Mukhammad Lutfi
Penulis Kolom

Alumnus Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Kisah Sufi Unik (10): Sahl al-Tustari Minum Susu Kambing

Mistikus Sufi.blogspot

Sahl al-Tustari, nama lengkapnya Sahl bin Abdullah bin Yunus bin Isa bin Abdullah bin Rofi’ al-Tustari, memiliki nama kuniyah Abu Muhammad. Sahl al-Tustari memilih hidup dalam kemiskinan. Al-Tustari sebagaimana yang melekat pada namanya di-nisbat-kan pada kota Tustar, kota besar di Khurasan. Dalam Thabaqat al-Sufiyah tidak disebutkan tahun kelahirannya, sementara kematiannya sekitar tahun 283 H, ada juga yang berpendapat 293 H, namun yang paling kuat adalah 283 Hijriyah.

Dalam banyak riwayat, dikatakan Sahl al-Tustari ini memiliki karamah bisa berjalan di atas air. Seperti yang ada dalam catatan Fariduddin Attar di Tazkirah al-Auliya’ halaman 330. Syaikh Abu Ali al-Daqqaq mengatakan bahwa Sahl al-Tustari memiliki banyak karamah akan tetapi ia menyembunyikannya pada khalayak.

Salah satu karamah Sahl al-Tustari yang penulis anggap aneh dan nyeleneh, yaitu, ihwal Sahl al-Tustari yang minum susu kambing. Kisah ini diriwayatkan dari Abu Fadl Ahmad bin Imran al-Harawi, Abu Fadl mendapatkannya dari cerita-cerita para sahabat Abu al-Abbas al-Khawwas.

Alkisah, ada seseorang yang ingin mengetahui rahasia kekuatan Sahl al-Tustari dalam beribadah. Orang ini penasaran, kira-kira Sahl al-Tustari ini makan apa? Kok dia kuat sekali ibadahnya. Orang ini lalu bertanya kepada orang-orang terdekat Sahl al-Tustari, namun jawaban orang-orang terdekat Sahl al-Tustari tidak dapat memuaskan orang yang penasaran ini. Bahkan diriwayatkan orang-orang terdekat Sahl al-Tustari tidak memberikan jawaban sama sekali.

Baca juga:  Ekspresi Sufistik dalam Puisi Tradisional Jawa (4): Suluk Daqa-Adab dalam Sembah

Dihinggapi rasa penasaran serta nekat, akhirnya orang tadi memutuskan untuk menemui Sahl al-Tustari saat malam hari. Berangkatlah orang tadi ke masjid tempat Sahl al-Tustari. Dia melihat Sahl al-Tustari sedang berdiri melaksanakan salat. Orang penasaran tadi menunggu Sahl al-Tustari hingga selesai salat, namun Sahl al-Tustari tak kunjung rukuk dan menyelesaikan salatnya, sehingga orang penasaran tadi menunggu begitu lama.

Sambil mengendap-endap dan menunggu, orang penasaran itu lalu dikagetkan dengan adanya seekor kambing yang menabrak pintu masjid. Dalam amatan orang tadi, ketika Sahl al-Tustari mendengar kambing itu menabrak pintu masjid, Sahl al-Tustari lantas buru-buru rukuk lalu sujud hingga menyelesaikan shalatnya. Sahl al-Tustari lantas membuka pintu masjid, kemudian kambing itu bergerak menghampiri Sahl al-Tustari.

Sahl al-Tustari lalu mengusap-usap kelenjar susu dari kambing itu, ia lantas mengambil wadah, dan kemudian memerah kelenjar susu dari kambing itu. Selepas memerah susu kambing, Sahl al-Tustari lantas meminum hasil perahannya itu dan lalu berbicara kepada kambing itu dengan bahasa Persia. Tak lama kemudian kambing itu pergi dan Sahl al-Tustari kembali ke tempat ia salatnya. Orang penasaran tadi dibuat tercengang dengan apa yang ia saksikan.

Diriwayatkan dari Abu al-Hasan bin Salam, bahwa Sahl al-Tustari senantiasa menyendiri di masjid untuk melaksanakan salat malam, Sahl al-Tustari bermunajat kepada Tuhan hingga waktu subuh menjelang.

Baca juga:  Wibawa Iman Ja'far Ash-Shadiq Dihadapan Khalifah Al-Mansur

Berikut salah satu adagium yang pernah Sahl al-Tustari katakan;

ذَرُوْا التَّدْبِيْرَ والإخْتِيَارَ، فإنَّهُمَا يُكَدِّرَانِ عَلَى النَّاسِ بِعَيْشِهِمْ

(Zaruu al-tadbiira wa al-ikhtiyara, fainnahumaa yukaddiraani alaa al-Naasi bi ‘aisyihim)

“Tinggalkanlah perencanaan dan ikhtiar/usaha, karena keduanya akan mengeruhkan sendi kehidupan manusia”

Tadbir dan ikhtiar di sini dimaksudkan untuk sesuatu yang kurang perlu atau tidak penting-penting amat. Lebih jelasnya Ibnu Athaillah juga pernah berkata;

أَرِحْ نَفْسَكَ مِنَ التَّدْبِيْرِ، فَمَا قَامَ بِهِ غَيْرُكَ عَنْكَ لَاتَقُمْ بِهِ أَنْتَ لِنَفْسِكَ

(Arih nafsaka min al-Tadbiiri, famaa qaama bihi ghairuka ‘anka laa taqum bihi anta linafsika)

“Buatlah dirimu santai dan istirahat tak dirisaukan oleh urusan tadbir –bekerja/berusaha– urusan dunia, sebab apa yang sudah dikerjakan orang lain, tak ada gunanya engkau mengerjakannya sendiri untuk dirimu.”Wallahu A’lam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top