Abu Ya’kub al-Nahrajuri, nama aslinya Ishak bin Muhammad. Abu Ya’kub al-Nahrajuri merupakan murid dari Imam Junaid dan Abu Ya’kub al-Susi. Catatan al-Sulami menginformasikan bahwa Abu Ya’kub al-Nahrajuri menetap di sekitaran Masjidilharam, dan di sana pula ia menghembuskan nafas terakhirnya di tahun 330 Hijriyah.
Fariduddin al-Atthar menceritakan, Abu Ya’kub al-Nahrajuri tak pernah lelah dalam ibadah dan bermunajat kepada Allah, ini dikarenakan suatu hari Abu Ya’kub al-Nahrajuri mendengar bisikan yang tidak diketahui asalnya, “Wahai Abu Ya’kub al-Nahrajuri, engkau ini hamba, dan hamba tak boleh istirahat karena lelah di hadapan tuannya.”
Pada kisah yang lain, Abu Ya’kub al-Nahrajuri pernah mengkritik orang pelit atau kikir.
“Hai orang hina!” sapa Abu Ya’kub al-Nahrajuri kepada orang kikir.
“Wahai Syaikh Abu Ya’kub al-Nahrajuri! Kenapa engkau berkata seperti itu?” tanya si kikir.
“Karena Allah telah berfirman ‘qul mataa’u-l-dunya qaliil’, kesenangan dunia itu sedikit/sebentar. Bagianmu dari dunia ini sedikit, sementara dengan yang sedikit itu engkau kikir, kamu kira dengan dengan tidak mendermakannya engkau akan aman –hartamu akan utuh. Ingatlah kalaupun engkau menyedakahkan hartamu, maka kamu sebenarnya menyedakahkan yang sedikit; dan kalaupun engkau menyembunyikan hartamu, maka sebenarnya engkau menyembunyikan yang sedikit pula,” jelas Abu Ya’kub al-Nahrajuri menasehati.
“Kamu tidak akan dicela karena menyembunyikannya, dan tidak akan dipuji karena menyedekahkannya, karena bagi Allah yang kau punya itu sedikit, dengan yang sedikit saja engkau pelit, apalagi dengan yang banyak?” imbuh Abu Ya’kub al-Nahrajuri.
Orang kikir itu pun terdiam mendengar nasehat Abu Ya’kub al-Nahrajuri. Sepertinya orang kikir itu meresapi dalam-dalam kalimat Abu Ya’kub al-Nahrajuri.
Berikut quote sufistik dari Abu Ya’kub al-Nahrajuri;
مَنْ كَانَ شَبْعُهُ بِالطَّعَامِ لَمْ يَزَلْ جَائِعًا، وَمَنْ كَانَ غِنَاهُ بِالمـــــَـالِ لَمْ يَزَلْ مُفْتَقِرًا، وَمَنْ قَصَدَ بِحَاجَتِهِ الخَلْقَ لَمْ يَزَلْ مَحْرُوْمًا، وَمَنْ اِسْتَعَانَ فِي أَمْرِهِ بِغَيْرِ اللهِ لَمْ يَزَلْ مَخْذُوْلًا
“Man kaana syab’uhu bi-l-tho’aami lam yazal jaai’an, wa man kaana ghinaahu bi-l-maali lam yazal muftaqiron, wa man qashada bihaajatihi al-kholqo lam yazal mahruuman, wa man ista’aana fii amrihi bighoiri-l-llahi lam yazal makhzuulan.”
“Barang siapa kenyangnya itu karena makanan, maka sejatinya ia masih lapar; barang siapa merasa kaya dengan harta, maka sejatinya ia masih fakir; barang siapa menyandarkan setiap kebutuhannya pada makhluk, maka sejatinya ia akan terus merasa kurang; barang siapa memohon pertolongan kepada selain Allah, maka sejatinya ia dihinakan.” Wallahu a’lam.