Suatu waktu Syaikh Ahmad piknik ke Gunung Arbain (Damaskus?) bersama rekan-rekannya. Salah satu sahabat yang ikut dalam rombongannya adalah Syaikh Ahmad Sayyid Al-Kattani.
Di tengah perjalanan Syaikh Ahmad Al-Qadiri berkata kepada Syaikh Ahmad Sayyid, “Bolehkah saya menyalakan sebatang rokok?”
Syaikh Ahmad Sayyid tidak mengizinkan dan bilang bahwa rokok itu haram!
Kemudian Syaikh Ahmad Al-Qadiri menyodorkan kitab karangan Syaikh Abdul Ghani An-Nabulusi yang berjudul: خمرة الحان في اباحة الدخان sambil berkata lihat dan bacalah kitab ini. Lalu Syaikh Ahmad Sayyid mengambilnya dan melempar jauh kitab tersebut.
Mendapat perlakuan seperti itu lalu Syaikh Ahmad Al-Qadiri pergi meninggalkan rombongan untuk menuju Makam Syaikh Abdul Ghani An-Nabulusi.
Sesampainya di makam tersebut ia mengadu kejadian yg dialaminya tadi sambil berkata, “Bisakah engkau mempertahankan pendapatmu (kebolehan merokok) atau aku hadirkan kapak untuk menghancurkan makammu?”
Bagaimana lanjutan kisahnya?
Para penutur kisah tersebut menceritakan bahwa saat Syaikh Ahmad Sayyid pulang ke rumahnya dan memasuki kamarnya ia dikejutkan dengan asap yang mengepul di langit-langit kamarnya. Hal serupa juga terjadi pada anggota keluarganya yang lain saat memasuki ruangan di rumahnya. Kejadian aneh itu pun menyusahkan keluarganya.
Lalu ia sowan kepada Syaikh Taufiq Al-Ayyubi. Singkat cerita Syaikh Taufiq berkata: Kamu harus “mushalahah” dengan Syaikh Ahmad Al-Qadiri. Nanti aku undang kalian berdua untuk makan bersama. Kemudian keduanya berdamai dan merokok bersama.
Apa hikmah yang bisa dipetik dari kisah ini?
1. Jika ada yang mengharamkan rokok, sodorkan kitabnya Syaikh Abdul Ghani.
2. Jika berani, kalau mau membuktikan kewalian seseorang yang sudah wafat, sambil ziarah bilang: kalau benar-benar wali, bantu sambungkan doa kami, kalau tidak, tak bawa cangkul.
Kalau saya sih nggak berani. Sumber kitab Natsrul Jawahir wad-Durar fi ‘Ulama Al-Qarn Ar-Rabi’ ‘Asyar karya Yusuf bin Abdurrahman Al-Mar’asyli.