Mukhammad Lutfi
Penulis Kolom

Alumnus Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Kisah Sufi Unik (41): Abu Ali al-Tsaqafi Membantu Pemakaman Waria

Abu Ali al-Tsaqafi, nama aslinya Muhammad bin Abdul Wahhab al-Tsaqafi. Abu Ali merupakan kuniyah-nya. Catatan Ibnu Mulkan menginformasikan, Abu Ali al-Tsaqafi lahir pada 244 Hijriyah, dan meninggal pada 328 Hijriyah. Semasa hidupnya, Abu Ali al-Tsaqafi bersahabat dengan Abu Hafs al-Haddad dan Hamdun al-Qasshar.

Informasi dari al-Sulami dalam Ṭabaqat al-Ṣūfiyah mengatakan bahwa Abu Ali al-Tsaqafi menjadi pionir dalam banyak cabang ilmu syariʻat, namun, di lain sisi Abu Ali al-Tsaqafi juga begitu mendalami ilmu tasasawuf. Bahkan dalam catatan Fariduddin al-Atthar, Abu Ali al-Tsaqafi termasuk penyebar ilmu tasawuf di Naisabur.

Masih dalam catatan Fariduddin al-Atthar, dikatakan suatu hari Abu Ali al-Tsaqafi pernah ikut memakamkan jenazah seorang waria, begini kisah lengkapnya;

Suatu hari Abu Ali al-Tsaqafi pernah melihat rombongan iring-iringan jenazah yang dipanggul oleh tiga orang laki-laki dan satu orang perempuan. Melihat peristiwa itu Abu Ali al-Tsaqafi lantas berinisiatif untuk mengambil alih tempat memanggul perempuan tersebut. Setelah itu Abu Ali al-Tsaqafi beserta rombongan iring-iringan jenazah berjalan bersama-sama menuju makam untuk melaksanakan salat jenazah lantas menguburkannya. Abu Ali al-Tsaqafi lantas bertanya kepada perempuan itu,”Siapa jenazah ini?”

Mendengar pertanyaan Abu Ali al-Tsaqafi, lantas satu-satunya perempuan dalam rombongan itu menjawab,”Dia adalah puteraku.”

Baca juga:  Syekh Nikmatullah Wali, Sufi yang Gemar Bertani

“Apakah kalian tidak mempunyai tetangga, kok hanya kalian saja yang mengantarkan jenazah ini?” tanya Abu Ali al-Tsaqafi lagi.

“Punya, tetapi mereka meremahkan puteraku.” jawab perempuan yang juga ibu jenazah itu.

Abu Ali al-Tsaqafi bertanya kembali,”Apa alasannya?”

“Dia adalah seorang waria.” Jawab ibu dari jenazah itu

Mendengar cerita dari ibu jenazah itu, Abu Ali al-Tsaqafi merasa kasihan. Aku merasa kasihan kepadanya. Suatu ketika, si ibu dari jenazah tadi datang ke rumahku dan kuberikan uang dirham, buah labu, dan pakaian. Malam harinya, ketika aku terlelap tidur, aku bermimpi melihat waria itu, ia datang kepadaku dengan kondisi bercahaya bagaikan bulan purnama dan memakai pakaian yang bagus sekali di malam hari.

Ia berpakaian serba putih dan lalu tersenyum kepadaku, ia mengucapkan terima kasih kepadaku. Dalam mimpi itu aku bertanya, “Siapa kamu?”

Lalu ia menjawab, “Aku adalah waria yang telah kamu antar ke pemakaman, lalu kamu meyalatiku, dan lantas  menguburkanku di waktu siang hari itu, Allah telah melimpahkan rahmat kepadaku karena banyak orang yang telah merendahkanku.

Abu Ali al-Tsaqafi terbangun dari tidurnya dan tertegun dengan apa yang terjadi dalam mimpinya.

Berikut quote sufistik dari Abu Ali al-Tsaqafi,

العَمَلُ حَيَاةُ الْقَلْبِ وَنُوْرُ الْعَيْنِ مِنْ ظُلُمَةِ الْجَهْلِ

Baca juga:  Sabilus Salikin (98): Tarekat Histiyah

“Al-ʻamalu hayātu-l-qalbi wa nūru-l-ʻaini min ẓulumati-l-jahli.”

“Amal saleh adalah tanda hidupnya hati dan menjadi pelita dari gelapnya kebodohan.”

Wallahu Aʻlam.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top