Selama Islam berada di Andalusia, lebih kurang 7,5 abad, Islam telah memainkan peranan yang sangat besar dan dapat membuat sejarah panjang yang paling mengesankan yang pernah dilalui umat Islam di Andalusia.
Toleransi beragama begitu dijunjung tinggi selama Islam berkuasa di Andalusia. Catatan Hasan Ibrahim dalam Tarikh al-Islam al-Siyasi wa al-Dini wa al-Tsaqafi wa al-Ijtima’i menegaskan, bahwa kala itu toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Baik umat Kristen maupun Yahudi disediakan hakim khusus yang diangkat oleh penguasa untuk menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing (Hasan Ibrahim, 1996:436-437).
Seiring berjalannya waktu muncul sengketa politik antar saudara yang masing-masing ingin jadi raja, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, kesulitan ekonomi, dan tidak adanya ideologi pemersatu. Walhasil, tidak kurang dari 20 negara kecil-kecil yang hanya berumur jagung timbul di kota-kota atau provinsi. Celah inilah yang kemudian dilirik oleh kaum Kristen untuk merebut kembali daerah-daerah mereka. Perebutan itu bermula ketika kekuasaan Umayyah II mulai kendur dan terus-menerus umat Islam terdesak ke selatan sehingga hanya tinggal di Granada (Refieli, 2017:161).
Namun, di balik itu semua Andalusia era Islam memiliki sumbangsih besar dalam berbagai bidang, baik dalam bidang intelektual yang menyebabkan kebangkitan eropa saat ini, bidang kebudayaan dalam hal ini bangunan fisik atau arsitektur, maupun bidang-bidang lainnya.
Perkembangan Intelektual
Filsafat
Perkembangan filsafat di Andalusia dimulai sejak abad ke-8 hingga abad ke-10. Tidak mau kalah dengan Abbasiyah di Banghdad, Andalusia era Islam pun memiliki sumbangsih penting dalam perkembangan filsafat. Tokoh utama dalam sejarah filsafat Arab Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad bin al-Sayigh yang dikenal dengan Ibnu Bajjah. Masalah yang dikemukakannya adalah terkat etika dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Selanjutnya ada Abu Bakr bin Thufail, karyanya adalah Hayy bin Yaqzhan, bercerita tentang bayi manusia yang dibesarkan seekor rusa betina. Filsuf Islam Spanyol yang lain adalah Ibnu Rusyd dari Cordova, pengikut aliran Aristoteles (Amin, 2015:173).
Bahasa dan Sastra
Dalam perkembangan bahasa dan sastra, era Islam Andalusia memiliki beberapa nama tenar, diantaranya: Ibnu Sayyidih, Muhammad bin Malik (muallif alfiyah), Ibnu Khuruf, Ibnu al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan bin Usfur dan Abu Hayyan al-Gharnathi. Karya-karya sastra juga banyak bermunculan, seperti al-Aqd al-Farid karya Ibnu Abd Rabbih, al-dzakirah fi mahasin Ahl al-Jazirah karya Ibnu Bassam, Kitab al-Qalaid karya al-Fath bin Khaqan, dan lain-lain (Amin, 2015:173).
Musik
Fondasi bagi perkembangan seni musik di Spanyol diletakkan oleh Ziryab, ulama lain menyebutnya Zaryab. Ia seorang murid dari Ishaq al-Maushili, mulanya Ishaq dan Ziryab adalah musikus sekaligus biduan di Kekhalifahan Abbasiyah, namun Ishaq merasa tersaingi dan memerintah Ziryab untuk hijrah, dan pilihan Ziryab pun jatuh kepada Andalusia. Setelah Ziryab ada Abu al-Qassim Abbas bin Firnas, tenar dengan Ibnu Firnas, yang memperkenalkan musik Timur ke Spanyol dan mempopulerkannya, Ibnu Firnas juga ilmuwan dalam bidang sains (Hitti, 2006:763).
Sains
Sains yang terdiri dari ilmu-ilmu kedokteran, fisika, matematika, astronomi, kimia, botani, zoologi, geologi, farmakologi juga berkembang dengan baik. Beberapa tokoh sains dalam bidang astronomi, yaitu Abu al-Qassim Abbas bin Firnas, Ibrahim bin Yahya al-Naqqash, Ibnu Saffar, al-Bitruji. Dalam farmakologi atau obat-obatan, antara lain Ahmad bin Iyas, Ibnu Juljul, Ibnu Hazm, Ibnu Syuhaid. Dalam kedokteran ada Ibnu Rusyd, Ummul Hasan binti Abi Ja’far, seorang tokoh dokter wanita. Tokoh-tokoh dalam bidang geografi ada Ibnu Jubar dari Valencia, Ibnu Bathutah dari Tangier (Amin, 2015:173).
Tasawuf
Tokoh tasawuf terkenal Andalusia adalah seorang Mistikus Arab-Spanyol, yaitu Abu Bakr Muhammad bin Muhyiddin bin Arabi, lebih dikenal Ibnu Arabi. Ibnu Arabi kelahiran Mursiyah dan menghabiskan sebagian hidupnya di Sevilla dan meninggal di Damaskus. Ajaran-ajaran mistiknya terpatri dalam sejumlah karyanya, diantaranya al-Futuhat al Makkiyah, dan Fusush al-Hikam (Hitti, 2006:747).
Tafsir
Salah satu mufasir yang terkenal dari Andalusia adalah al-Qurtubi. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh al-Anshari al-Khazraji al-Andalusi. Adapun karyanya dalam bidang tafsir adalah Al-Jami’u li Ahkam al-Quran, kitab tafsir yang terdiri dari 20 jilid ini dikenal dengan nama Tafsir al-Qurtubi (Amin, 2015:174).
Fikih
Dalam bidang fikih, Spanyol-Islam dikenal sebagai pusat penganut mazhab Maliki. Adapun yang memperkenalkan mazhab ini di Spanyol adalah Ziyad bin Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya dilakukan oleh Ibnu Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisam bin Abdurrahman. Para ahli fikih lainnya adalah Abu Bakr al-Quthiyah, Muniz bin Sa’id al-Baluthi, Ibnu Rusyd, al-Syatibi, dan Ibnu Hazm (Amin, 2015:174).
Perkembangan Pendidikan
Sumbangsih Spanyol-Islam dalam hal pemerataan pendidikan dalam catatan Philip K Hitti begitu meluas hingga ke pelosok. Pendidikan tingkat dasar meliputi pengajaran baca tulis Alquran, serta tata bahasa dan puisi Arab. Kala itu sebagian besar muslim Spanyol bisa membaca dan menulis. Sementara itu, tingkat pendidikan yang lebih tinggi difokuskan pada tafsir Alquran, teologi, filsafat, tata bahasa Arab, puisi, leksikografi, sejarah dan geografi. Beberapa kota penting di Spanyol mempunyai universitas.
Beberapa universitas besar yang bisa disebutkan di sini diantaranya terdapat di Cordova, Sevilla, Malaga, dan Granada. Universitas Cordova memiliki beberapa jurusan seperti astronomi, matematika, kedokteran, teologi dan hukum. Universitas Granada memiliki jurusan teologi, ilmu hukum, kedokteran, kimia, filsafat, dan astronomi. Banyak mahasiswa yang berasal dari kalangan bangsawan dan dari luar negeri yang belajar di universitas-universitas ini (Hitti, 2006:716).
Perkembangan Arsitektur Bangunan
Kemegahan-kemegahan bangunan fisik Spanyol-Islam sangat maju, dan mendapat perhatian umat dan penguasa. Bangunan-bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur yang tinggi. Jalan-jalan sebagai alat transportasi dibangun, pasar-pasar dibangun untuk ekonomi. Demikian pula dam-dam, kanal-kanal, saluran air, dan jembatan-jembatan.
Di Cordova jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibukota Spanyol-Islam itu. di seputar ibukota berdiri istana-istana megah. Diantara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Kota Cordova memiliki 491 masjid.
Di Granada ada Istana Al-Hambra yang indah dan megah yang menujukkan ketinggian arsitektur Spanyol-Islam, di Granada pula terdapat istana Al-Zahra, Al-Cazar, dan menara Girilda. Sementara itu di Sevilla dan Toledo terdapat bangunan-bangunan masjid yang kini dijadikan gereja oleh umat kristiani (Amin, 2015:174).
Sumbangsih-sumbangsih inilah yang kemudian dilirik dan diserap oleh Eropa dari Andalusia. Mulai dari peradaban, sains, ekonomi, hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara. Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Andalusia jauh meninggalkan negara-negara tetangganya di Eropa, terutama dalam pemikiran dan sains di samping bangunan fisik.
Peradaban Islam tidak musnah namun mengalir dan berpindah ke Eropa membangun zaman renaissance Eropa.
Sumber bacaan:
– Hasan Ibrahim Hasan. 1996. Tarikh al-Islam al-Siyasi wa al-Din wa al-Tsaqafi wa al-Ijtima’i. Kairo: Maktabah al-Nahdlah al-Misriyyah.
– Philip K. Hitti. 2006 (cetakan I edisi soft cover). History of the Arabs. Jakarta: Serambi.
– Refieli. 2017. Peradaban Islam di Andalusia (Perspektif Sosial Budaya). Jurnal Tsaqofah & Tarikh Vol.2 No.2.
– Samsul Munir Amin. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.