Sumur Aris yang sering disebut juga dengan sumur Khatam (cincin) dan sumur Rasulullah Saw. terletak di sebelah barat mesjid Quba’. Hanya saja, keberadaannya kini tidak bisa dinikmati lagi sebab semenjak tahun 1980-an tergusur pelebaran mesjid Quba’.
Dulunya sumur ini menjadi favorit Nabi di antara sumur-sumur lainnya di kota Madinah. Sering Nabi duduk di sumur ini, bahkan mencuci kaki beliau dan menggosok-gosoknya. Pantas jika kemudian juga dikenal dengan sebutan sumur Rasulullah.
Sumur ini juga sering dihubungkan dengan proses suksesi kepemimpinan di awal keislaman. Hal ini merujuk satu kererangan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Diriwayatkan bahwa Nabi Saw duduk di tepi sumur ini sambil menyingkapkan betisnya dan kedua kaki dia dijulurkan ke dalam sumur. Lalu Abu Musa Al-Asy’ari berdiri menjaganya, maka datanglah Abu Bakar dan meminta izin kepadanya.
Nabi berkata kepada Abu Musa: Izinkan, dan berilah ia kabar gembira dengan surga. Abu Bakar pun duduk disebelah kanannya dan menjulurkan kedua kakinya.
Kemudian datang Umar, dan Nabi pun berkata lagi: Izinkan dan berilah ia kabar gembira dengan surga. Lalu Umar duduk di sebelah kirinya dan menjulurkan kedua kakinya.
Kemudian datang Utsman, kata Nabi: Izinkan dan berilah ia kabar gembira dengan surga yang disertai dengan kekacauan yang akan menimpanya. Ustman pun duduk di hadapan mereka.
Apa yang terjadi dan diutarakan Rasulullah Saw di atas sumur Aris saat itu pada akhirnya benar-benar terbukti setelah beliau wafat. Bahkan isyarat huru-hara politik di masa khalifah Utsman b. Affan juga muncul dari sumur Aris.
Sebagaimana tercatat dalam sejarah bahwa Rasulullah memiliki satu cincin yang beliau pakai sehari-hari, yang juga difungsikan untuk cap surat diplomasi yang beliau kirimkan ke raja-raja Arab, Afrika, dan Romawi. Sesudah beliau wafat cincin ini diwarisi turun menurun oleh para khalifah dari mulai Abu Bakar, Umar b. Khattab dan Utsman b. Affan.
Pada waktu tampuk kepemimpinan berada di tangan sahabat Utsman b. Affan, cincin Rasulullah itu dipakai sang khalifah yang juga merupakan salah satu menantu beliau itu. Hanya saja jemari Ustman lebih kecil sehingga cincin Rasulullah itu tampak longgar melingkar di jemarinya.
Ketika Utsman b. Affan berkunjung ke Quba’ dan bermaksud mengambil air dari dalam sumur Aris tiba-tiba cincin Rasulullah yang dipakainya itu terlepas dan jatuh ke dalam sumur. Beliau sangat bersedih dengan kejadian ini sebab cincin itu memiliki sejarah penting dan fungsi yang sangat penting pula sebagai cab surat resmi.
Berbagai cara silakukan untuk menemukan kembali cincin Rasulullah itu. Khalifah Utsman b. Affan bahkan memerintahkan agar sumur itu dikuras isi airnya hingga kering selama tiga hari tiga malam. Namun cincin yang jatuh ke dalam sumur Aris itu tak dapat ditemukan juga. Tidak diketahui di mana cincin itu berada hingga sekarang.
Karena peristiwa inilah sumur Aris disebut juga dengan sumur Khatam (Cincin Rasulullah). Lepasnya cincin Rasulullah dari jemari Utsman b. Affan dan hilang di dasar sumur Aris rupanya menjadi pertanda bahwa tak berselang lama sang khalifah mengakhiri tugasnya karena wakaf ditikam oleh para pemberontak (bughat).
Semenjak itulah terjadi ontran-ontran politik yang berkepanjangan dalam sejarah Islam.