Mendengar kitab Arba’in mungkin yang terlintas dalam pikiran kita adalah Kitab Al-Arba’in an-Nawawiyah karya Imam Nawawi; pengarang kitab bergenre fiqh sejumlah jilid besar berjudul al-Majmu’. Jarang yang tahu bahwa ada puluhan bahkan ratusan kitab dengan judul serupa dan dalam genre sama yaitu kitab hadis.
Jarang yang tahu bahwa ada ulama Indonesia yang memiliki karya dengan model serupa. Bahkan mungkin ada yang belum tahu bahwa penyusunan kitab hadis dengan pola arba’in (memuat 40 hadis) bisa jadi disebut tradisi yang cukup lama tumbuh dan berkembang hingga sekarang.
Awal Munculnya Kitab Hadis Arba’īn
Nūruddīn ‘Iṭr dalam dalam Manhāj an-Naqd fī ‘Ulūm al-Ḥadīṣ memaparkan penelitiannya bahwa karangan ahli hadis dapat dibagi dalam 10 jenis. Pada bagian ketujuh, ia menyebutkan adanya jenis ajzā’ atau jūz yang berarti karangan yang mendokumentasikan hadis dengan model pemilihan bisa berdasar riwayat satu orang seperti Juz’u Abū Bakr, berdasar topik seperti Juz’u al-Qira’ạh Khalfal Imām karya al-Bukhārī atau berdasar hal lain yang dirasa istimewa oleh penyusunnya seperti Arba’īnāt. Karya jenis ini mempunyai ciri jumlah halaman yang sedikit dan memperlihatkan tingkat keilmuan seseorang sebab dalam pemilihan hadisnya memerlukan keahlian dan ketelitian.
Arba’īnāt adalah bentuk jama’ dari Arba’īn yang berati kitab hadis yang disusun berdasar bilangan 40 dengan model pemilihan sesuai kehendak pengarang. Munculnya kitab hadis Arba’īn diperkirakan pada kisaran tahun 150 H berdasar pernyataan an-Nawawī bahwa ulama’ yang ia ketahui pertama kali menyusun kitab hadis Arba’īn adalah ‘Abdullāh ibn Mubārak al-Marwāzī yang wafat 182 H. Hal ini juga diungkapkan oleh Abū Ṭāhir As-Salafī (w. 576 H) dan Ibn Al-Jauzī.
Langkah Ibnul Mubārak (118-181 H) ini kemudian diteruskan oleh ulama’-ulama’ setelahnya seperti Muḥammad ibn Aslam Aṭ-Ṭūsī (w. 242 H) al-Ḥasan ibn Sufyān an-Nasawī (213-303 H), Abū Bakr al-Ājurī (w. 360 H), Abū Bakr Muḥammad ibn Ibrāhīm al-Aṣfahanī (w. 381 H), ad-Dāruquṭnī, al-Ḥākim (w. 405 H) dan lainnya. Ismāīl ‘Abdul Ghāfir (w. 504 H) melakukan penelitian di masanya dan menemukan ada 70 karangan arba’īn.
Di masa sekarang, Ziyād ‘Abdul Wahāb Auzān mengutip temuan Sahl al-‘Aud dalam al-Mu’īn ‘Ala Ma’rifat Kutubi Arba’īn, bahwa Sahl mengumpulkan ada 500 nama kitab Arba’īn al-hadisiyah baik yang hilang, masih berupa manuskrip atau yang sudah tercetak.
- Tradisi Penyusunan Kitab Arba’īn
Seiring perjalanan zaman, penyusunan Arba’īn menjadi tradisi tersendiri di kalangan ahli hadis. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya Arba’īn yang disusun dan ungkapan para penyusunnya yang menyatakan bahwa mereka menyusun Arba’īn guna mengikuti tradisi ulama’ mutaqaddimīn dan mutaaḥḥirīn sebelum mereka. Perilaku ini bisa dilihat di antaranya dalam Al-Arba’īn An-Nawawiyyah.
Tradisi penyusunan Arba’īn merekam berbagai kreasi para ulama’ dalam menyusun arba’īn. Kreasi ini bisa diperinci sebagai berikut:
- Disusun berdasar tema salah satunya tema Tasawuf, seperti karya al-Ḥāfiẓ Abū Nu’aim Aḥmad ibn ‘Abdullāh al-Aṣbihānī (w. 470 H) berjudul Arba’ūna Ḥadīṡan ‘alā mażhabil Mutaḥaqqiqīn minal Mutaṣawwifah.
- Disusun berdasar hukum dan qaidah syari’ah, seperti karya as-Suyūṭī yang berjudul Arba’ūna Ḥadīṡan fi Qawā’idil Aḥkām asy-Syar’iyah wa Faḍāilil A’māl.
- Mengambil 40 hadis dari kitab tertentu, seperti karya al-Ḥāfiẓ Abūl Faḍl Aḥmad ibn ‘Alī Ibn Ḥajar al-Haitamī al-‘Asqalānī (w. 857 H) berjudul al-Arba’ūn al-Muntaqāta min Ṣaḥīḥ Muslim
- 40 hadis dari 40 guru, seperti karya Syaikhul Islām Aḥmad ibn ‘Abdul Ḥalim ibn Taimiyah (w. 728 H) berjudul Arba’ūna Ḥadīṡan.
- 40 hadis yang memiliki jumlah sanad tertentu, seperti karya ‘Abd ibn Ḥumaid ibn Naṣr al-Kasysyi (w. 249 H) berjudul al-Arba’ūna Ḥadīṡan aṡ-Ṡulāṡiyāt.
- 40 hadis yang dipilih berdasar kota tempat asal riwayat, seperti karya Abī Ṭāhir as-Silafī berjudul al-Arba’īna al-Buldāniyah.
- 40 hadis dari 40 guru yang berdiam di 40 kota
- Faktor-Faktor Pendorong Disusunnya Kitab Hadis Arba’īn Secara Umum
Ziyād ibn ‘Abdul Wahhāb melakukan penelitian dan menemukan bahwa dari sekian Arba’īn yang ia lihat hampir kesemuanya mengungkapkan bahwa yang melatar belakangi disusunnya karya tersebut adalah hadis keutamaan mengumpulkan 40 hadis. Hadis tersebut berbunyi:
عن علي بن أبي طالب، وعبد الله ابن مسعود ومعاذ بن جبل، وأبي الدرداء، وابن عمر، وابن عباس، وأنس بن مالك وأبي هريرة، وأبي سعيد الخدري رضي الله عنهم من طرق كثيرات بروايات متنوعات أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ” من حفظ على أمتي أربعين حديثاً من أمر دينها بعثه الله يوم القيامة في زمرة الفقهاء والعلماء ” . وفي رواية: “بعثه الله فقيها عالما”. وفي رواية أبي الدرداء: “وكنت له يوم القيامة شافعا وشهيدا”. وفي رواية ابن مسعود: قيل له: “ادخل من أي أبوب الجنة شئت” وفي رواية ابن عمر “كُتِب في زمرة العلماء وحشر في زمرة الشهداء”.
Diriwayatkan dari ‘Ali ibn Abī Ṭalib, ‘Abdullāh ibn Mas‘ūd, Mu‘aż ibn Jabal, Abīd Dardā`, Ibn ‘Umar, Ibn ‘Abbās, Anas ibn Mālik, Abī Hurairah, Abī Sa‘īd al-Khudriy –semoga Allah meridhai mereka- dari berbagai jalan periwayatan yang banyak dan riwayat yang bermacam-macam, bahwa Rasulullah salallahualaihiwasallam bersabda: “Umatku yang meriwayatkan 40 hadis tentang permasalahan agamanya akan dibangkitkan oleh Allah di hari kiamat bersama golongan para ahli fiqih dan ulama’”. Dalam satu riwayat: “Allah akan membangkitkannya sebagai ahli fiqh dan berilmu.” Dalam riwayat Abī ad-Dardā`: “Di hari kiamat aku menjadi pemberi syafaat dan saksinya.” Dalam riwayat Ibn Mas’ūd: “Akan diucapkan padanya: masuklah lewat pintu surga mana saja yang kau kehendaki.” Dalam riwayat Ibn ‘Umar: “Ia akan ditulis dalam golongan para ulama’ dan dibangkitkan dalam golongan para syuhada’.”