Terdapat banyak kisah penuh hikmah yang dituturkan oleh Nabi Muhammad saw. Salah satunya mengisahkan tiga serangkai yang terjebak di dalam sebuah gua. Mereka tak kuasa mengangkatnya dengan tenaga yang mereka miliki. Akhirnya mereka berinisiatif berdoa dengan amal saleh yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Berikut kisahnya.
Dikisahkan dari Abul Yaman bahwa ia mendengar Syua’ib, dari Az-Zuhri, dari Salim bin Abdullah bahwa Abdullah bin Umar mendengar Rasulullah saw bercerita:
Pada suatu hari tiga orang dari umat terdahulu melakukan perjalanan dan kemudian menepi di dekat sebuah gua di sebuah lereng gunung.
Lalu, ketiganya masuk ke dalam gua tersebut. Tak lama setelah mereka masuk ke dalam gua, tiba-tiba batu dari atas bukit gua yang mereka diami jatuh hingga menutup mulut gua. Batu besar itu tak mampu mereka angkat meskipun telah bersusah payah dan sekuat tenaga.
Melihat kenyataan ini mereka merenung sebentar, lalu mereka berkesimpulan bahwa satu-satunya yang bisa menyelamatkan mereka adalah dengan berdoa kepada Allah Swt melalui amal-amal saleh yang pernah mereka kerjakan selama hidupnya.
“Ya Allah, jika apa yang telah aku lakukan tersebut semata-mata karena mengharap rida-Mu, maka perkenankalah untuk menghilangkan kesusahanku agar dapat mengangkat batu yang menutupi gua ini,” pinta salah satu dari mereka dalam doa yang dipanjatkannya.
Lalu, batu tersebut terangkat. Namun hanya sedikit saja dan mereka tetap belum bisa keluar dari gua.
Nabi melanjutkan kisahnya: Lalu orang kedua dari mereka kemudian memanjatkan doanya. Ya Allah, saudari sepupu (anak perempuan paman) saya adalah orang yang paling saya sayangi. Suatu ketika saya memiliki keinginan berbuat mesum dengannya. Namun ia menolak ajakan tersebut dan memintaku untuk memberikan uang seratus dua puluh dinar agar bisa mengencaninya. Saya berusaha mencari uang sebesar itu dan akhirnya berhasil saya kumpulkan. Saya kembali menemuinya dan memberikan uang tersebut.
Namun, ia menolaknya sembari berkata, “Jangan kau lakukan perbuatan tersebut kecuali dengan jalan halal”. Saya akhirnya tersadarkan dan meninggalkannya bersama emas yang telah saya berikan kepadanya. Oleh karena itu ya Allah, jika apa yang telah saya lakukan itu adalah benar hanya mengapai rida-Mu, maka hilangkanlah kesusahan yang sedang kami hadapi. Kami mohon angkatlah batu tersebut,” demikian munajat doa dari orang kedua. Lalu batu tersebut naik kembali dan terangkat sedikit. Namun tetap saja belum bisa membuat mereka keluar dari gua tersebut.
Orang ketiga dari mereka berdiri. Lalu memanjatkan doa, “Ya Allah, saya memiliki sejumlah pekerja. Saya berikan upah hasil kerja mereka kecuali satu orang pekerja. Ia tidak mengambil upah tersebut dan aku mengumpulkannya hingga berlipat ganda. Suatu ketika ia datang menemuiku sambil berkata, “Wahai Abdullah, bayarkankah upahku”. Saya jawab, “Semua yang ada di sini berupa unta, sapi, kambing, hingga budak adalah milikmu.” Ia menyahut, “Jangan mengejekku!”. Saya jawab,”Demi Allah! Saya tidak mengejekmu. Itu semua memang milikmu”. Akhirnya ia mengambil semuanya tanpa meninggalkan apapun miliknya.
Ya Allah, jika apa yang aku lakukan kepada pekerjaku itu adalah sebuah amal yang hanya untuk menggapai rida-Mu, maka hilangkanlah kesusahan yang sedang kami hadapi. Kami mohon angkatlah batu tersebut”
Akhirnya Allah pun membukakan sisanya hingga mereka dapat keluar dari dalam gua yang terhalang batu besar tersebut.