“Wahai Syekh Ma’ruf al-Karkhi, katakan kepadaku tentang amalan puasa yang engkau jalani?” tanya laki-laki itu sekali lagi.
“Puasaku ini sebagaimana puasanya nabi Daud As,” jawab Ma’ruf al-Karkhi.
“Wahai Syekh Ma’ruf al-Karkhi, katakan kepadaku tentang amalan puasa yang engkau jalani?” lagi-lagi lelaki itu menanyakan hal yang sama.
“Puasaku ini sebagaimana puasanya nabi Muhammad Saw,” jawab Ma’ruf al-Karkhi.
Lelaki yang bertanya itu sepertinya belum puas dengan jawaban Syekh Ma’ruf al-Karkhi. Ia pun kembali menanyakan pertanyaan yang sama.
“Wahai Syekh Ma’ruf al-Karkhi, katakan kepadaku tentang amalan puasa yang engkau jalani?” tanya laki-laki itu penasaran.
“Aku menjadikan sepanjang hariku berpuasa, namun jika ada orang yang mengajak atau mengundangku makan, maka aku akan makan tanpa mengatakan bahwa aku sedang berpuasa.” pungkas Syekh Ma’ruf al-Karkhi.
Setelah mendapat jawaban itu, lelaki yang bertanya tadi lantas berhenti bertanya.
Pada kisah yang lain al-Khaṭib al-Baghdadi menceritakan dalam catatannya di Tarikh Baghdad, bahwa suatu hari Ma’ruf al-Karkhi sedang dalam perjalanan dan ia pun sedang dalam keadaan berpuasa sunnah, namun di tengah perjalanan tiba-tiba ada orang dermawan yang menyedekahkan air. Orang dermawan itu lalu berdoa, semoga yang meminum air ini mendapat rahmat dari Allah.
Doa itupun didengar Ma’ruf al-Karkhi, ia pun segera membatalkan puasanya dengan air dari orang dermawan itu dan Ma’ruf al-Karkhi berharap mendapat rahmat Allah dari air yang ia minum.
Di lain kisah, Ma’ruf al-Karkhi pernah menyuapi makan seekor anjing. Kisah ini ada dalam catatan Fariduddin al-Aṭṭar dalam Tazkirat al-Auliyā’, begini kisahnya;
Diceritakan, bahwa Ma’ruf al-Karkhi memiliki paman yang menjadi gubernur di suatu wilayah. Suatu hari pamannya ini berjalan meninjau suatu tempat yang kumuh, tiba-tiba di tempat itu sang paman bertemu Ma’ruf al-Karkhi yang duduk bersebelahan dengan seekor anjing. Ma’ruf al-Karkhi sedang memakan sepotong roti, dan anjing yang ada di sebelahnya disuapi oleh Ma’ruf al-Karkhi dengan sepotong roti yang lain. Melihat peristiwa itu sang paman lantas bertanya.
“Wahai Ma’ruf al-Karkhi, apakah engkau tidak malu makan dengan seekor anjing?” tanya sang paman.
Tanpa menjawab pertanyaan sang paman, Ma’ruf al-Karkhi lalu mendongakkan kepalanya ke langit, ia melihat seekor burung yang terbang di langit, kemudian Ma’ruf al-Karkhi memanggil burung itu. Burung yang terbang itu lantas menghampiri Ma’ruf al-Karkhi dan mendarat di tangannya. Burung itu lantas menutupi wajahnya sendiri dengan sayapnya seolah malu kepada Ma’ruf al-Karkhi.
“Wahai paman, orang yang malu kepada Allah, makhluk lain pun akan malu kepadanya,” jawab Ma’ruf al-Karkhi.
Mendengar jawaban itu paman Ma’ruf al-Karkhi malu dan terdiam, sang paman takjub pada ponakannya, Ma’ruf al-Karkhi.
Berikut quote sufistik dari Syekh Ma’ruf al-Karkhi:
قُلُوْبُ الطَّاهِرِيْنَ تُشْرَحُ بِالتَّقْوَى وَتُزْهَرُ بِالْبِرِّ وَقُلُوْبُ الفُجَّارِ تُظْلَمُ بِالْفُجُوْرِ وَتُعْمَى بِسُوْءِ النِّيَّةِ
“qulūbu-l-ṭāhirīna tusyrahu bi-l-taqwā wa tuzharu bi-l-birri wa qulūbu-l-fujjāri tuẓlamu bi-l-fujūri wa tuʻmā bisūʼi-l-niyyati.”
“Hati orang-orang suci senantiasa dipancari ketakwaan dan dihiasi dengan kebaikan, sementara hati para pembangkang digelapkan oleh kedurhakaan dan dibutakan dengan niat yang buruk.”
Wallau Aʻlam.