Napak tilas menuju ke suatu tempat untuk menziarahi makam guru atau seorang tokoh tertentu adalah bagian dari tirakat. Kesadaran seperti itu dibangun atas kemauan diri atau memang ada titah anjuran dari guru untuk melakukan suluk perjalanan, riyadloh. Misalnya napak tilas yang kerap dilakukan oleh para santri Al-Asyariyah Wonosobo menuju Dero Duwur di maqbaroh KH. Asy’ari, KH. Muntaha beserta keluarga lainnya.
Kampung pasarean tersebut berada diantara sekolah maupun pondok dari Al-Asyariyyah 2. Ikatan yang kuat masyarakat Kalibeber dengan Mbah Mun (sapaan akrab beliau) menjadikan kegiatan yang dilaksanakan oleh pondok Al-Asy’ariyyah bakal disengkuyung oleh masyarakat. Seakan berlomba-lomba untuk ngalap berkah ikut andil keluberan berkah. bahkan interaksi masyarakat Kalibeber dengan PPTQ Al-Asyariyyah sampai KH. Muntaha Al-Hafidz masih erat dalam ikatan batin masyarakat, misalnya ketika kegiatan napak tilas berjalan kaki menuju maqbaroh Mbah Mun dengan jarak 8 kilometer dari Kalibeber ini masih terus dilanggengkan.
Seluruh santri yang berjalan kaki bakal disuguhi berkat atau shodaqohan dari warga-warga disepanjang jalan menuju makam di Dero Duwur ini. Mereka masih mengharapkan berkah dan niat shodaqoh berpartisipasi untuk kegiatan pondok tersebut atau yang berkaitan dengan KH. Muntaha Al-Hafidz.
Selain ikatan batin yang kuat, juga napak tilas sebagai bagian dari riyadloh atau olahraga fisik agar jiwa dan raga terbiasa otot dan saraf pun sehat dan terjaga. Meskipun banyak kisah dalam dakwahnya Mbah Mun, ada yang tidak suka, tentu itu manusiawi, sekelas nabi saja banyak yang tidak suka.
Bahkan informasi yang beredar ada yang menjustifikasi Mbah Mun. Ibarat genangan air itu hanya sekadar riak-riak dalam air, yang terpenting adalah perjuangan KH. Muntaha tentu didasari li i’lai kalimatillah untuk kebaikan masyarakat (umat).
Masyarakat Kalibeber dahulu masih terkait oleh hal-hal keduniawian, sehingga ketika berkah dari KH. Muntaha dengan dipelopori oleh keluarga Mbah Mun, masyarakat Kalibeber sedikit demi sedikit semakin berkembang dari pola pikir yang sekadar keduniawian tetapi sadar akan pendidikan, serta meningkatnya relijiusitasnya.
Keterikatan hubungan dengan KH. Muntaha Al-Hafidz, rata-rata masyarakat yang sekarang berusia 50-60an, yang dahulu pernah mengaji dengan Mbah Mun. Jadi ia memiliki hubungan emosional kedekatan dan sangat menjunjung tinggi apa yang dilakukan mbah Muntaha.
Melalui nasihat untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain, akan membentuk konsep diri pada masyarakat Kalibeber Wonosobo serta tolak ukur bahwa hidup bersama dan sesrawungan rukun damai dan bahagia merupakan sebuah kebaikan dan tujuan yang mulia. Sehingga mereka dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan keluarga, pertemanan, pendidikan, maupun masyarakat.