Sedang Membaca
Kisah Sufi Unik (19): Abu Ya’kub al-Razi Diuji dengan Seekor Tikus
Mukhammad Lutfi
Penulis Kolom

Alumnus Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Kisah Sufi Unik (19): Abu Ya’kub al-Razi Diuji dengan Seekor Tikus

Mistikus Sufi.blogspot

Abu Ya’kub al-Razi, nama aslinya Yusuf bin al-Husain. Al-Razi di belakang namanya dinisbatkan kepada tempat Abu Ya’kub berasal, yaitu kota Rayy. Fariduddin Atthar mengatakan bahwa beliau seorang wali yang alim ihwal ilmu lahir dan ilmu batin. Masih dalam catatan Fariduddin Atthar, dikatakan, Abu Ya’kub al-Razi berafiliasi kepada tarekat Malamatiyah/Mulamatiyah. Allah telah menganugerahkan Abu Ya’kub al-Razi umur yang panjang, dan kemuliaan atas keilmuannya.

Abu Ya’kub al-Razi tercatat sebagai murid dari Dzun Nun al-Misri. Catatan Thabaqat al-Sufiyah yang menukil pendapat Abdullah bin Atha’ menginformasikan bahwa Abu Ya’kub al-Razi meninggal di tahun 304 Hijriyah.

Jalan Abu Ya’kub al-Razi dalam pencariannya untuk wushul kepada Allah sangatlah panjang, bahkan ia pernah diuji oleh gurunya sendiri, Dzun Nun al-Misri, dengan seeokor tikus. Abu Ya’kub ingin sekali belajar mengenal Allah melalui Dzun Nun al-Misri.

Dikisahkan bahwa Abu Ya’kub pergi ke Mesir untuk menemui Dzun Nun al-Misri. Ia ingin sekali mengenal Allah melalui Dzun Nun al-Misri. Singkat cerita sampailah Abu Ya’kub di Mesir. Abu Ya’kub lantas menuju masjid Dzun Nun al-Misri. Abu Ya’kub memberi salam pada Dzun Nun al-Misri dan lantas masuk ke salah satu sudut masjid. Tahu akan kedatangan Abu Ya’kub, lantas Dzun Nun al-Misri bertanya kepadanya.

Baca juga:  Panduan Menjadi Sufi di Era Digital

“Dari mana kau berasal,” tanya Dzun Nun al-Misri.

“Dari kota Rayy,” jawab Abu Ya’kub.

Tanpa melanjutkan obrolan tiba-tiba Dzun Nun al-Misri pergi begitu saja, sementara Abu Ya’kub tetap saja di situ dan sabar menunggu Dzun Nun al-Misri. Bahkan dikatakan Abu Ya’kub bermukim di masjid Dzun Nun al-Misri. Setahun telah berlalu, Dzun Nun al-Misri lantas bertanya lagi kepada Abu Ya’kub.

“Untuk urusan apa engkau ke sini?” tanya Dzun Nun al-Misri.

“Mengunjungimu ya Syaikh, aku juga mukim di masjidmu,” jawab Abu Ya’kub memberi tahu.

Lagi-lagi, tanpa melanjutkan obrolan tiba-tiba Dzun Nun al-Misri pergi begitu saja, sementara Abu Ya’kub tetap saja di situ dan sabar menunggu Dzun Nun al-Misri. Setahun telah berlalu, Dzun Nun al-Misri datang dan bertanya kembali kepada Abu Ya’kub.

“Hajat apa yang menuntunmu sampai ke sini?” tanya Dzun Nun al-Misri.

“Aku harap engkau berkenan mengajariku tentang keagungan Allah,” ucap Abu Ya’kub penuh harap.

“Baiklah, kalau begitu, ini kau serahkan kotak ini kepada seorang Syaikh yang ada di Mesir,” perintah Dzun Nun al-Misri sambil menyerahkan sebuah kotak berukuran sedang. Dalam Tazkiratul Auliya’ tidak disebutkan nama Syaikh yang dimaksud oleh Dzun Nun al-Misri. Dan juga diikatakan di dalam kotak itu ada sesuatu yang bergerak-gerak.

Baca juga:  Memahami Pemikiran Al-Ghazali (7): Ilmu Pengetahuan Menurut Imam Al-Ghazali (Part 1)

“Apa yang dikatakan oleh Syaikh itu harap kau catat baik-baik,” imbuh Dzun Nun al-Misri kepada Abu Ya’kub.

Berangkatlah Abu Ya’kub menuju Syaikh yang dimaksud Dzun Nun al-Misri. Sepanjang perjalanan Abu Ya’kub dibuat penasaran dengan isi kotak yang sedari tadi bergerak-gerak tanpa henti. Hingga terbesit dalam hatinya keinginan untuk membuka kotak itu. Abu Ya’kub lalu mengikuti kata hatinya untuk membuka kotak itu. Dibukalah kotak itu. Abu Ya’kub terkejut setelah tahu bahwa yang ada di dalam kotak itu adalah seekor tikus. Tikus yang ada di dalam lantas meloncat dan lari.

Abu Ya’kub bingung, apakah ia harus kembali kepada Dzun Nun al-Misri atau melanjutkan perjalanan menuju Syaikh yang dimaksud dengan membawa kotak kosong. Abu Ya’kub lantas memilih untuk melanjutkan perjalanan menuju Syaikh, meskipun kotak yang dibawanya kosong.

Singkat cerita sampailah Abu Ya’kub di hadapan Syaikh, lantas ia menyerahkan kotak itu kepada Syaikh. Sang Syaikh lalu menerima kotak itu dan lantas membukanya.

Dengan senyum yang mengembang, Syaikh itu lalu berkata, “Apa benar kau meminta Dzun Nun al-Misri untuk mengajarimu tentang keagungan Allah?” tanya si Syaikh.

“Benar ya Syaikh,” jawab Abu Ya’kub.

“Dzun Nun al-Misri tahu kau tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk belajar kepadanya, sampai-sampai Dzun Nun al-Misri mengujimu dengan seekor tikus,” jelas si Syaikh menjelaskan.

Baca juga:  Kisah Sufi Unik (6): Samnun bin Hamzah, yang Selalu Minta Diuji

Abu Ya’kub kaget sekaligus malu, ternyata sang Syaikh tahu kalau di dalam kotak itu tadinya ada tikus. Sejak saat itu Abu Ya’kub mulai belajar sabar dalam setiap pengembaraannya.

Berikut ini untaian kata-kata hikmah dari Abu Ya’kub al-Razi;

فيِ الدُّنْيَا طُغْيَانَانِ طُغْيَانُ العِلْمِ وَطُغْيَانُ المـَـــــــالِ، وَالَّذِيْ يُنْجِيْكَ مِنْ طُغْيَانِ العِلْمِ العِبَادَةُ وَالَّذِيْ يُنْجِيْكَ مِنْ طُغْيَانِالمـَـــــــالِ الزُّهْدُ فِيْهِ

“Fi al-dunya tughyaanaani tughyanu-l-‘ilmi wa tughyanu-l-maali, wa alladzii yunjiika min tughyani-l-‘ilmi al-‘ibaadatu wa alladzii yunjiika min tughyani-l-maali al-zuhdu fiihi.”

“Di Dunia, ada dua hal yang menjadikan manusia sombong, sombong ilmu dan sombong harta, dan yang menyelamatkanmu dari kesombongan ilmu adalah ibadah, sementara yang menyelamatkanmu dari kesombongan harta adalah zuhud.”

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top