Sedang Membaca
Inilah Tokoh yang Pertama Kali Mempopulerkan Kalimat Hayya alal Jihad
M. Ishom el-Saha
Penulis Kolom

Dosen di Unusia, Jakarta. Menyelesaikan Alquran di Pesantren Krapyak Jogjakarta dan S3 di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Inilah Tokoh yang Pertama Kali Mempopulerkan Kalimat Hayya alal Jihad

Salman al-Audah ulama garis keras asal Saudi Arabia.

Kalimat hayya alal Jihad (حي على الجهاد)
sebetulnya sama sekali tidak ada rujukan dalam Al-Quran dan hadis. Saya berani berkata demikian sebab dari penelusuran secara acak hadis-hadis Rasulullah, juatru yang ada adalah ajakan bertakwa.

Tatkala Rasulullah hendak mengerahkan bala tentara, beliau bukan teriak-teriak berjihad. Akan tetapi beliau memilih mengumpulkan pemimpin-pemimpin peleton pasukan dan menasehatinya agar senantiasa bertaqwa kepada Allah. Hal ini karena jihad sendiri susah dipraktikkan. Pasalnya semua harus selalu menjaga niat dan akhlak. Kalau ada unsur murka, kesal, atau balas dendam dengan lawan bukanlah disebut jihad fi sabilillah. Oleh sebab itu Rasulullah selalu berpesan ittaqullah.

Kalimat tersebut tidak didapatkan dalam sumber utama agama Islam. Melainkan hanya nama atau judul sebuah buku yang ditulis oleh Salman al-Audah ulama garis keras asal Saudi Arabia.

Dia lahir di al-Bashr dekat kota Buraida, al-Qassim, Saudi Arabia pada tahun 1955. Karirnya diawali sebagai imam besar mesjid al-Bashra sambil memberikan ceramah agama seputar hadis-hadis di dalam kitab Bulughul Maram akan dikupas dengan pendekatan mazhab Hanbali.

Pada saat terjadi Perang Teluk, ia menentang kebijakan pemerintah Saudi yang mendatangkan pasukan Amerika untuk melawan Irak yang hendak menguasai kembali Kuwait. Dia juga mempertanyakan fatwa Bin Baz yang mendukung langkah kerajaan Saudi. Akibatnya dia ditangkap, ditahan tanpa melalui proses pengadilan.

Baca juga:  Mengingat Kiai Yahya, Ulama Pejuang Kemerdekaan yang Wafat 4 Syawal

Sikap kritisnya terhadap pemerintah sempat luntur pada awal tahun 2000-an sehingga dia mendapatkan tawaran posisi strategis di komisi ifta’ dan mahkamah syariah. Akan tetapi hal itu tak berpangsung lama karena dia kembali bersikap oposisi terhadap Kerajaan Saudi.

Salah satu sikap oposisinya ditunjukkan melalui buku berjudul Hayya alal Jihad. Buku ini dia katakan ditulis memerlukan waktu 20 tahun. Orang ini mengkritik habis pandangan ulama Sunni yang menyebut bahwa jihad fisik sudah purna, dan yang ada tinggal jihad akbar yakni perang melawan hawa nafsu.

Pada intinya melalui bukunya berjudul “hayya alal jihad”, orang ini mengobarkan bahwa jihad fisik tetap berlaku sampai hari kiamat. Tentu saja menurut pandangan pribadinya; bukan pandangan agama Islam yang dianut ulama ahlussunnah wal jamaah.

Keberaniannya ini dikira diapresiaai pemerintah Saudi. Eh rupanya penguasa Wahabi justru malah menangkapnya dan mengadilinya.

Emang kalian mau ikut orang model seperti ini? Aku sih ogah!!! Panutanku tetep ulama Ahlussunnah wal Jamaah.

Kalau kalian mengikutinya, berarti bukan lagi tergolong Ahlussunnah wal Jamaah.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
3
Senang
2
Terhibur
3
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (1)

Komentari

Scroll To Top